Chapter 39

525 95 43
                                    

Setelah Nissa membuka pintu ruangan April, dia mendapati seseorang yang menatapnya dengan sayu. Nissa mempercepat langkahnya, dan langsung menghambur memeluk sosok itu.

“Apriiiiil!”

April masih belum sepenuhnya sadar, tapi Nissa tidak sabaran. Nissa menangis dengan perasaan campur aduk.

Fajri menampakkan diri dibalik pintu dengan senyuman yang terbit di bibirnya. Lalu dia berderap mendekati Nissa dan April.

“Nis, lepasin dulu. Jangan lama-lama meluknya, nanti April engap. Lagian dia juga baru sadar.” Fajri menarik bahu Nissa, jelas Nissa tidak mendengarkannya dan terus memeluk April. Tidak ada yang boleh mengganggu acara merindunya, terkecuali Fajri.

Fajri sesekali berdecak karena sikap Nissa yang masih saja kekanak-kanakkan. Eh, itu kekanak-kanakkan tau manusiawi karena siapa yang tidak rindu dengan sosok yang baru sadar dari masa kritisnya.

“Gue panggil dokter Keenan dulu, pas gue balik lo harus udahan pelukannya.”

Setelah mengatakan itu Fajri benar-benar pergi untuk memanggil dokter Keenan. Tapi sebelum menghilang Fajri sempat mengintip di celah pintu sebelum menutupnya.

“Gue kangen sama lo, kenapa baru bangun?” April tidak menjawab, jelas. Tapi tanganya terulur mengusap punggung Nissa sekenanya.

“Lo nggak hilang ingatan, kan, Ril?” tanya Nissa karena April tidak mengeluarkan suara sedikit pun. Nissa sering mendengar kalau orang yang baru sadar dari masa ktiris bisa jadi hilang ingatan. Tapi ... April hanya tidur selama dua hari.

Setelah cukup lama, Nissa melepas pelukkannya. Disusul dokter Keenan yang masuk ke dalam ruangan bersama Fajri.

“Hai, Kak Cantik,” sapa April kepada Nissa dengan suara yang tidak sempurna, nyaris tidak terdengar.

“Ril, kangeeeeen,” rengek Nissa dengar bibir mencebik dan bekas air mata di kelopak luarnya.

“Kak, kok nangis?”

“Ya kali gue nggak nangis lihat sahabat gue nggak bangun-bangun, terus ....”

Nissa tidak melanjutkan ucapannya. Dia pikir April akan sangat terpuruk kalau tahu apa yang terjadi sebenarnya. Nissa pikir dia tidak berhak memberi tahu April, lebih baik Nissa serahkan saja kepada orang yang lebih mempunyai hak untuk itu.

Ketika dokter Keenan menyuruh Fajri dan Nissa untuk keluar, tiba-tiba wanita berumur tiga puluh lima tahunan bersama laki-laki lima tahun lebih tua darinya menerobos masuk, langsung menghampiri brankar yang April tiduri.

Matanya yang basah jadi tambah basah karena menangis lagi. Tari menggenggam tangan April dan memeluknya dengan hati-hati.

“Maafin Mamah sama Papah,” ujar Tari sembari mendekap tubuh anaknya.

April hanya berdiam, dia tidak tahu apa sebenarnya terjadi. Tiba-tiba orang tuanya datang, memeluk tubuhnya lalu mengucapkan kata maaf. April menerka-nerka apa yang sebenarnya terjadi selama dirinya tidak sadarkan diri.

Nissa berbalik dan mengambil langkah ketika melihat kejadian di depan matanya. Fajri yang tadinya berusaha mengabaikan mengejarnya, karena takut terjadi apa-apa. Melihat raut Nissa yang sulit untuk ditebak.

Berangsur-angsur, April tersadar. April meneteskan air matanya yang mengembun ketika pelukkan hangat Tari bisa dia rasakan lagi di tubuhnya. Tidak berakhir sampai di sana, Arman juga ikut serta dalam acara berpelukkan tersebut.

Dokter Keenan tersenyum melihat keluarga kecil yang sedang dia saksikan. Fenly yang mengintip juga ikut menarik sudut bibirnya. Fenly harap, Tari dan Arman mulai banyak menuangkan waktunya untuk April.

Tentang Kita | FAJRI UN1TY [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang