Chapter 23

576 132 85
                                    

___________________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

___________________________

April membantingkan tubuhnya di kasur, lelah. Percaya tidak percaya dengan pengakuan Fajri tadi. Tapi memang itu kenyataannya, April bingung harus senang atau sedih. April meraih pigura yang ada di nakas tempat tidurnya. Foto April, Fajri dan Nissa waktu liburan di pantai.

Di antara jutaaan kemungkinan yang mungkin saja terjadi, kenapa harus kemungkinan satu ini yang April alami. Kemungkinan yang menarik dirinya semakin berfikir tidak pantas untuk hidup di dunia. Adakah secelah ruang yang mengizinkannya untuk merasakan kebahagiaan tanpa membebani dirinya sendiri?

Air hangat lolos tanpa permisi dari kedua matanya. Lintasan kejadian masa kecil bersama dua sahabatnya pun hidup kembali. Seperti kaset rusak yang menyala secara acak. Berputar gak menentu pada masa yang tak mungkin bisa lagi dituju.

Di atas rumah pohon Fajri bercerita banyak kepada April. Semua Fajri ceritakan, sampai secuil kalimat yang sangat tidak penting tak absen keluar dari mulutnya. Tapi April tidak banyak merespon, hanya senyuman sederhana yang mampu April tunjukkan. Selebihnya, hanya anggukkan dan kekehan kecil.

"Kalau di sekolah ada yang jahatin kamu. Bilang aja sama aku, nanti orangnya aku sulap jadi abu," ujar Fajri seraya memain-mainkan ranting yang ia ubah menjadi tongkat sihir.

"Emang Aji bisa sulap?" tanya April dengan polosnya.

Fajri tersenyum lebar ke arah April. "Ya, nggak juga. Tapi, apa coba yang nggak buat kamu."

Di tempat ini April tertawa santai membuat Fajri senang melihatnya. "Tuh, kan, kata aku juga apa. Kamu cantik kalau lagi ketawa," ujar Fajri, komentar Fajri membuat April menahan senyumannya lebih lama.

"Tapi nggak mungkin juga kalau April ketawa setiap saat, nanti kayak orang gila," ujar April disertai kekehan.

"Nah, gitu, dong. Kalau bicara itu harus banyak kayak barusan. Jangan kayak bayi yang baru belajar ngomong," kata Fajri.

April hanya tersenyum, lagi.

"April, kalau udah gede pasti nanti punya pacar. Nah, kamu nanti kenalin pacar kamu sama aku, ya. Nanti aku mau ngetes dia pantes nggak buat kamu." April hanya mengangguk mengiyakan. "Aku, kan, Superhero-nya April sama Nissa. Berarti harus selalu jagain dan lindungin kalian."

Kemudian, Fajri memain-mainkan rambut April dengan meniup-niupnya.

"Tapi, kalau nanti aku aja yang jadi pacar April, boleh?" lanjut Fajri sangat polos, melebihi polosnya pantat bayi. Tidak seharusnya bocah kelas tiga SD membahas hal tersebut.

April yang mendengarnya hanya diam, lalu tersenyum. "Boleh," jawab April tak kalah polos. "Tapi sama Kak Nissa juga."

April memeluk pigura tersebut, mengingat perkataannya dulu, membuatnya ingin tertawa sangat kencang, ingin berteriak. Tapi, ingin juga mengangis lebih kencang.

Tentang Kita | FAJRI UN1TY [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang