Chapter 31

494 123 39
                                    

Selamat membaca!

Entah kenapa pundak milik Fajri nyaman untuk dijadikan sandaran. Nissa saja dari tadi belum beranjak dari tempat nyaman itu. Nissa sedang memainkan game di ponsel milik Fajri. Duduk selonjoran di bawah rumah pohon, kepala bersandar di pundak orang. Nikmat Tuhan mana lagi coba yang engkau dustakan.

"April kok lama banget, ya? Udah hampir satu jam belum dateng," kata Fajri sembari mengawasi Nissa bermain game.

"Coba hubungin, deh, takut ada apa-apa."

"Apa dia gak bakalan dateng?" tebak Fajri sekaligus bertanya.

"Hubungin dulu, ganteng!"

Fajri tersenyum. "Gak pa-pa, nih, buka hp lo?" Nissa menganggung-anggukkan kepalanya.

Fajri mengambil ponsel Nissa yang tergeletak di sampingnya. Nissa tidak pernah memakai password sehingga memudahkan Fajri untuk membukanya. Setelah menggeser lock screen ... dahi Fajri mengernyit.

"Farhan?" gumam Fajri, kontak yang diberi keterangan nama tersebut dibubuhi emotikon love berwarna merah. Nissa terkesiap mendengarnya, buru-buru Nissa merebut ponselnya dari Fajri. "Lo balikan sama si berengsek itu? Atau itu orang yang beda?" Fajri menatap mata Nissa dengan tajam.

Nissa menunduk kaku serta menggigiti bibir dalamnya. Nissa tidak menjawab, dia hanya diam.

"Nis!"

"Gue balikan sama Farhan." Akhirnya Nissa mengaku. Mungkin memang dengan cara ini semuanya terbongkar. Sekarang dia cuma pasrah. Sudah bisa menebak Fajri bakalan marah besar lagi kepadanya.

Fajri mengacak rambutnya prustasi, embusan napasnya sudah tidak bersahabat.

"Dengerin penjelasan gue dulu." Suara Nissa melemah.

"Jelasin semuanya!"

Dengan ragu, Nissa pasrah. Rahasianya sudah terbongkar lebar, tidak ada alasan lagi untuk mengelak. "Sebenernya gue deket lagi sama Farhan udah lama. Gue juga nggak mau munafik kalau gue masih sayang sama dia. Awalnya gue nggak mau maafin dia, tapi perasaan gue ngalahin ego gue. Seminggu yang lalu gue terima dia lagi di hidup gue." Nissa memberi jeda. "Soal gue suka chat sama junior lo, itu cuma alesan doang."

"Setelah apa yang dia lakuin sama lo? selingkuh di depan mata lo sendiri. Peluk cewek di depan mata lo sendiri. Dan lo maafin dia gitu aja, semudah itu?" Emosi Fajri tersulut, atas rasa kekecewaannya kepada Nissa.

"Farhan janji bakalan berubah. Dia juga—"

Sekarang Fajri sudah bangkit dari duduknya, Nissa juga jadi ikut berdiri.

"Farhan bakalan berubah? Preman sekolah tukang mainin cewek kayak dia mau berubah? Demi lo? Cuma omong kosong, Nis. Lo jangan kemakan rayuan murahan dia. Emangnya lo seistimewa apa sampai dia mau berubah cuma demi lo?"

Oke Fajri benar-benar termakan emosi.

"Apa salahnya, sih,  gue ngasih dia kesempatan kedua?" Nissa mulai berani menatap Fajri tidak kalah tajam.

Bibir Fajri tersenyum meremehkan. "Terserah lo, deh. Sekarang gue gak mau ikut campur masalah lo lagi. Cukup waktu itu aja gue belain lo sampe gue babak belur di gebukin sama tuh cowok berengsek. Sori, Nis, gue sababat lo. Gue harus ngelindungin lo. Gue gak mau lo sakit hati lagi akibat orang yang sama. Lo cantik, baik, harusnya lo dapet cowok yang lebih dari dia, cowok yang bener-bener sayang sama lo, bukan cuman jadiin lo mainan dia doang."

"Yaudah, mulai sekarang lo jangan urusin hidup gue lagi." Nissa menghentakkan kakinya kasar dan berbalik. "Gue juga udah gede, lo gak berhak ngatur hidup gue terus." Nissa ingin melangkah, namun ....

"Yang gue kecewain dari lo bukan masalah lo balikan sama si preman itu." Ucapan Fajri membuat Nissa berhenti melangkah tanpa menoleh. "Yang gue kecewain, karena lo udah bohong banyak sama gue. Dan lo tahu kalau gue gak suka sama tukang bohong." Fajri berjalan mendahului, meninggalkan Nissa yang masih termangu di tempatnya.

***

Di parkiran kebun pinus, April tergesa buru-buru. Dia hampir saja lupa dengan janji yang dia buat. Bukan yang dua buat, tapi permintaan kedua sahabatnya. April tadi mengurus hidungnya dulu yang selalu tiba-tiba mimisan.

April berjalan dengan cepat melewati jalan setapak yang sedikit basah akibat gerimis tadi siang. Tapi langkahnya terhenti ketika melihat Nissa dan Fajri sedang tertawa, Nissa yang bersandar di pundak Fajri. Lagi dan lagi, hati April kembali nyeri.

Seharusnya April tidak melihat itu. Lebih tepatnya, seharusnya April tidak boleh merasa cemburu.

Mencoba biasa saja seperti tidak pernah terjadi apa-apa, April mendekat ke arah mereka. Acara adu mulut Fajri dan Nissa kembali menghentikan langkah April. Mereka berantem lagi, tapi ini lebih serius. April mendengar semuanya, apa yang mereka sedang debatkan. Nissa ketahuan balikan dengan Farhan.

April menyimak semua perkataan Fajri dan Nissa yang sudah berdiri dan saling melempar tatapan tidak suka itu.

"Dan lo tahu kalau gue gak suka sama tukang bohong." Kalimat itu sukses membuat April bak disambar petir.

Fajri berjalan meninggalkan Nissa yang tak kalah emosi dengannya. April yang masih mematung sadar ketika ada yang melewatinya begitu saja, dia Fajri.

Tahu akan kehadiran April di sana Fajri pun berkata, "Terserah lo, Ril, mau bela siapa. Yang jelas di sini gue nggak salah."

April bingung harus mengejar Fajri yang pergi, atau menghampiri Nissa yang sedang sendiri. Fajri tidak tahu kalau April sudah mengetahui ini sejak lama. Mungkin Fajri berpikiran bahwa April juga sama dibohongi.

"Kak Nissa. Jangan marah sama Aji, dia lagi emosi." April mendekat ke tempat Nissa berdiri.

"Gue bingung, Ril, sama dia. Maunya apa? Dia gak berhak ngatur-ngatur gue mau pacaran sama siapa aja. Harusnya dia bisa maafin Farhan. Dia juga harusnya ngertiin perasaan gue," ujar Nissa menggebu.

Karena Aji suka sama Kak Nissa. Aji gak rela Kak Nissa sayang sama orang lain dengan cinta, sementara sama Aji karena alasan sahabat, Kak.

"Gak ada yang berhak ngatur perasaan seseorang mau suka sama siapa." Nissa menghentakkan kakinya ke tanah dengan emosi.

Iya, Kak, nggak ada yang berhak. Begitu juga tentang perasaan aku ke Aji, batin April lagi.

Satu tetes cairan hangat lolos begitu saja dari pelupuk mata April, membuat Nissa tambah bingung.

"Ril, kok elo yang nangis? Kenapa? Takut Aji marah sama lo juga karena selama ini lo udah tahu?" tanya Nissa khawatir melihat April tiba-tiba menangis. "Tenang aja gue gak akan ngebiarin lo kena marah sama Aji juga."

April menghapus air matanya, menggelengkan kepala. "Bukan Kak Nis."

"Terus?" Nissa meraih tangan April.

April menggelengkan kepalanya lagi. Tak tahan Nissa memeluk April dan menangis dipelukkan April. Dari tadi Nissa menahan air matanya yang sudah panas. "Maaf, ya, Ril. Gue nggak punya maksud buat bikin persahabatan kita berantakkan karena masalah gue," lirih Nissa sembari terisak di pelukan April.

Setelah beberapa menit, April tidak kunjung melepaskan pelukannya, sedangkan tangannya sudah melonggar dan jatuh terkulai. Isakannya juga sudah berhenti.

"Ril?" Nissa mencoba melepaskan pelukan mereka. Tapi yang ia dapatkan April yang sudah tidak sadarkan diri dengan darah yang mengalir dari lubang hidung April.

_____________________

Ini bakalan kebongkar barengan gini apa gimana, sih?

Harga naik, 30 votes buat lanjut.

02 Januari 2021

Tentang Kita | FAJRI UN1TY [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang