Chapter 19

674 146 156
                                    

Hari ini tanggal merah, waktunya Nissa rebahan santuy ditemani April yang sedang sibuk memotong kuku tangannya yang mulai panjang.

Dengan posisi tubuh yang diatur senyaman mungkin, Nissa tidak berhenti memasang senyum menatap layar ponselnya, seolah tidak ada hal yang lebih menarik dari itu.

Sesekali Nissa tertawa kecil bahkan menahan tawanya. Di sini tidak ada Fajri, ia pergi bersama tim basketnya untuk menonton anak buahnya bertanding. Mungkin kalau ada Fajri, Nissa sudah ribut karena tingkahnya yang menjengjelkan menurut Fajri.

Berbeda dengan April. Sekarang pun ia mengabaikan Nissa dan fokus dengan kegiatannya.

Tapi tawa keras plus cempreng Nissa kali ini berhasil mengalihkan pandangan April menuju padanya. "Gombaaaal," kata Nissa berbicara kepada ponselnya, mengirimkan sebuat voice note kepada seseorang di seberang sana.

Biasanya Nissa kalau seperti ini sedang bertukar pesan lewat DM dengan adik kelasnya. Perlu kalian ketahui gadis ceria dengan nama lengkap Nissa Uthaharah ini sebenarnya sosok yang haus cogan.

Malahan dia punya nama lain untuk mengecoh dedek-dedek emeshnya. Uta. Nissa biasanya memperkenalkan diri dengan nama Uta.

Tidak cukup dengan satu cowok. Apalagi cowoknya sejenis Fajri. Cakep, gemoy, pinter, anak organisasi lagi. Pokoknya yang ganteng dan keren semua dia sikat.

Cukup lama, Nissa mengubah posisi menjadi duduk yang benar. Sepertinya dia butuh peregangan. Saat melempar mata ke karpet di tempat April duduk .... "Kok April gak ada?" tanyanya bicara sendiri.

Dengan sandal berbulu berwarna pink dan memiliki tanduk unicorn, Nissa melenggang ke arah dapur. Benar, ada April di sana sedang bermain kompor-, uhm maksudnya masak, sepertinya sedang membuat makanan. Omong-omong ini di rumah Nissa.

Nissa duduk di meja makan. Perempuan cerewet yang satu ini angkat tangan mengenai masalah dapur dari pada nanti pada ancur.

"Bikin apa tuuuh?" tanya Nissa.

April melirik sekilas. "Di kulkas ada nugget, aku goreng aja. Gak papa?" Biasanya juga April tidak meminta izin terlebih dahulu.

"Kayak sama siapa aja," kata Nissa terkekeh. Bukan, tapi tertawa. "Oh, iya, Ril. Pengen ngomong sesuatu dong sama lo."

"Tinggal ngomong aja, Kak."

"Iya sini sambil duduk."

April mengangkat nugget yang masih panas dari penggorengan dan mematikan api kompornya. Lalu ia bawa ke meja makan.

"Lo tahu Kak Fenly ada di sini?" tanya Nissa. April membuang napas lega, kirain mau ngomong apaan.

"Tahu, Kak. Udah lama juga, kan?" ujar April.

"Udah nggak takut, Ril, sama Kak Fenly?" tanya Nissa lagi sembari cengar-cengir.

Waktu kecil April memang sedikit takut dengan Fenly karena Fenly kalau bicara suka ngegas, kayak orang marah-marah. Sekarang juga masih begitu, tapi karena profesinya sudah menjadi dokter jadi dikondisikan gitu. Kan bahaya kalau pasien yang kena ngengasnya, gawat urusannya.

Tapi, dibalik sikap yang satu itu, Fenly itu orangnya penyayang banget. Apalagi sama perempuan. Perhatian lagi, boyfriend able banget pokoknya. Ah, jangan bahas Fenly dulu.

April terkekeh sederhana. "Yang mau ditanyain ini?"

"Bukan, sih, ini pemanasan aja hahaha."

Nissa ragu, April sudah memandangnya menunggu ia membuka suara. Nissa harus memberi tahu April.

Tentang Kita | FAJRI UN1TY [SELESAI]Where stories live. Discover now