Part 08

488 74 32
                                    

💎Happy reading💎

Debi mengerucutkan bibirnya mendengar jawaban Gishela. "Loh? Bang Reyhan dimaafin, tapi kok aku enggak?"

"Terserah aku dong. Kak Rey 'kan kakak kandung aku," ujar Gishela, lalu menjulurkan lidahnya ke arah Debi.

"Shel, maafin aku dong! Mmmm ... aku bakal lakuin apa aja yang kamu suruh, deh, asal kamu mau maafin aku, aku janji!" mohon Debi sambil menangkupkan kedua tangannya di depan dada dan berharap dengan begitu Gishela mau memaafkannya.

Seketika mata Gishela berbinar mendengar permohonan Debi. Gishela tidak boleh melewatkan kesempatan ini begitu saja, dia harus memanfaatkan kesempatan kali ini dengan sebaik mungkin. Debi sudah berjanji akan melakukan apa saja yang Gishela minta asal mau memaafkannya.

"Mmmmm,"--Gishela mengetukkan jari telunjuknya di dahinya--"aha! Kalau gitu aku mau kamu terima Gevan. Kamu udah janji tadi loh," ucap Gishela dengan mata berbinar penuh harap.

"Apa? Shel, yang lain, deh. Jangan yang aneh-aneh, dong. Kecuali yang satu itu ... please!" mohon Debi lagi-lagi menangkupkan kedua tangannya di depan dada dengan ekspresi wajah memelas.

"Ya udah kalau enggak mau. Kamu tidur di lu---"

"Ehehehe ... aku bencada, Shel. Aku mau kok. Besok aku bakal terima Gevan, asal kamu mau maafin aku dan enggak ngambek lagi sama aku," ujar Debi pasrah dengan apa yang akan menimpanya besok.

"Aaaaaa ... janji, ya!" balas Gishela semangat. Dia mengacungkan jari kelingkingnya ke arah Debi.

Debi menatap jari kelingking Gishela lamat-lamat seperti ragu-ragu untuk mengaitkan kelingkingnya ke kelilingking Gishela yang tertahan di udara. Pada akhirnya, Debi mengaitkan jari kelingkingnya dengan jari kelingking Gishela sebagai bukti dirinya sudah berjanji.

"Janji," kata Debi dengan suara yang hampir tak terdengar.

"Yeii ... besok pagi harus langsung temui Gevan dan terima cinta dia dan satu lagi, aku harus ikut. Aku enggak bisa percaya gitu aja, dong, nanti kalau kamu bohongin aku gimana?" anjur Gishela dengan semangat empat lima.

"Eh? Eng--enggak perlu ditemanin sega---"

Gishela memutar-mutar jari kelingkingnya di depan wajah Debi yang membuat Debi menghembuskan napas kasar. Awalnya Debi ingin pura-pura menerima Gevan, tapi kalau begini caranya dia tidak bisa membohongi Gishela kalau begitu.

"Iya iya," ujar Debi pasrah.

****

Keesokan harinya, Gishela benar-benar menagih janji Debi kepadanya dengan ancaman dia akan kembali merajuk kalau Debi tidak menerima Gevan hari ini.

Baru saja Debi dan Gishela tiba di sekolah, Gishela sudah heboh sendiri menyuruh Debi mencari keberadaan Gevan. Debi hanya bisa menurut saja karena dia tak mau Gishela merajuk lagi.

'Apa cecunguk itu udah datang ya? Dari penampilannya aja aku bisa yakin, kalau dia itu anak berandalan,' batin Debi sambil terus mengintip di setiap kelas X yang dia lewati bersama Gishela.

"Itu Gevan 'kan?" tunjuk Gishela ke dalam kelas X IPS III.

Debi mengikuti arah telunjuk Gishela. Benar saja, Gevan tengah duduk di kursi bagian belakang, matanya fokus melihat layar ponselnya yang dimiringkan, dan kedua kakinya diletakkan di atas meja.

Debi meneguk salivanya. Kalau bukan karena Gishela, tidak mungkin Debi mau melakukan semua ini. Ini dia lakukan semata-mata hanya untuk Gishela, bukan karena dia juga menyukai Gevan karena itu tidak akan pernah terjadi.

Unconditional Love [Complete]Where stories live. Discover now