Part 21

316 45 0
                                    

💎Happy reading💎


"Iya ... enggak apa-apa," jawab gadis itu dengan ramah. Entah ke mana perginya sifatnya yang tadi hampir hilang kendali.

"Boleh kenalan enggak, Kak?" tanya Gevan sambil mengulurkan tangannya ke arah gadis di depannya.

Sepertinya jiwa playboy Gevan sudah mulai keluar, nih. Jelas-jelas sudah punya pacar. Masih saja genit ke perempuan lain. Kalau Debi tahu, sudah dipastikan Gevan akan pulang dengan wajah babak belur.

"Oooh ... boleh ... nama gue Nola. Nama lo?" ujar Nola menerima uluran tangan Gevan dengan semangat 45.

"Nama gue Gevan Sanjaya Mahesa ...."

"Panggilannya?"

"Terserah Kakak Senior aja mau manggil gue apa, tapi jangan panggil Sanjaya, soalnya itu nama kakek gue," ujar Gevan nyengir lebar.

"Oooh ... oke---"

"Panggil sayang juga boleh, asal jangan panggil Baby aja!" titah Gevan. Baby itu merupakan panggilan sayangnya untuk Debi, jadi Gevan tidak mau orang-orang memanggilnya dengan panggilan Baby juga. Aneh? Iya, itulah Gevan.

"Pfffttt ... kenapa enggak boleh panggil Baby?" tanya Nola penasaran.

"Ehem ... ini nomor HP Debi bukan, sih?" tanya Bagas sambil memamerkan layar ponselnya di depan wajah Gevan agar Gevan bisa melihat dengan jelas siapa nama pemilik nomor yang seperti hendak dipanggilnya itu.

"Jangan macam-macam, ya lo!" ancam Gevan menunjuk-nunjuk Bagas dengan telunjuk kirinya.

Bagas memencet layar ponselnya dan mendekatkan ponsel itu ke telinganya, kemudian Bagas, Rion, dan Rayan berjalan lebih dulu meninggalkan Gevan sambil pura-pura tidak mendengar Gevan yang berteriak heboh.

"Woi! Jangan macam-macam gue bilang!" teriak Gevan kepada teman-temannya, "Gue pergi dulu, ya, Kak, ada misi rahasia." Gevan beralih menatap Nola yang masih setia berdiri di depannya , lalu berlari mengejar teman-temannya.

"Halo, Debi!" sapa Bagas sedikit mengeraskan suaranya dengan ponsel ditelinganya.

"Matiin teleponnya sebelum gue bunuh lo!" ancam Gevan sambil berlari mengejar Rion, Rayan, dan Bagas.

"Iya! Ada apa?" jawab Debi diseberang sana dengan nada suara dingin, seperti tak ada minat untuk menjawab panggilan Bagas.

Gevan merampas paksa ponsel di tangan Bagas dan memutuskan sambungan teleponnya dengan Debi.

"Cari mati lo?!" gertak Gevan geram kepada Bagas dengan sorot mata tajam, tapi yang ditatap justru cekikikan sendiri.

"Makanya jangan genit-genit ... ingat pacar lo, Bos!" balas Bagas dengan enteng, kemudian mengambil ponselnya di tangan Gevan.

"Lo teman gue apa musuh gue, sih? Heran gue," omel Gevan sambil terus berjalan.

Bagas tidak terlalu takut dengan gertakan Gevan karena Gevan tidak pernah tega sampai benar-benar menyakiti sahabatnya, apa pun masalahnya. Bagas tahu Gevan hanya mengancam saja, tidak akan sampai menyakiti.

****

Setelah bel pulang sekolah berbunyi, Gevan buru-buru membereskan peralatan belajarnya dan bersiap untuk pulang. Bagas dan Rayan juga sudah siap untuk pulang bersama Gevan, tapi tiba-tiba Fira menghalangi pintu ketika semua orang selain Gevan, Bagas, dan Rayan sudah ke luar kelas.

"Ngapain lo? Ngehalangin jalan aja. Udah tau gemuk," caci Rayan yang masih kesal kepada Fira karena Fira tidak mau mengerjakan tugasnya tadi pagi.

"Kamu enggak lupa imbalannya 'kan, Van?" tanya Fira tanpa mempedulikan Rayan.

Unconditional Love [Complete]Where stories live. Discover now