33. Luar Dugaan

374 42 1
                                    

"Terkadang pikiran dapat terpecah, saat apa yang menjadi tujuan utama terpengaruh hal tak terduga."

~Almaira Mahveen~


Perasaan dalam beberapa waktu itu sukses melukis senyum tanpa paksa. Menghadirkan kesenangan tersendiri, juga menciptakan ketenangan dalam suasana hati. Bahkan, sampai sekarang Alma masih betah berlama-lama menatap ponsel, memutar video saat Sakha bermain biola.

Pulang dari restoran. Baik orang tuanya dan Alma, mereka langsung ke kamar. Tak lagi duduk berbincang di ruang tamu, karena jam telah menunjuk pukul 09.55 pm. Pada jam segitu, terkadang mereka masih bercerita. Kalau bukan Alma bersama kedua orang tua, perbincangan hangat pun hanya dilakukan antara orang tua saja.

Namun, rasa lelah bercampur kantuk datang setelah sampai. Memilih melanjutkan langkah menuju kamar untuk tidur, mungkin menjadi pilihan utama saat ini. Akan tetapi, Alma belum tidur. Mengingat besok bukan hari libur, dia pun menaruh ponsel lalu pergi menyiapkan perlengkapan sekolah.

Tak begitu lama, hanya hitungan menit semua sudah siap. Dia pun pergi membersihkan diri, setelahnya kembali ke tempat tidur. Bersiap tidur, tetapi kembali memainkan ponsel sejenak. Membuka IG, perlahan menggulir ke bawah, membaca beberapa status.

Cukup memakan waktu, sampai sebuah postingan bersponsor melintas. Artikel dari salah satu pengguna tersebut menarik perhatian. Menghentikan jari jempol menggulir, mengganti status ke status lain. Ada hal yang memang tidak pernah dirinya cari. Hal menyangkut apa yang dirasakan selama beberapa bulan ini, saat dia masih di sekolah lama dan akhirnya pindah.

Hanya beberapa baris, tetapi membuat mata Alma mulai berkaca-kaca, bulir bening yang beberapa jam lalu tidak pernah muncul, sekarang terlihat ada. Ingin segera jatuh melalui sudut mata dan akan membasahi pipi. Membaca artikel tersebut seolah-olah sukses membentuk keraguan, mengurung tingkat percaya diri, lalu mengempas tiap keyakinan menuju dasar.

"Enggak mungkin," lirihnya.

Tanda titik mengakhiri tulisan pada artikel tersebut. Walau perasaan ragu mulai ada, tetapi Alma masih merasa tidak cukup dengan apa yang telah dibaca. Alma kembali mencari tahu dengan membuka profil lalu memeriksa adakah artikel yang sama, dengan yang baru saja dibaca atau tidak. Namun, tidak ada.

Embusan pelan dari bibir, untuk sesaat memejam. Menarik napas, perlahan mengembuskannya. Alma kembali membuka mata, segera keluar dari IG melanjutkan aktivitas ke Google. Berpikir untuk mencari lebih banyak informasi, ya ... walau perasaan ragu mulai muncul.

Membaca salah satu penjelasan tentang artikel sebelumnya, membuat Alma semakin menemukan penjelasannya di sini. Bukan sebuah potongan kecil, tetapi informasi yang lebih banyak.

Tak sampai satu jam, selang beberapa menit Alma keluar dari Google. Kini, perasaan senang tadi perlahan berganti kecemasan. Dia makin terlihat khawatir. Tidak bisa, air matanya menolak masuk, tetapi malah meluncur bebas membasahi pipi. Alma menangis dalam diam dan justru, itulah hal yang sangat menyakitkan.

Secepatnya mengutak-atik ponsel, menelepon pemuda yang mengetahui masalahnya menyangkut orang misterius tersebut. Tidak tahu harus bicara pada siapa lagi, semoga pemuda itu belum tidur. Cukup lama menunggu, dua kali panggilan tidak terjawab menghentikan Alma untuk kembali menelepon. Berpikir kalau dia sudah tidur.

Namun, ketika Alma menghapus air mata yang jatuh ponsel berdering, panggilan dari Sakha Athafariz. Ya, pemuda itu yang Alma telepon beberapa menit lalu. Segera mengangkat.

"Alma, ada apa, kenapa menelepon malam begini? Kamu baik-baik aja, 'kan?" Enggan basa-basi ke pembahasan yang tak memiliki keterkaitan dengan urusan utama. Suara dari seberang lebih menomor satukan kondisi Alma saat ini, daripada berbasa-basi.

Argia (Tamat)Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora