Chapter 38

521 99 85
                                    

Nissa berjalan tidak karuan di koridor rumah sakit dengan air mata yang bercucuran. Bibir dalamnya ia tekan kuat-kuat, agar isaknya tertahan. Amarahnya yang menelusup seolah tidak sabar ingin segera diluahkan.

Nissa tahu siapa yang harus disalahkan atas kejadian ini. Dengan mata berlinang, dia menaiki sebuah taxi lalu menutup pintunya dengan keras. Sopir taxi sampai terperanjat, lalu menengok di spion depan.

Sekarang Nissa menumpahkan air matanya. Tidak peduli sopir taxi yang sesekali mencuri pandang lewat kaca. Tapi lama-lama Nissa risi juga, lagi emosi ditambah sopir taxi yang kepo.

"Nyetir lihatnya ke depan, Pak!" omel Nissa di tengah tangisnya.

Setelah Nissa turun dari taxi, dia segera memasuki rumah sakit yang berbeda dengan sebelumnya. Langkahnya dia percepat, sampai Nissa menemukan ruangan yang dia tuju.

Nissa membuka satu pintu ruangan dengan kasar. Mendapati Fenly yang sedang berkutat dengan kertas di kursi, Nissa langsung saja  mendorong tubuh Fenly sampai Fenly terjengkang.

"Nissa, kenapa?" tanya Fenly dengan nada marahnya. Kertas-kertas itu jadi berhamburan ke lantai. Masalahnya itu kertas-kertas hasil diagnosa pasiennya.

Kaki Nissa menghentak keras. "Kak Fenly yang kenapa? Kakak tahu nggak, Kak Fenly orang terjahat yang pernah Nissa temuin setelah Aji!"

Dengan seenaknya, Nissa berteriak di ruangan putih milik Fenly. Orang-orang yang tidak sengaja lewat pun sempat menoleh ke dalam ruangan Fenly.

"Nissa, kamu ngomong yang bener. Apa, kak Fenly ada salah apa sama kamu?"

Fenly menghampiri Nissa, mendekat dan memegang bahu Nissa yang sedikit naik turun. Walaupun Fenly juga sedikit marah kepada Nissa karena kelakuannya. Tapi tidak lama kemudian, Nissa menepis tangan Fenly dari bahunya.

Oke, Fenly menyimpulkan sedang ada apa-apa dengan sepupunya ini. Tidak biasanya Nissa terlihat marah.

"Kak Fenly tahu apa kesalahan Kakak ...."

Fenly tidak menjawab, masih bingung dengan perkataan Nissa. Apalagi ucapan Nissa mengambang begitu saja. Air mata Nissa sekarang semakin bercucuran di kedua pipinya.

Kesalahan? Fenly mengakui memang banyak kesalahan yang pasti dia perbuat. Tapi, masalahnya kesalahan yang mana ... sampai buat Nissa marah-marah sambil menangis seperti ini.

Fenly berusaha meraih tangan Nissa. "Kamu tenang dulu, bicara baik-baik—"

"Kakak selama ini nutupin penyakit April dari aku, kan, dari semuanya?! Kenapa Kak Fenly jahat banget, sih?"

Embusan napas berat keluar dari mulut Fenly. Ada yang menyentak jantungnya. Ternyata perihal sakitnya April sudah terkuak. Ada penyesalan di hatinya karena orang-orang mengetahui itu bukan dari dirinya atau pun pengakuan langsung dari April. Malah dari orang lain yang kemungkinan besar setelah ini akan terjadi kesalahpahaman.

Ya, masih dalam keadaan semula. Dugaan Nissa benar, kalau Fenly pasti sudah mengetahuinya. Nissa marah waktu itu Fenly dengan seenaknya menjawab kalau April tidak apa-apa dan bilang cuma kecapean.

Cuma kecapean. Nissa jelas marah besar, mungkin bukan hanya Nissa. Pasti semua juga bakalan marah. Dengan seenak jidat sakit serius seperti itu dibilang cuma kecapean.

Tapi, Nissa belum tahu kalau April yang menyuruh Fenly untuk tutup mulut.

"Kamu dengerin kakak dulu." Fenly meraih pergelangan tangan Nissa.

"Jangan pegang Nissa! Nissa nggak mau dipegang sama Kak Fenly!"

"Nis, maafin kakak. Kak Fenly ngaku salah ... udah bohong sama kamu, sama orang rumah, sama semuanya. Sekarang kamu tolong dengerin penjelasan kakak."

Tentang Kita | FAJRI UN1TY [SELESAI]Where stories live. Discover now