Chapter 17

679 137 123
                                    

Nissa turun dari boncengan cowok yang memakai jaket kulit hitam. Nissa turun dengan hati-hati serta ada senyuman di kedua sudut bibirnya.

"Thanks buat hari ini, Nis," ujar cowok tersebut. "Makasih udah kasih aku kesempatan buat ngisi hati kamu lagi. Kamu bisa pegang ucapan aku tadi."

"Iya, makasih juga udah mau berubah, Han," balas Nissa. "Nissa harap kamu mau bener-bener rubah sikap kamu."

Cowok tersebut adalah Farhan. Mantan pacar Nissa yang sekarang kembali mengisi status menjadi pacar Nissa lagi. Farhan, cowok yang dijulukki Fajri mantan haram karena suatu tragedi.

"Aku juga nanti mau minta maaf sama Fajri. Udah bikin dia babak belur, dulu."

"Eh! Han, lebih baik jangan dulu deh, kita tunggu waktu yang tepat, ya?"

Jangan sampai Farhan menghubungi Fajri dulu. Nissa tahu banget, kalau Fajri belum bisa nerima Farhan lagi. Terlebih lagi, dari dulu Fajri memang tidak menyukai Farhan.

"Hem. Aku ngikut kamu aja. Semuanya ada di tangan kamu."

Farhan tidak membuka helmnya, hanya kacanya saja yang dinaikkan. "Aku pulang, ya, mamih udah miss call aku. Padahal masih sore juga," kata Farhan saat membuka ponselnya yang bergetar.

"Ya, sudah. Inget perjanjian yang tadi, ya. Kamu jangan kasih tahu siapa-siapa dulu soal ini terutama Aji sama April," ujar Nissa.

"Iya, sayang." Kata-kata Farhan membuat Nissa kayak cacing kepanasan.

Farhan menyalakan mesin motornya. Sebelum pergi Farhan sempat mencubit hidung Nissa terlebih dahulu. "Bye, Baby. Sampai ketemu di sekolah," ucapnya melambaikan tangan.

"Daaah!"

Setelah motor Farhan benar-benar menghilang barulah Nissa membuka gerbang. Sebelum menutup kembali gerbangnya, Nissa melihat rumah yang bersampingan dengan rumah di depannya.

Semoga Aji nggak lihat. Kayaknya gue jangan bilang aja, deh. Kalau gue bilang Aji bisa marah besar sama gue, batin Nissa.

Nissa masuk ke pekarangan rumahnya dengan senyuman dicampur rasa bersalah.

Nanti gue bilang, tapi nanti ya nanti aja. Kalau nanti bukan sekarang-sekarang berarti. Nunggu waktu tepat aja, batin Nissa lagi.

Tanpa Nissa ketahui, sedari tadi ada dua pasang mata yang memperhatikannya.

Nissa membuka pintu rumahnya. Rumah ini sepi karena Nissa hany tinggal dengan sepupu, nenek serta kakeknya. Tapi dua tahun terakhir sepupunya pindah ke Jakarta karena profesinya segabai dokter mengharuskan sepupunya tersebut kadang dilempar sesuai jadwal.

Sedangkan orang tua Nissa tinggal di Aceh. Dari kecil Nissa memang diurus oleh nenek dan kakeknya.

Ada seseorang yang duduk di sofa sedang membaca majalah. Nissa tahu yang sedang duduk siapa, tapi bukan nenek atau kakeknya. Karena mereka sedang ada acara syukuran di rumah bude Nissa.

"Malam Kak Fenly," ujar Nissa sadar tidak sadar. Lalu Nissa dengan santai naik ke lantai atas. Tidak lama kemudian Nissa kembali lagi. Berjalan dengan cara mundur di tangga. Kalau gak hati-hati terus jatuh, sudah tamat hidup Nissa di dunia.

Matanya menyipit melihat sosok Fenly sedang terduduk sambil memandangnya. Nissa membelak lalu menuruni tangga dengan gaya normal, tidak mindur seperti tadi. Nissa baru sadar.

"Loh, Kak Fenly?" tanya Nissa sambil menghampri Fenly. "Ih, kok ada Pak Dokter, sih? Kok pulang nggak bilang-bilang? Sepupu dokternya Nissa apa kabar, makin ganteng aja?" lanjut pertanyaan beruntun Nissa.

Tentang Kita | FAJRI UN1TY [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang