Part 13

371 59 9
                                    

💎Happy reading💎

Gishela sedikit menjauh dari Debi untuk mengangkat telepon dari Fabio. Sepertinya ini sedikit rahasia. Debi mencoba mengerti akan hal itu.

Setelah agak lama berbicara via telepon, Gishela kembali ke ranjangnya dan meletakkan ponselnya di atas nakas samping tempat tidur. Tak lupa wajah senyum-senyum yang dipamerkannya setelah selesai berbicara dengan Fabio.

"Bi! Besok bisa ke sekolah sendiri 'kan?" tanya Gishela tiba-tiba. Rasa kesalnya kepada Debi langsung hilang hanya dalam waktu sekejap.

"Maksudnya? Aku 'kan enggak bisa bawa mobil," ujar Debi bangkit dari posisi tidurnya dan duduk menghadap Gishela.

"Pake motor matic Papa 'kan bisa," jawab Gishela acuh.

"Gishela yang imut, Debi Tianba enggak bisa bawa motor matic," kesal Debi.

"Loh? Kok enggak bisa? 'Kan gampang bawa mot---"

"Kenapa enggak pergi bareng kamu aja? Apa kamu marah cuma gara-gara aku ngambil ponsel kamu barusan?" tanya Debi tak habis pikir.

"Bukan. Aku udah enggak marah lagi kok sama kamu, tapi besok Kak Fabio mau jemput aku dan pergi sekolah sama-sama. Gitu loh, Bi," ujar Gishela.

"Huh! Jadi gitu, sekarang Fabio itu lebih penting dari aku?" gertak Debi.

"Bu--bukan gitu, Debi! Bi, please, sekali ini aja. Ya, Bi, ya!" mohon Gishela sambil menangkupkan kedua telapak tangannya di depan dada.

"Tau ah!" kesal Debi, lalu kembali menidurkan tubunya di ranjang.

Gishela meraih ponselnya yang diletakkan di atas nakas. Sepertinya dia baru saja mendapat ide yang cemerlang, terlihat jelas dari raut wajahnya yang berubah cerah. Gishela mengutak-atik ponselnya dan jemarinya terlihat menari dengan gesit di atas layar ponselnya.

"Bi! Besok kamu dijemput sama Gevan, kamu bisa berangkat ba---"

Debi bangkit dari posisi tidurnya. "Apa? Ge--Cecunguk sialan itu? Maksudnya?"

"Aku udah nyuruh dia buat jemput kamu besok pagi dan dia mau," tutur Gishela.

"Kamu nyuruh dia jemput aku? Kapan?"

"Barusan. Nih, chatnya kalau kamu enggak percaya," ujar Gishela memamerkan ponselnya ke arah Debi.

Debi menyipitkan matanya. Sepertinya otaknya tengah bekerja, menganalisa apa yang terjadi sambil mengamati roomchat Gishela dengan Gevan.

"Oooh ... aku ngerti sekarang. Kamu punya nomornya Cecunguk itu? Jadi kamu yang ngasih nomor aku ke Cecunguk itu, ya? Mmm ... dan kamu juga yang ngasih alamat rumah ini ke dia waktu itu?" terka Debi, kemudian menggertakkan giginya.

"Eh? Bu--bukan aku kok. A--aku aja enggak tau apa-apa. Sumpah!" ujar Gishela sedikit tergagap.

"Kayaknya ada aroma-aroma kebohongan, nih!"

"Huaaah! Ngantuk. Aku tidur dulu," kata Gishela, lalu merebahkan tubuhnya di ranjang dan menarik selimut sampai ke kepalanya.

"Gishela!" sentak Debi kesal.

Gishela hanya diam di balik selimutnya. Ini memang sudah jam tidur bagi anak sekolah, jadi keputusan Gishela untuk segera tidur merupakan keputusan yang benar sekaligus sebagai ajang untuk menghindari amukan seekor singa di sampingnya yang bisa menerkam kapan saja.

****

Keesokan harinya, Debi dan Gishela baru saja selesai sarapan dan kini mereka berdiri di depan rumah menunggu jemputan datang setelah terlebih dahulu memberitahu Alin bahwa mereka hari ini tidak membawa kendaraan ke sekolah karena ada yang menjemput.

Unconditional Love [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang