Chapter 21

712 126 167
                                    

"Dia bidadari yang harus kumiliki

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Dia bidadari yang harus kumiliki. Seperti mentari dan pagi selalu melengkapi. Dia bidadari yang buat jauh hati, ku bagai pangeran tidur menanti cinta sejati so kiss kiss kiss-."

Fiki mengecilkan volume speaker bluetooth yang ia bawa ke sekolah. Biasa, dia dan teman satu kelasnya kan suka ngerusuh. Suka dipakai dangdutan di kelas pas lagi istirahat. Beda lagi dengan tadi, wali kelas mereka yang mengajar–Pak Shandy, suasana kelas jadi tambah ambyar dengan goyang cacing kepanasan ala Pak Shandy. Belum lagi goyang bebek dari Fajri. Membuat suasana menjadi lebih heboh dari biasanya.

Memang guru dengan murid di kelas 12 IPS 2 ini ada-ada saja kelakuannya. Boleh salahin Fiki, dia tadi yang menghasut Pak Shandy untuk dangdutan. Ish-ish.

"Ji, dengerin pantun gue." Fiki menyenggol-nyenggol lengan Fajri dengan sikutnya. Sekarang mereka sedang mendinginkan suhu tubuh di luar, jam istirahat.

"Hm."

Fiki mengatur suaranya. "Check-check. Makan es busa lagi gerimis."

Hening. Tidak ada sahutan. Fajri lebih memilih untuk fokus kepada game di ponselnya.

"Cakep! Jawab gitu dong, Ji, ah lo mah."

"Thanks."

Ngambek. Fiki meninggalkan Fajri yang masih asik memainkan game-nya. Tetapi, Fiki kembali membalik badan menghampiri Fajri lagi, duduk di sebelah Fajri lagi. Fiki-Fiki, malu nggak?

Ternyata ada Nissa yang menghampiri mereka. Ikut duduk di lantai depan kelas Fajri dengan sekantung jajanan yang ia bawa. Hobi banget Nissa gentanyangan sampai ke kelas Fajri. Berkeliaran di mana-mana.

Fajri masih asik dengan dunianya, memang susah kalau sudah fokus ke satu hal untuk lirik hal yang lain. Kalau sudah itu, ya, sudah itu saja.

Fiki menjentikkan jarinya. "Aha, kebetulan. Nissa, Nissa." Mendengar nama Nissa Fajri menoleh, tapi sedikit. Lalu kembali lagi ke benda pintarnya.

"Apa, Moy?"

"Moy?" Kedua alis Fiki bersatu.

"Gemoy."

Aduh, Fiki jadi salah tingkah. Nissa tidak tahu saja kalau Fiki suka sama dia. Eh, sama semua cewek kayaknya Fiki suka deh. April juga dia embat. Bahkan, Septi. Mantan kekasih Fajri.

"Ganjen." Fajri bersuara.

Fiki menusuk-nusuk lengan Nissa dengan jarinya.

"Apaan, Fiki?"

Suara dehaman dari Fiki mengalun lagi. "Dengerin, Nis. Ekhem, check-check."

"Banyak gaya," desis Fajri.

Tentang Kita | FAJRI UN1TY [SELESAI]Where stories live. Discover now