Chapter 04

1.3K 326 297
                                    

Nissa menopang dagu dengan tangan kanannya. Ia baru saja menghabisksan beberapa potong kue yang dibuat Farida dengan April. Entah kenapa sepertinya ada sesuatu yang berputar-putar di kepala Nissa. Tapi ia susah untuk mendefinisikannya. Selama sahabatan dengan April dan Fajri, ini kali pertamanya ia mendapatkan pertanyaan yang membuatnya was-was. Argumen dari Risda tadi di kelas.

"Kak Nissa kok ngelamun?" April berusaha membuyarkan lamunan Nissa.

Nissa mengerjapkan matanya. "Kenyang," alibinya.

"Kenyang? Makan satu bakul aja masih pengen nambah." Timpal Fajri yang sedang setia melahap kue buatan bundanya.

"Aji diem deh, lo itu suka dilebih-lebihin, nyebelin banget."

Nissa tidak suka Fajri, orang setiap hari kerjaannya ribut dan adu mulut. Dan Nissa tidak berbohong dengan perasaannya, memang faktanya seperti itu.

"Gue gak suka. Sialan, si Risda!" Nissa mengerang frustasi.

"Lo kenapa, Nis?" Fajri melihat sekeliling rumahnya, "Perasaan rumah gue aman dari setan."

Nissa berusaha menghiraukan apa yang berkoar di otaknya. Gue emang sayang sama Aji, tapi rasa sayang ini wajar menurut gue, pasti April juga sayang sama Aji.

"Ril?" Nissa serius kali ini, matanya ia fokuskan ke manik mata April.

"Kak Nissa kenapa?" tanya April bingung.

"Lo sayang, kan, sama Aji?"

April memasang muka datarnya seperti biasa. Pertanyaan dari Nissa itu sudah menjadi makanan untuk mereka. Tapi baru kali ini nada bicara Nissa seperti itu.

"Ya iyalah, Kak Nis." April tersenyum kepada Nissa dan Fajri. "Aku juga sayang sama Kak Nissa." April memegang tangan kanan Nissa dan memasang senyum yang sangat tipis.

Fajri dari tadi menahan tawanya agar tidak pecah. Pertunjukkan macam apa yang diperankan oleh Nissa ini?

"Hahahaha." Akhirnya suara itu keluar juga dari mulut Fajri.

***

Disinilah mereka sekarang, rumah pohon. Mereka sudah merencanakannya tadi di kantin sekolah, sore ini mereka bertiga berkumpul di base camp. Sebenarnya Nissa yang ngajak, katanya ia ingin berbicara sesuatu.

Sambil melihat ke bawah, Fajri memasukkan kedua tangannya ke dalam saku hoodie putihnya itu, kakinya ia ayun-ayunkan bebas menjuntai ke bawah. Fajri mengulum senyum melihat April yang berusaha membujuk Nissa untuk naik ke rumah pohon. Bukan membujuk, sih, lebih tepatnya memaksa.

Selama ini, Nissa tidak pernah menaiki rumah pohon milik mereka. Terakhir, waktu Nissa di bangku kelas 3 SD. Gara-gara dulu ia terpeleset di tangga kayu, saat itulah ia tidak mau naik lagi ke rumah pohon. Nissa kapok? Bisa dibilang begitu.

"Ril, plis. Gue gak mau," kata Nissa merengek sambil menggelengkan kepalanya, rambut Nissa yang dikuncir pun ikut ke sana ke mari mengikuti gerak kepalanya.

April tetap menarik-narik tangan Nissa. "Coba dulu, Kak Nis. Gak bakalan jatoh, kan Kak Nis udah gede."

"Enggak, gue gak mau naik."

"Nis, katanya lo mau cerita? Kalo mau cerita di sini enak tempatnya. Buruan naik jangan kayak bocah yang baru belajar jalan dong." Teriak Fajri dari atas pohon. April dan Nissa pun mendongakkan kepalanya ke atas.

"Gue gak mau, Ji." Nissa membalasnya dengan teriakkan cemprengnya.

"Ayo dong, Kak Nis. Kali ini aja."

Tentang Kita | FAJRI UN1TY [SELESAI]Where stories live. Discover now