Chapter 37

512 102 69
                                    

Apaan, dah, ini :(. Menenggelamkan diri dulu. Pokoknya kalau ada kekeliruan kasih tau aja, ya!

_________

"Gimana keadaan temen saya, Dok?"

"April nggak apa-apa, kan?"

Dokter dengan name tag dr. Keenan tersenyum maklum. Kalimat tersebut memang sudah jadi makanannya ketika menangani pasien.

"Saya perlu bicara dengan kerabat beliau. Apa salah salah satu dari kalian keluarganya?"

Posisinya, Fajri atau pun Nissa belum sempat memberi tahu orang tua April. Mengingat mereka masih di luar negeri. Orang rumah pun belum ada yang dikabari.

Pak Santo yang dari tadi hanya diam ikut menghampiri. Sebagai petugas kesehatan sekolah, Pak Santo rasa sangat perlu untuk bertanggung jawab.

"Saya gurunya di sekolah—"

"Saya saudaranya, Dok." Fajri dengan tidak sopannya memotong ucapan Pak Santo.

"Saya juga, sabahat plus saudaranya April," sahut Nissa tidak mau kalah. Sekali, ia mendelik ke arah Fajri, lalu melirik Pak Santo yang raut wajahnya berusaha untuk sabar.

Mereka semi bohong. Mereka tidak ada hubungan saudara apa pun, tapi sudah dianggap keluarga oleh orang rumah masing-masing.

Pak Santo orangnya super sabar, nggak mungkin dia marahin gue, kan? Nissa membatin, dirinya masih sadar takut Pak Santo tidak terima diperlakukan seperti itu.

Dokter Keenan pun mengangguk. Tidak menghiraukan dua murid SMA di depannya, Dokter Keenan lebih memilih untuk mengajak Pak Santo ikut dengannya.

"Dok, saya aja. Saya lebih deket sama April daripada Pak Santo. Rumah kita aja samping-sampingan. Lah Pak Santo? Jauh, Dok, lebih dari dua kilo meter," cerocos Nissa tidak tahu malu ketika Dokter Keenan memberi kode Pak Santo.

Setelah melakukan sedikit debat kecil, akhirnya Pak Santo mengizinkan Fajri dan Nissa yang ikut dengan Dokter Keenan. Toh Pak Santo pikir, Fajri dan Nissa sudah cukup dewasa juga.

"Kalau gitu, mari ikut ke ruangan saya. Ada hal yang perlu dibicarakan."

Sebelumnya, Nissa meleletkan lidahnya ke Fajri lalu berusaha mengimbangi langkahnya dengan Dokter Keenan.

"Pak Santo, maaf, ya. Dia emang gitu, gak ada sopan-sopannya," ujar Fajri. Kalau Nissa tidak sopan, terus yang tadi Fajri lakukan saat memotong pembicaraan apa?

Lagi, Pak Santo dengan sabar mengiyakan.

"Pak Santo tunggu di sini aja, ya."

Lekas Fajri dan Nissa membuntuti Dokter Keenan, April segera dipindahkan ke ruang inap.

***

Fajri dan Nissa duduk bersebelahan di kursi ruangan bernuansa putih. Mata mereka tidak lepas untuk melempar tatapan saling tidak suka.

"Jadi, gimana, Dok? April baik-baik aja, kan?" tanya Fajri mendahului saat melihat Dokter Keenan duduk di kursinya.

Nissa melirik Fajri sinis, tidak terima Fajri lebih dahulu membuka suara. Nissa kecolongan.

"Sepertinya kita harus menindak lanjuti pengobatan April. Keadaannya sudah memburuk, dan harus segera menjalankan transplantasi sumsum tulang belakang."

Dokter Keenan langsung to the point. Tidak berbasa-basi terlebih dahulu. Karena Dokter Keenan pikir, dua orang yang mengaku sebagai saudara gadis yang dia tangani sudah mengetahui mengenai sakit yang diderita April. Karena hasil pemeriksaannya, April sudah mengonsumsi pil imanitib.

Tentang Kita | FAJRI UN1TY [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang