Chapter 33

514 117 53
                                    

Hari tetap bergulir. Tapi, berjalannya waktu yang terasa pesat itu, semuanya benar-benar di luar dugaan. Punya masalah hidup itu memang manusiawi, kok. Hanya, kitanya saja yang harus pintar-pintar memilih mana cara yang paling tepat untuk menyelesaikannya.

Tapi, yang namanya manusia itu kebanyakan mau enaknya saja. Mereka lebih memilih egonya daripada kata hati hanya karena alasan yang disebut gengsi.

Seperti dua orang yang sekarang saling menjauh. Sebenarnya mereka tidak mau ini terjadi. Tapi, mereka sendiri yang membuat kesalahan itu dan harus menanggung sebab dan akibatnya. Buat ngucapin kata maaf saja susahnya minta ampun.

Jangan berani ngaku keren kalau punya mental tempe kayak gitu.

Nissa dan Fajri benar-benar marahan. Dan semuanya benar-benar berubah. Mereka jadi pisah-pisahan. Nissa sok sibuk dengan pacarnya, dan Fajri sibuk mempersiapkan dirinya untuk karantina di Jakarta, padahal masih lama.

Lalu, di sini April bingung harus bujuk mereka baikan pake cara apa lagi.

April memang berniat untuk menghindar, tapi bukan karena tentang perasaannya ke Fajri. Tapi untuk menyembunyikan penyakitnya.

Hampir saja semua rahasianya terbongkar lebar saat itu. Tapi, sepertinya Tuhan masih memberikan April kesempatan. Kesempatan untuk April, agar ia mengakui sendiri perihal sakitnya itu.

April sedang duduk di samping Fajri yang sudah berkeringat, ia belum menyerah membujuk Nissa dan Fajri untuk baikkan. Dan ia tidak akan berhenti.

"Kangen banget lihat kamu sama kak Nissa saling jail-jailan."

"Gue nggak."

Fajri meraih tupperware di tangan April, menenggak isinya sampai menyisakan setengah.

"Bohong. Kenapa nggak baikan aja? Aku tahu kamu gak bisa jauh-jauh sama orang yang kamu sayang."

"Kan ada lo." Fajri memberikan tempat minumnya itu.

"Yang kamu cinta."

Sret! Berani mengucapkan, berarti berani tanggu efeknya.

"Dia yang salah, dia juga yang harus minta maaf duluan. Yang bikin masalah dia."

Fajri beranjak, ingin kembali memainkan bola basketnya. Tapi sebelum itu, "Lagian gue bener-bener marah campur kecewa besar sama dia. Dan kali ini gue tetep sama pendirian gue yang ini."

Bola oren itu Fajri giring, ia pantulkan dengan sedikit emosi. Untuk menyebutkan nama 'Nissa' pun ia tidak mau.

"Itu namanya cemburu."

Sial! Fajri gagal memasukkan bolanya ke dalam ring. Bisa-bisanya April tidak berhenti mengatakan kata itu. Mana ada! Fajri mengaku itu murni marah dan kecewa. Nggak ada hubungannya dengan masalah perasaan yang mungkin bertepuk sebelah tangan itu.

Gimana, Fajri? Sakit banget, kan, tahu sosok yang kita suka, orangnya di depan mata tapi dia sukanya malah sama orang lain. Kamu sama April sama.

Iya, Fajri dan April sama.

***

"Kak Nissa dari mana?"

April berdiri dari duduknya ketika Nissa datang entah dari mana. Hampir jam enam, Nissa baru menampakkan batang hidungnya sedangkan setahu April hari ini tidak ada jadwal mata pelajaran tambahan.

Nissa menggiring April untuk masuk ke dalam rumah. Tangannya membawa dua buah paper bag sedang.

"Kak Nissa habis jalan?"

Tentang Kita | FAJRI UN1TY [SELESAI]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora