Chapter 43

457 98 36
                                    

Nggak lagi seneng, biar cepet aku unggah sampai akhir aja. Happy reading! 🌹

__________

"Ril, ternyata gue ada kumpul sama anak basket, nanti malem gue lanjutin, ya. Elo kenapa ceroboh banget sih sampe file penting sering ke hapus kayak gini. Atau lain kali bikin back up kek, cadangan."

Fajri berceramah ria di depan laptop milik April. April meminta bantuan Fajri untuk mengecek dan mengumpulkan tugas lamanya. Tetapi ketika Fajri cek, file yang April sebutkan tidak ada. Dan pasti ke hapus mengingat April sering tidak sengaja ceroboh seperti itu.

"Kalau nggak ikhlas bantuin bilang aja kali," balas April yang merebahkan kepalanya di bantal yang sudah di atur senyaman mungkin. Kondisi April setelah dua minggu pulang dari rumah sakit semakin membaik.

"Eh, bukan gitu maksudnya April Abrila. Nggak ada hubungan ikhlas sama nggak. Yaudah, maaf-maaf," kata Fajri sembari memakai jaketnya bersiap untuk pergi.

"Kamu bandel banget, Ji, kata Pak Ricky kelas 12 tuh udah nggak boleh ikut kumpul-kumpul loh," ujar April dengan topik yang pertama Fajri katakan. April yang duduk di kasur beranjak, berdiri ingin menutup jendela karena hari mulai gelap.

Fajri menahan April yang hendak turun dari kasur untuk menutup jendela. "Biar gue aja." Fajri lebih cepat menjangkau jendela. "Lo juga nggak kalah bandel sama gue. Bahkan kayaknya lo lebih bandel, deh. Lo itu belum sembuh total. Ngebet banget buat ngecek tugas."

"Aku udah sembuh. Lagian kalau ditunda terus, tugasnya makin numpuk. Itu tugas udah lama banget, Ji, aku harus kejar nilai."

Fajri yang sudah sempurna mengenakan jaket berdeham, "Ril, gimana kalau lo break dulu, nanti kelas sebelasnya ngulang—"

"Nggak, Ji."

Fajri menarik napasnya, sudah pasti mendapati repon seperti itu. "Gue ngizinin lo belajar. Tapi, jangan terlalu dipikirin dan diporsir, ok? Jangan mikir keras dulu." Fajri mencubit halus pipi tirus April.

Melangkahkan kaki berniat untuk pergi ke tujuannya, langkah Fajri terhenti ketika April mengeluarkan suara lagi.

"Aji, kapan baikan sama Kak Nissa?"

Fajri menoleh. "Ntar, habis nge-live," balas Fajri disertai tawa renyah, sedangkan April memutarkan bola matanya. Sama sekali tidak lucu. Fajri menyempatkan menghampiri April lagi. "Lo gak boleh kecapean." Ia mengusap puncak kepala April. "Gue pergi dulu, ya."

Samar-samar April mendengar Fajri berpamitan kepada Tari dan Fenly. April melangkah ke arah jendela dan menyibak sedikit untuk mengintip.

Berlalunya Fajri dengan motornya keluar gerbang, aliran darah keluar begitu saja dari hidung April. Rasa pusing yang mulai menyerang membuat tubuhnya limbung dan seketika April sudah ambruk ke lantai.

***

Di tempat lain, Nissa baru saja melakukan transaksi dengan sopir ojek online. Handphonenya bergetar. Nissa mengangkatnya dan langsung mendapati petuah yang sangat panjang dan tanpa rem dari sepupunya. Tapi Nissa tak acuh.

"Iya, nggak malem Pak Dokter. Jam delapan udah di rumah, deh. Iyaa, babay!" Nissa menutup sambungan teleponnya dengan Fenly. "Bawel banget, heran," gerutunya.

Setelah menaruh handphonenya ke dalam tas, Nissa memasuki sebuah kafe.

Nissa mengedarkan pandangan untuk menemukan orang yang sebelumnya sudah membuat janji dengannya. Ketemu, sudut bibir Nissa melengkung. Ia menyeret langkah mendekati meja nomor 13 tersebut.

Tetapi, langkahnya terhenti ketika ada perempuan yang lebih dulu menghampiri meja tersebut. Awalnya tidak terjadi apa-apa, tetapi mata Nissa meyipit ketika mereka berdua saling memeluk satu sama lain. Yang membuat Nissa tambah kaget ketika melihat orang tersebut mengecup pipi kanan perempuan yang baru datang itu.

Tentang Kita | FAJRI UN1TY [SELESAI]Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ