Chapter 40

510 101 33
                                    

Part kemarin belum 30, tapi gak apa-apa aku up aja ehe.

__________

“Siang Tante, Om.” Tari dan Arman memberikan senyuman kepada Nissa dan laki-laki di sampingnya ketika berpapasan di ambang pintu.

“Kebetulan ada Nissa, tante titip April dulu, ya? Mau cari makan siang dulu.”

“Siap, Tan!” Tari mengusap bahu Nissa sebelum pergi.

April menoleh ke asal suara, ada dua orang yang hendak duduk di kursi di sampingnya. Satu orang perempuan dengan muka ceria dan ... seorang laki-laki berjaket yang kentara dengan muka berandalan.

“Hai! Gimana, udah mendingan, kan, Ril?” suara cempreng Nissa melantun di telinga April.

April hanya mengangguk. Pandangannya tertuju ke pintu yang tertutup rapat. Dia mengharapkan kehadiran seseorang yang ingin dia lihat selain Nissa.

Fajri.

Tadi pagi Fajri menyempatkan mengunjungi April sebelum berkangkat ke sekolah. Hanya sendiri, tidak bersama Nissa. Waktu April tanya Nissa ke mana, Fajri hanya bergedik tak tahu. Tadi juga Fajri janji bakalan datang. Tapi mana? Tidak sedikit pun Fajri menampakkan batang hidungnya.

Ok, mungkin Fajri ada acara lain yang lebih penting daripada janjinya tadi pagi. Jangan negative thinking seperti kepada Fenly kemarin.

“Aji mana, Kak Nis?”

“Mana gue tahu. Kenapa nyari-nyari Aji, sih, dia udah gede juga. Nggak bakalan diculik.”

Farhan berdeham. Yap, laki-laki yang datang bersama Nissa. Mungkin merasa kehadirannya tidak dianggap oleh April. Orang yang datang Farhan, tapi April malah mencari orang lain yang tidak ada di tempat ini. Apalagi yang dicari Fajri, rivalnya.

“Oh, iya, gue bawain makanan buat lo. Makanan sehat, kok, Ril, jadi aman. Jangan lupa dimakan, ya?” kata Farhan berusaha mengambil perhatian. Farhan menyimpan dua kantung keresek yang dimaksud di atas meja.

“Makasih, Kak Farhan.”

“Yoi.”

“Tahu nggak, Ril, nilai latihan TO terakhir gue naik jadi delapan puluh sembilan loh,” ujar Nissa dengan antusias. Nissa merasakan ada hawa canggung diantara mereka. Mungkin dengan cara ini suasana akan lebih hangat.

“Kak Nissa sama Aji masih marahan?” April tidak menghiraukan ucapan Nissa. Dia melenceng ke bahasan lain. Nissa tidak mungkin marah kepada April, kan, saat keadaan April seperti ini?

April punya rencana agar kedua sahabatnya berbaikkan lagi. Memanfaatkan keadaannya untuk membujuk Nissa dan Fajri. Menurutnya itu tidak buruk, justri itu ide yang sangat bagus.

“Gue nggak mau bahas dia.”

“Masih marahan,” simpul April. April memalingkan wajahnya ke arah lain.

Sedari tadi nampaknya ada sepasang mata yang mengintip mereka dari kaca pintu ruangan April.

***

Di koridor dasar, Fajri kesulitan karena tali tasnya putus. Mana itu tas kesayangannya sedari SMP. Ditambah dia yang makin kelihalangan jejak Zweitson. Tapi akhirnya, Fajri dapat menemukan Zweitson di gerbang depan.

“Zweitson!”

Fajri langsung meyapa Zweitson dengan menepuk pundak sang empu, sampai Zweitson sedikit terkejut.

“Eh, Kak Fajri. Kenapa, Kak?”

“Lo udah tahu kabar April?”

Zweitson mengangguk. “Udah—”

Tentang Kita | FAJRI UN1TY [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang