Part 16

339 50 7
                                    

💎Happy reading💎


Debi sedikit berlari ke arah toilet untuk memenuhi panggilan alamnya.

Setelah selesai dengan urusan di toilet, Debi kembali berjalan ke arah taman belakang sekolah, tapi di tengah perjalanan, Debi bertemu dengan Bu Lidia yang sepertinya sudah selesai berbicara dengan Farhan.

"Debi!" panggil Bu Lidia.

"Iya, Bu!" jawab Debi berhenti di depan Bu Lidia yang berdiri di sisi lapangan.

"Shela gimana? Udah tenang?" tanya Bu Lidia. Sepertinya dia sangat khawatir melihat Gishela yang tadinya gemeteran.

"Ya, gitu, deh, Bu. Udah lumayan tenang. Tadi udah ketawa juga," jawab Debi.

"Ooh iya ... tadi ibu sudah menceritakan masalah ini kepada Kepala Sekolah, kamu dan Gishela juga diizinin pulang. Gishela pasti masih butuh menenangkan diri, kalau di sekolah 'kan berisik. Ibu dengar, kalian tinggal serumah, ya? Kalian sepupuan?" ujar Bu Lidia.

"Kami boleh pulang, Bu? Syukurlah! Saya juga khawatir liat kondisi Gishela, Bu ... dan kami memang tinggal serumah, Bu. Seperti yang saya bilang tadi, kalau Gishela itu adik saya, adik sepupu saya."

Bu Lidia mengangguk-anggukkan kepalanya. Sepertinya dia merasa legah setelah mendengar Gishela sudah mulai bisa menenangkan dirinya.

Tak lama kemudian, Debi kembali berlari ke arah taman belakang sekolah untuk menemui Gishela setelah sebelumnya berpamitan kepada Bu Lidia.

Hal pertama yang dilihat Debi adalah pemandangan yang membuat matanya seolah bisa mengeluarkan api. Kepalanya memanas melihat Gishela kini tengah berada dalam dekapan Fabio. Tentu saja Debi tidak senang melihat Gishela didekap sembarangan oleh orang lain.

"Ehm!" Debi berdehem untuk mengkode bahwa dirinya kini sudah kembali.

Sontak, Fabio melepas dekapannya dari tubuh Gishela dan melihat Debi yang berdiri di hadapan mereka. Debi berusaha terlihat biasa saja, mencoba menahan amarahnya agar Gishela tidak menanyakan lebih lanjut, kenapa Debi seperti itu.

"Eh? Debi? Udah selesai ke toiletnya?" tanya Gishela kepada Debi.

"Udah ... katanya, kita berdua udah boleh pulang," kata Debi kemudian.

"Hah? Udah boleh? Beneran?" tanya Gishela antusias.

"Tapi, gimana caranya? Kita 'kan ke sini bareng Kak Fabio sama Gevan," kata Gishela bingung bagaimana caranya mereka pulang kali ini karena mereka tidak membawa kendaraan.

"Biar kakak antar," tawar Fabio kepada Gishela.

"Kakak 'kan harus belajar," balas Gishela merasa tak enak.

"Kakak bisa minta izin kok. Tenang aja!" tutur Fabio dengan santai.

Debi memutar bola matanya malas. Yang dia pikirkan sekarang jika Gishela pulang dengan Fabio, lantas bagaimana dengan dirinya? Masa iya dia pulang naik ojek. Yang terpikirkan oleh Debi sekarang hanya satu, yaitu mencari Gevan untuk bisa mengantarnya pulang. Yah, hanya Gevan yang bisa Debi mintai tolong untuk saat ini. Tak apa jika Debi terkesan memanfaatkan Gevan, toh Debi tidak peduli dengan semua itu.

"Ya udah ... kalau gitu kamu pulang duluan aja. Ntar aku nyusul," kata Debi kepada Gishela.

Setelah berkata begitu, Debi berlalu dari hadapan Gishela dan Fabio yang masih setia duduk di bangku taman.

Debi berjalan menelusuri sekolah dan mencari keberadaa Gevan. Bukannya sekolah yang terlalu luas, tapi otak Debi yang tidak bisa menyimpan terlalu banyak ingatan. Sekarang saja Debi sudah lupa di mana waktu itu dia menemui Gevan. Debi benar-benar lupa yang mana kelas Gevan. Padahal jika disangkutkan dengan pelajaran, Debi sangat mudah menyimpannya.

Unconditional Love [Complete]Where stories live. Discover now