2. Menyebalkan!

2.6K 286 9
                                    

Cukup lama sibuk dengan pikiran yang mulai tak jelas. Berpikir memiliki sosok pemuda keren di sekolah, membuat Alma tertawa geli. Bukan main, pikirannya sudah teracuni akibat kebanyakan membaca novel genre romance hari ini.

Suka? Jelas, gadis satu ini begitu suka mengoleksi novel dengan satu genre yang sama. Namun, dia pun sesekali melirik pada genre lainnya. Berkutat dengan dunia penuh imajinasi tingkat tinggi.

"Alma!" panggil seorang gadis yang jalan menghampiri. Wajahnya sudah tak asing, terlebih baru saja mengobrol.

Namun, ada sedikit perubahan pada seragam yang digunakannya. Kini, Luna tidak hanya mengenakan seragam sekolah, tetapi juga jas berwarna biru pekat dengan logo bertuliskan OSIS.

Alma mengangguk-angguk. Dia baru tahu, kalau salah satu teman sekelasnya ikut dalam organisasi itu. Alma segera berdiri, ketika Luna sampai.

"Bu Farah, ingin aku mengajakmu berkeliling. Jadi, bagaimana?" tanyanya.

Tanpa basa-basi. Alma langsung setuju. Kenapa harus menolak? Ini adalah salah satu kesempatan untuk mengenal lebih dekat sekolah barunya, kan?

"Baiklah, yuk!" ajak Luna.

Kini, mereka berjalan menuju luar. Luna mulai menjelaskan satu persatu ruangan yang ada di sana. Mulai dari kelas yang terbagi-bagi, berdasar tingkatan juga karena siswa dan siswinya banyak. Kemudian ruang olahraga, laboratorium, ruang musik, ruang untuk pentas seni, aula, dan beberapa ruangan lagi, terakhir perpustakaan yang letaknya sedikit jauh dari kelas mereka.

Alma begitu senang mendengar penjelasan Luna, tentang semua yang ada. Sadar dengan bel yang berbunyi, Alma segera melihat Luna.

"Kita?" tanya Alma.

"Bu Farah memberi izin keluar." Anggukan terlihat oleh Alma, dia mengerti. "Oh, iya, bagaimana kalau kita ke kantin?" tanya Luna lagi.

"Boleh." Alma tersenyum, mereka pun bergegas menuju kantin sekolah.

Saat tengah berjalan menuju kantin, beberapa siswa dan siswi berlari menuju kelas masing-masing. Karena, antara kantin dan kelas jaraknya sedikit jauh.

Berbeda dengan Azlan. Dari kejauhan, pemuda itu tampak santai dengan Zalfa yang terus menempel layaknya semut menempel pada gula. Alma sedikit terkekeh, tetapi langsung menghentikan tawa dan berusaha bersikap biasa saja saat berpapasan dengan Azlan.

Saat Azlan mulai menjauh, Alma berhenti sebentar lalu menoleh, melihat. Luna yang memang ikut bersamanya, memandang penuh tanya.

"Hati-hati suka, dia sudah milik orang, loh." Luna berbisik dan perkataannya membuat Alma langsung menutup mata.

"Aku nggak lihat. Aku nggak lihat."

Luna pun tertawa melihatnya. "Sudahlah, banyak yang suka dengan Azlan. Entah, karena apa? Aku tidak tahu."

Jari-jari tangan Alma mulai membuka, menampakkan mata yang melihat ke arah Luna, lalu menurunkan tangannya.

"Huh! Aku tidak suka padanya." Alma menggeleng cepat.

"Hai, siapa bilang hubungan harus berawal dari suka? Enggak, lah. Kenal, dekat, terus jadian, deh. Bisa saja, itu yang akan kamu jalani."

"Astaga!" kejut Alma, lalu menutup mulut. "Masih kecil, tahu."

Luna kembali terkekeh. "Beranjak remaja, bukan kecil lagi."

"Iya, ya, kamu benar juga."

Asyik berbincang, mereka pun kembali berjalan menuju kantin. Usai masuk, Luna memesan dua porsi mi ayam. Tidak tahu, Alma akan suka atau tidak, dicoba saja dahulu.

Argia (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang