Part 36

290 45 7
                                    

💎Happy reading💎


Pagi ini Debi tengah sibuk menghubungi Gevan untuk meminta Gevan menjemputnya sekarang, tapi Gevan tak kunjung menjawab panggilan dari Debi, membuat Debi merasa kesal. Sedangnya Gishela sudah pergi sekolah dengan Fabio beberapa menit yang lalu. Debi berdecak kesal, kemudian mencoba mencari ojek untuk ditumpanginya ke sekolah.

Entah ke mana sosok Gevan saat ini. Biasanya Gevan selalu menjawab telepon Debi dan akan menjemput Debi tepat waktu, tapi kali ini justru tidak adak kabar sama sekali dari Gevan.

Setelah agak lama mencari ojek, akhirnya Debi mendapatkan satu ojek dan segera meminta tukang ojek itu untuk mengantarnya ke sekolah, bisa-bisa Debi telat kalau terlalu lama seperti ini.

Untunglah ketika sampai di sekolah, gerbangnya masih belum ditutup. Itu artinya Debi tidak terlambat. Setelah membayar tagihan ojeknya, Debi buru-buru masuk ke sekolah dan langsung menuju kelasnya.

Beberapa menit kemudian bel masuk pun berbunyi. Debi menarik napas legah karena dia tak harus mendapat hukuman karena terlambat masuk kelas.

Saat jam pelajaran berlangsung, Debi sama sekali tidak fokus. Fikirannya terus berkelana memikirkan Gevan yang tidak ada kabar sama sekali hari ini, rasanya aneh kalau tidak mendapat kabar dari Gevan seperti ini.

Tanpa terasa bel istirahat sudah berbunyi, tapi Debi masih bengong di kursinya tanpa menyadari teman-temannya yang sudah keluar dari kelas, pikiran Debi terus berkelana memikirkan Gevan.

"Bi! Debi! Woi!" teriak Gishela sambil menggebrak meja Debi karena Debi tidak menghiraukannya.

"Ah? Apa?" tanya Debi kaget.

"Apa, apa ... aku udah manggil kamu sampai 30.000 kali loh. Eh, sekarang malah bilang apa," jawab Gishela kesal.

"Ya maaf ... ada apa, Shel?" tanya Debi lagi.

"Enggak mau ke kantin?"

"Hah? Emang udah isti---" Perkataan Debi terpotong saat matanya melihat ke jam dinding di kelasnya dan lagi, hanya mereka berdua saja yang tersisa di kelas.

"OMG, Debi ... kamu ke mana aja dari tadi?"

"Kamu ke kantin sama Fabio aja, ya. Aku ada perlu." Debi berlari ke luar kelas dengan terburu-buru dan meninggalkan Gishela yang melongo tak percaya.

Gishela bergeming di tempatnya. Rasanya dia baru saja menemukan Debi yang baru. Apa perempuan yang diajak Gishela bicara tadi benar-benar Debi? Ah, entahlah.

Sementara Debi, dia terus berlari menuju kelas Gevan, berharap dia bisa menemukan Gevan di sana. Karena mungkin saja Gevan tidak ada kabar gara-gara sibuk.

Sesampainya di kelas X IPS III, Debi mendapati tiga sahabat semprul Gevan sedang asyik berbincang-bincang, tapi tidak ada sosok yang Debi cari di sana.

"Ehem! Mmmm ... Gevan mana, ya?" tanya Debi sambil mendekati tiga laki-laki itu.

"Eh? Ada Debi. Tumben nyariin Gevan," kata Bagas takjub.

"Ah ... Gevan mana?" ulang Debi kesal.

"Dia enggak masuk sekolah hari ini. Gue udah hubungin dia juga tadi, nomornya aktif, sih, tapi enggak diangkat." Kini Rion yang berbicara.

"Duh ... tuh anak ke mana, sih?" gerutu Debi.

Debi memutar tubuhnya dan berjalan menjauhi tiga sahabat itu. Ketika Debi hendak mencoba menelepon Gevan kembali, ponselnya lebih dulu berbunyi, dan itu panggilan dari Gevan.

"Halo, Van ... kamu di mana? Kok enggak ke sekolah?" tanya Debi setelah mengangkat ponsel ke telinganya.

"Huh! Baby ... bi--bisa ... huh ... bisa ke rumah sekarang?" tanya Gevan di seberang sana. Napasnya terdengar memburu seperti orang kelelahan.

Unconditional Love [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang