Part 41

272 45 6
                                    

💎Happy reading💎

Debi memperhatikan sekelilingnya. Tidak ada orang sama sekali, keadaan di sana sangat sunyi, hanya kicauan burung saja yang terdengar yang kebetulan melintas tepat di atas kepala Debi.

Debi jadi berpikir, apakah dirinya sudah dibohongi oleh seseorang yang sengaja mengisenginya. Tetapi, jika itu benar, untuk apa orang itu melakukannya? Debi bahkan merasa tidak punya musuh yang mungkin saja menjebaknya selama ini.

"Woi! Gue tau lo ada di sini. Keluar lo!" teriak Debi sambil meletakkan tangannya di kedua sisi mulutnya agar suaranya semakin besar terdengar.

"FUCK!" maki Debi sambil mengacak rambutnya yang diikat asal itu.

Tiba-tiba Debi mendengar suara langkah kaki mendekat ke arahnya dari belakang. Dengan cepat Debi memutar tubuhnya dan mendapati laki-laki yang memakai topeng ala Joker mendekat ke arahnya. Tubuhnya yang tak terlalu tinggi membuat Debi mencoba berpikir siapa laki-laki di balik topeng joker itu.

"Siapa lo?!" tanya Debi yang sudah siap dengan kuda-kudanya.

"Berani juga lo datang sendirian. Gue pikir lo bakal bawa pasukan," katanya sambil tertawa geli. Dari cara bicaranya Debi yakin suara itu bukan suara asli, melainkan suara yang dibuat-buat untuk menyembunyikan identitasnya.

"Di mana Gishela?!" tanya Debi yang bergerak mundur kala pria bertopeng itu semakin mendekat ke arahnya.

"Jangan terburu-buru dulu! Gishela masih aman saat ini, tapi itu tidak penting. Apa lo enggak penasaran sama gue?" tanya pria bertopeng dengan nada angkuh, tentu masih dengan suara yang sengaja diubah menjadi lebih unik.

"Gue enggak perlu tau siapa lo. Gue cuma mau Gishela. Di mana Gishela?!"

"Hahahaha ... gue udah susah-susah nangkap Gishela dan lo dengan mudahnya nanya Gishela di mana?! Apa lo pikir gue akan menjawab pertanyaan bodoh lo itu?!"

"Bangsat! Mati aja lo!" Debi mengibaskan tangan kirinya dan bersiap melayangkan pukulannya ke arah pria bertopeng joker.

Ketika tangan Debi belum sempat menjangkau tubuh pria bertopeng itu, sebuah balok kayu sudah lebih dulu menempel di tengkuknya. Debi tergeletak di tanah sambil memegang tengkuknya yang terasa ngilu. Samar-samar Debi menatap orang yang baru saja memukulnya dengan balok kayu. Tak jauh berbeda dari laki-laki pertama, laki-laki itu juga memakai penutup wajah, tapi penutup wajahnya bukan topeng seperti yang dipakai oleh laki-laki pertama tadi melainkan sebo hitam yang biasa dikenakan perampok saat merampok di malam hari.

Debi mencoba mengabaikan rasa pusingnya dan kemudian mencoba bangkit dari posisinya. Tetapi apa daya, belum juga Debi bisa berdiri dengan sempurna, tubuhnya sudah kembali roboh bersamaan dengan kesadarannya yang perlahan menghilang.

****

Gishela baru saja pulang dari taman yang menjadi tempat pertemuannya dengan Afdal untuk berlatih teater. Tubuhnya terasa begitu lelah karena belum beristirahat sedari tadi.

Gishela memasuki kamarnya dan terheran kala melihat kamarnya yang kosong, padahal biasanya Debi sering menghabiskan waktu di kamar saja, tapi kali ini Debi tidak ada di kamar, juga tidak ada di lantai bawah.

"Debi!" panggil Gishela sambil celingak-celinguk mencari keberadaan sepupunya itu.

Sunyi.

Gishela membuka kamar mandi, berharap Debi ada di sana. Tetapi nihil, Debi tidak ada di sana. Tanpa Gishela tahu Debi sedang bertaruh nyawa diluaran sana untuk menghadapi orang-orang misterius yang menjadikan Gishela sebagai pancingannya. Nyatanya Gishela tidak apa-apa saat ini.

Unconditional Love [Complete]Where stories live. Discover now