Chapter 32

547 117 31
                                    

Nissa bingung. Dia panik. Sekarang mereka sudah terduduk di bawah. Mau nelepon Fajri, ia malu dong baru aja berantem masa udah main telepon. Tapi, ini demi April. Tapi, kalau telepon Fajri mau ditaruh di mana harga dirinya? Tapi .... Ok, Nissa nangis geger sekarang.

"April, jangan gini dong!" Suaranya bergetar.

Dengan cepat, ia memutuskan untuk menelpon Fenly. Bisa-bisanya baru kepikiran sekarang. Beruntungnya, panggilan langsung terhubung.

"Kak Fenly tolongin Nissa! April mimisan terus pingsan, jemput kita di rumah pohon, ya, kak!"

Nissa mengambil tisu dari tasnya, lalu membersihkan darah di hidung April. Tidak begitu banyak tapi ini mengerikan. Walaupun Nissa di sekolah mengikuti ekskul PMR, tapi ini yang seperti ini April, sahabatnya.

"Ril, bangun dong! Lo kenapa mimisan gini?"

Kepala April tersandar bahu Nissa. Tidak peduli pakaian yang Nissa kenakan sudah berantakan. Semampunya ia berusaha memberikan pertolongan pertama untuk April. Tapi, Nissa tidak bisa fokus.

"April, ih, jangan nakut-nakutin gue." Nissa nangis. Ia tidak bisa menahan perasaan khawatirnya sendirian.

Nissa tidak berhenti menepuk-nepuk bahu April. Untung saja pakaian yang dikenakan April memang longgar.

Yang ditakutkan dari dulu. Nissa tahu kalau April pernah sakit serius waktu kecil, tapi ia juga tahu kalau itu sudah sembuh total. Kata Fenly beberapa pekan lalu, April punya anemia, tekanan darah rendah. Tapi, tanpa orang lain ketahui terkecuali Fenly, kanker darah yang diderita April itu lebih mengerikan bahkan sangat mengerikan dari sekedar anemia.

Tapi, nggak sepenuhnya ditutupi juga, toh anemia itu salah satu ciri penyakit tersebut, kan?

Setelah cukup lama, akhirnya Fenly datang dengan dua orang perawat. Dengan cepat mereka membopong April lalu membawanya ke rumah sakit.

***

Fenly keluar dari IGD selesai menangani April, dan Nissa pun langsung menyerbu Fenly untuk dimintai penjelasan. Nissa sudah tidak sabar, Fenly untuk beberapa saat hanya berdiam saja.

"Aku tahu April lagi kenapa-napa. Tapi, dia nggak kenapa-napa, kan, Kak?"

"Kamu udah telepon tante Tari? Bunda, Aji?"

"Jawab dulu!"

Nissa menggoyang-goyang lengan Fenly agar Fenly mengatakan dengan cepat kalau sahabatnya memang baik-baik saja.

"April cuma kecapean. Kamu kan tahu kalau April gak boleh terlalu capek."

Nissa tidak puas dengan jawaban Fenly. Lalu Nissa menggeleng untuk menjawab pertanyaan Fenly yang sebelumnya.

Melihat penampilan Nissa yang memang berantakan sekali. Fenly berembus pelan. "Kamu pulang dulu, gih, bersih-bersih. Sekalian kasih tahu orang rumah."

"Tapi aku mau si sini, Kak. Sampai April siuman."

"Nis." Fenly mengusap bahu Nissa. "Rapihin dulu penampilan kamu, ya, kamu harus percaya kalau April baik-baik aja. Kakak pesenin taksi, ya?"

Nissa mencebik. Lalu melirik tubuhnya sendiri. Memang berantakan dan kotor. Banyak debu di rok, serta bercak darah di bajunya yang sudah mengering. Belum lagi mukanya yang sudah kusam dan terlihat kalau ia habis menangis. Ini bukan Nissa banget. Ini kayak gembel.

Tentang Kita | FAJRI UN1TY [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang