Part 25

318 50 12
                                    

💎Happy reading💎


Debi menatap wajah datar Gevan yang juga terus menatapnya tanpa berkedip. Debi berusaha sekuat tenaga agar bisa mengendalikan dirinya. Yang terpenting bagi Debi saat ini Gishela sudah baik-baik saja.

"Gue mau liat keadaan Gishela dulu," kata Debi, kemudian berlalu dari hadapan Gevan.

Debi berlari secepat yang dia bisa menuju UKS, pikirannya terus berbutar di mana Gishela terjatuh di depan matanya. Debi hanya bisa berharap Gishela baik-baik saja. Bisa Debi rasakan kepanikan dan ketakutan yang Gishela rasakan saat tadi Nola menyekapnya karena pada dasarnya Gishela tidak pernah merasa terancam.

"Shela!" panggil Debi ketika tangannya baru saja membuka pintu UKS.

Hal pertama yang Debi lihat adalah Gishela yang sudah terlihat baik-baik saja dengan Fabio yang juga duduk di sebuah kursi tepat di samping kasur yang Gishela duduki.

"Eh? Debi! Kamu enggak apa-apa 'kan?" tanya Gishela panik.

Bagaimanapun juga, Gishela sangat tahu bagaimana sikap Debi yang pasti akan meledak ketika tahu dirinya disakiti, tanpa memandang siapa yang menyakiti Gishela, bahkan kalau itu juga orang yang penting dalam hidup Debi sekalipun. Debi memang tipikal orang seperti itu, apalagi setelah Debi mendapat perintah dari Reyhan untuk menjaga Gishela, jadi Debi merasa punya tanggung jawab besar untuk menjaga Gishela dan Gishela tahu Debi bersusah payah menjaganya selama ini. Kadang Gishela merasa kesal karena dirinya tidak bisa menjaga diri sendiri dan terus merepotkan Debi.

"Harusnya aku yang nanya gitu ... kamu enggak apa-apa 'kan?" tanya Debi ketika dirinya sudah berada di dekat Gishela.

"Aku enggak apa-apa," jawab Gishela tersenyum manis ke arah Debi.

Gishela terus beristirahat di UKS sampai jam pulang sekolah tiba dan ketika pulang sekolah, Gishela langsung pulang dengan Fabio setelah sebelumnya meminta izin kepada Debi untuk pulang lebih dulu. Debi hanya mengiyakan perkataan Gishela dan berniat menunggu Gevan di depan kelasnya saja.

"Cecunguk sialan itu mana, sih?" gerutu Debi yang sudah agak lama menunggu Gevan yang belum juga menampakkan puncak hidungnya.

Debi mondar-mandir di depan kelasnya sambil celingak-celinguk mencari keberadaan Gevan. Hingga pada akhirnya Debi melihat Gevan tengah berlari ke arahnya.

"Dari mana aja lo?!" tanya Debi kesal sambil bersedekap di hadapan Gevan.

"Habis perang dulu sama teman-teman," jawab Gevan sambil berusaha mengatur napasnya kembali.

"Cih ... ya udah, pulang!" kata Debi dengan nada kesalnya.

"Yuk!" kata Gevan sambil menggandeng tangan Debi untuk jalan menuju parkiran.

Selama perjalanan pulang, tidak ada percakapan ataupun perdebatan yang terjadi di antara Debi dan Gevan. Mereka sibuk dengan pikiran masing-masing.

Hingga mobil Gevan sudah berhenti di pekarangan rumah Debi, mereka hanya tampak sedang berdebat kecil sebelum Debi keluar dari mobil Gevan dan membanting pintu mobil Gevan dengan kencang, entah apa yang mereka perdebatkan sampai Debi terlihat kesal begitu.

****

Keesokan harinya, ketika jam istirahat sudah berbunyi, Debi dan Gishela langsung menuju kantin dan memesan bakso kesukaan mereka tentunya.

Untuk sesaat, Debi bisa tenang tanpa gangguan Gevan dan bisa berduaan dengan Gishela di kantin sekolah yang belakangan ini jarang terjadi karena Gishela yang sering sibuk dengan Fabio. Debi hanya bisa memaklumi sepupunya itu dan tidak ada niatan untuk mengganggu hubungan Gishela dan Fabio.

Unconditional Love [Complete]Where stories live. Discover now