Chapter 09

900 262 162
                                    

Setelah aku baca ulang, menurut aku ini ... baca aja, lah.

Bantu share cerita ini ke temen-temen kalian, ya. Biar banyak yang tahu.

Happy reading, and enjoy it.

oOo

"Ji, gue tadi kayaknya lihat Abang lo di ruang guru," celoteh Fiki, "atau mata gue yang bermasalah? Tapi mata gue sehat-sehat aja gak rabun."

"Heueuh Bang Fauzan." (Heueuh = iya)

"Berarti waktu itu juga gak salah lihat ada April di kelasnya."

"Dibilangin April kemarin gak masuk, gak percayaan banget," ucap Fajri yang sedang sibuk dengan ponselnya. Sepertinya sedang jamkos, dan tidak ada tugas. Dan Fajri memilih untuk bermain game online.

"Gue lihatnya pakek mata hati, sih, hahaha." Niat bergurau tapi ... garing.

"Lo suka sama April?" tanya Fajri serius. Lebih tepatnya pura-pura serius.

Fiki terkekeh, "gak usah dijawab lo udah tahu kali jawabannya apa," ucapnya tersenyum lebar. Iya, dulu Fiki pernah mengaku kepada Fajri kalau ia menyukai sahabatnya -April.

Tapi karena Fiki terkenal dengan cap playboynya, Fajri pikir cuman suka main-main saja. Sama seperti yang dikatakan kepada perempuan lain.

"Sayang banget ...."

"Lah, kenapa?"

"April gak bakalan suka sama lo!" jawab Fajri sarkastik.

"Bilang aja cemburu."

Fajri cemburu? Kalau kata Dilan, cemburu itu cuman buat orang yang tidak percaya diri. Kapan, sih, Fajri kehilangan kepercayaan diri?

"Idih."

"April jomblo, gue jomblo. Jomblo sama jomblo disatuin, ya, pacaran bro," ujar Fiki seraya menautkan kedua jari kelingkingnya. Jomblo sama jomblo disatuin jadi double jomblo, lah, bukan pacaran. Lalu, Fiki tertawa keras.

"Gak gue kasih izin."

"Emang lo emaknya apa?" ujar Fiki. "Lo suka, kan, sama April? Ngaku lo!" Fiki mendekatkan mukanya ke muka Fajri sangat dekat sambil menaik turunkan alisnya.

Fajri mendorong muka Fiki menjauh. "Suka ... kalo nggak suka gak mungkin gue jadiin dia sahabat. Kalo gak suka udah gue jadiin musuh kali."

Yang dikatakan Fajri memang benar, kalau tidak suka bukan jadiin teman apalagi sahabat, musuhan yang ada. Jadi partner perang.

"Dasar plastik beng-beng."

Setelah itu bel istirahat berbunyi nyaring di seluruh penjuru kelas. Hampir semua siswa Kecana ke luar kelas dan memenuhi kantin untuk mengisi perut yang sudah keroncongan.

"Ikut ke kantin gak?" ajak Fajri kepada Fiki.

"Tumben banget lo-."

"Ya, udah kalo gak mau," potong Fajri sambil berlalu menyeret langkah meninggalkan Fiki yang belum selesai bicara. Kebiasaan, ninggalin orang pas mau memulai. Untung aja bukan pas lagi nyaman-nyamannya.

Dan ada kebiasaan yang selalu Fajri dapatkan saat keluar kelas ... disambut beberapa penggemarnya. Seperti saat ini ada tiga orang cewek kelas sepuluh yang sedang menunggu Fajri membawa beberapa kado atau sesuatu untuk diberikan kepadanya.

"Hai, Kak Aji," sapa siswi yang memakai pita di kepalanya.

"Kak Fajri ini aku bawa coklat buat Kakak." Yang ini menyodorkan tiga buah chunky bar berukuran sedang, tapi yang mengambil bukan Fajri melainkan Fiki. Kebiasaan.

Tentang Kita | FAJRI UN1TY [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang