Part 29

311 51 4
                                    

💎Happy reading💎


Debi mundur beberapa langkah ketika menyadari posisinya yang kini dalam bahaya. Dengan melihat tatapan orang-orang di depannya yang tidak bersahabat sudah membuat Debi yakin kalau dirinya dalam bahaya, ditambah lagi satu di antara mereka pernah Debi buat bonyok. Debi yakin ini ada sangkut pautnya dengan masalah orang yang Debi buat bonyok, mungin ini serangan balas dendam, begitu pikir Debi.

"Lo masih ingat gue?" tanya preman yang sudah Debi kenal wajahnya itu.

Debi tidak menjawab, Debi malah memasang kuda-kuda dan menggerakkan matanya dengan cepat untuk melihat wajah setiap orang yang ada di hadapannya. Melihat itu, preman yang tadi dipanggil 'bos' itu tergelak.

"Hahaha ... biar gue aja yang hadapin," kata preman itu dengan nada meremehkan.

Preman itu melayangkan satu pukulannya ke arah wajah Debi. Untunglah Debi bisa menghindarinya. Preman itu terus memukul Debi tanpa ampun, Debi bahkan tidak memiliki kesempatan untuk membalas, yang bisa Debi lakukan hanya menghindar dan menangkis serangan bertubi-tubi yang terarah kepadanya.

Ketika ada kesempatan, Debi mengambil sedikit jarak dari preman itu dan melancarkan tendangan kirinya tepat ke wajah preman yang tingginya melebihi tinggi Debi itu. Preman itu mundur beberapa langkah, sedetik kemudian kembali menyerang Debi dengan ganas.

Debi terpojok dan terus menangkis serangan yang datang karena untuk menghindar saja Debi tidak bisa saking rapi dan cepatnya pergerakan lawan Debi saat ini. Sampai pada akhirnya preman itu mengangkat tangannya tinggi-tinggi, Debi sudah benar-benar kewalahan saat ini. Debi manatap nanar tangan kekar yang akan segera menghantam wajahnya itu. Seketika itu Debi memejamkan matanya, kini Debi hanya bisa pasrah. Walau dalam keadaan seperti ini Debi masih bisa menarik napas legah karena teringat Gishela yang menolak ajakan Debi tadi, kalau Gishela ada bersama Debi tentu suasana akan semakin parah. Debi tidak mau membahayakan Gishela karena masalahnya.

Namun, tangan kekar yang tertahan di udara itu tak kunjung sampai ke wajah Debi. Perlahan Debi membuka matanya dan mendapati Gevan yang sedang menahan tangan preman itu sekuat tenaga. Debi mengedipkan matanya beberapa kali untuk meyakinkan dirinya sedang tidak berhalusinasi saat ini.

"Gevan?!" panggil Debi tak percaya.

Sesegera itu Debi berdiri dari posisinya yang terduduk dan kembali memasang kuda-kuda. Masih ada empat orang lagi yang menjadi ancaman bagi Debi saat ini.

"Siapa lo? Mending lo enggak usah ikut campur urusan gue!" sentak preman itu sambil menepis kasar tangan Gevan.

Tanpa aba-aba, Gevan mendaratkan tendangannya ke perut preman itu. Sementara Debi tengah melawan anak buah dari preman itu dengan sisa-sisa kekuatannya.

Pada kesempatan yang sangat pas, Gevan memutar tubuhnya dan melayangkan tendangan tornado-nya ke tengkuk preman itu. Alhasil, preman itu tersungkur ke tanah. Melihat itu, Gevan buru-buru menghampiri Debi yang melawan empat preman sekaligus.

"Lawan gue kalau berani!" tantang Gevan kepada preman-preman itu.

Seketika itu mereka membagi dua kelompok, dua melawan Debi dan dua melawan Gevan. Debi melihat ke arah Gevan sekilas sebelum kembali menghadapi dua preman yang menjadi lawan Debi kali ini.

Saat satu dari preman yang melawan Debi sedikit lengah, Debi mengibaskan tangan kirinya dan melayangkan pukulannya tepat di dagu bagian bawah preman itu karena Debi tahu bawah dagu adalah salah satu titik lemah orang. Jika dagu bagian bawah terkena pukulan atau tendangan yang tepat maka bisa-bisa orang yang mendapat serangan di bawah dagu itu bisa langsung pingsan saking berbahayanya serangan ke dagu bagian bawah.

Unconditional Love [Complete]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin