Chapter 49 | Segera Berakhir

573 98 18
                                    

Di setiap cerita, pasti ada akhirnya. Di setiap suka, ada duka~
Apapun yang kan terjadi, ingat kita pernah berada di sini. Jangan pernah lupakan kita, semua suka duka cerita bersama, simpanlah di hati~

(Jika Bisa Memilih, CJR.)

***

Di tengah acara, Nissa melipir ke tempat yang lebih sepi untuk mengangkat panggilan masuk dari Farida. Sebisa mungkin ke tempat yang sepi beneran. Tapi, di sini benar-benar tidak ada tempat yang sepi, hampir seluruh sudut huru-hara tertangkap telinga.

Sebelumnya dia berpamitan dulu kepada teman-temannya. Mungkin taman belakang sekolah sepi, karena gedung belakang tidak digunakan untuk acara. Akhirnya Nissa bisa tenang mengangkat telepon di sini.

Nissa menempelkan ponselnya ke telinga. “Iya, Bun, ada apa?”  Suara isakan yang pertama Nissa dengar, “Bunda kenapa?” tanyanya khawatir.

Kamu ke rumah sakit, ya, sekarang!

“Iya, Bun, aku sama Aji ke sana sekarang.” Nissa menutup panggilannya. Langsung ia mencari keberadaan Fajri.

Nissa benar-benar panik, dia sangat takut. Dia mulai meneteskan air matanya. Entah kenapa, tapi rasanya mata Nissa perih dengan hati yang terasa dicubit berkali-kali. Padahal, dia pun belum tahu apa yang sebenarnya terjadi.

Tidak boleh, Nissa tidak boleh menangis, dia mengusap air matanya yang jatuh dengan punggung tangan. Tapi tidak bisa, dia tetap menangis. Menyebalkannya jarak dari taman belakang ke lapangan utama terasa begitu jauh.

Pikirannya cuma satu, April.

“Cengeng! Jangan nangis, sayang banget air matanya.”

“Cantiknya luntur kebawa air mata.”

“Lihatnya ke atas biar air matanya nggak jatuh!”

Sekelebat potongan-potongan ucapan April yang pernah ditujukan untuknya tiba-tiba memenuhi kepala Nissa. Saking takutnya Nissa kesulitan mencari Fajri. Tidak ada Fajri. Nissa tidak menemukan keberadaan Fajri. Di mana laki-laki itu, apa dia tidak tahu kalau sekarang Nissa sedang kelimpungan? Dan hampir menyerah.

Akhirnya setelah mencari Fajri ke banyak titik, Nissa menemukannya. Langsung Nissa memeluk Fajri membuat sang empu terheran. Nissa menangis sambil memeluk Fajri. Teman-teman Fajri juga tidak kalah dibuat heran.

“Nis? Kenapa?” Fajri mengusap punggung Nissa, tidak peduli dengan semua orang yang ada di sekitarnya mulai memperhatikan.

Nissa melepas pelukkannya. “Kita ke rumah sakit!” ajak Nissa, suaranya sangat parau.

Di mobil Nissa tidak berhenti menangis, dia terus mengeluarkan cairan bening dari matanya. Menyeka keluar lagi, menyeka keluar lagi. Terus seperti itu. Fajri yang sedang menyetir pun tidak karuan, melihat Nissa yang seperti ini.

Seharusnya Fajri tidak seperti ini, seharusnya dia fokus mengendarai mobilnya. Apa dia lupa kalau sekarang bukan hanya dia yang ada di dalam mobil, melainkan Nissa juga ikut serta dalam mobilnya.

“Niss ...  ada apa, sih?” Nissa tidak menjawab, pikirannya terlalu kacau.

Nissa menantapkan hatinya. Kalau April pasti nggak kenapa-napa. Tapi Farida ... kenapa?

***

Fajri dan Nissa berjalan setengah berlari, melewai koridor demi koridor, lift, lorong demi lorong dan akhirnya mereka sampai ke ruangan tempat April dirawat. Di sana ada Arman, Tari dan Farida. Semua menangis apalagi Tari dan Arman.

Tentang Kita | FAJRI UN1TY [SELESAI]Where stories live. Discover now