11. Surat Balasan

626 79 0
                                    

Tepatnya pukul tujuh pas, SMA Akasia tengah melakukan upacara bendera merah putih yang memang selalu rutin diadakan setiap hari senin.

Semua berjalan dengan lancar dan tenang, sampai selesai. Usai dibubarkan, murid-murid mulai melakukan aktivitas seperti biasa. Pergi ke kantin, duduk sambil berbincang, atau ada juga yang sibuk menyalin pr dari teman yang lebih pandai dan rajin daripada lainnya.

Hari senin, semangat baru. Usai libur kemarin, semua kembali tertata rapi setelah anak OSIS bergerak. Ya, di sini hampir setiap hari minggu. Anak-anak yang bergabung dalam OSIS, memiliki program kerja bakti di hari minggu.

Tak hanya anak-anak OSIS saja yang bersih-bersih, tetapi juga semua yang bersekolah di SMA Akasia. Namun, mereka bukan hari minggu. Melainkan di hari jumat, itu juga ketika jam kosong.

Azlan baru saja dari kantin. Entahlah, seperti mencari seseorang. Bahkan, sempat terlihat Azlan menemui Luna dan Nabila. Kalau dipikir-pikir, siapa lagi kalau bukan Alma yang dicarinya.

Azlan berjalan menyusuri koridor. Matanya melirik sekeliling dengan diam, sampai menemukan sosok yang dicarinya. Alma, gadis itu tampak berjalan menuju kelas sambil membawa dua buah buku. Sepertinya dia habis dari perpustakaan.

Namun, ada yang lain. Jalannya tak seperti biasa. Ada apa dengan Alma? Pertanyaan itu langsung terkunci dalam otak Azlan. Sesegera mungkin, dia menghampiri Alma.

Langkah gadis itu terhenti, melihat dengan ekspresi yang tenang. Tatapan mereka bertemu. Sontak Azlan teringat dengan surat yang ditemukannya semalam dari saku celananya.

Hai, Azlan. Ini aku, Alma. Ya, melalui sebuah surat.

Alma melirik kanan, lalu kirinya. Merasa bingung dengan posisinya saat ini, yang terus-menerus ditatap oleh Azlan. Ya, mungkin saja bukan dirinya yang ditatap.

Ada yang berbisik padaku, kalau kamu sedang ada masalah. Sangat besar! Sangat! Tapi, kamu nggak mau bilang atau mungkin, tidak bisa bilang tentang itu.

Baiklah, aku paham. Kalau begitu, bagaimana jika kita berbicara melalui surat?

Alma masih sibuk mencari siapa yang Azlan tatap? Tidak ada orang lain, hanya ada mereka. Membuat Alma merasa canggung sekarang.

Aku siapa seenaknya nyuruh? Aku bukan siapa-siapa, kok, hanya gadis biasa. Nggak cantik dan nggak jelek banget, nggak pintar, tetapi tidak bodoh.

Hai, Azlan. Aku mau bilang, cobalah berteriak sekencang mungkin dan rasakan apa yang terjadi. Aku yakin kamu akan lega. Enggak banyak, tetapi setidaknya kamu bisa lega.

"Hallo, Azlan?" ucap Alma mulai membuka suara lebih dahulu.

Namun, Azlan masih tetap menatapnya. Isi surat tersebut terus teringat, surat yang semalam mampu membuatnya lebih tenang.

Hm, kalau belum, coba tulis di selembar kertas tentang masalahmu. Kalau tidak cukup selembar, tambah lagi di lembar kedua, lalu hancurkan kertas itu, iya, kertas yang berisikan masalahmu. Karena dengan begitu, aku yakin, setelahnya kamu pasti akan merasa lebih tenang.

Alma menghela napas pelan, menggeleng tak percaya dengan Azlan saat ini.

"Baiklah, aku pergi dulu, ya. Daaah," ucap Alma lalu kembali berjalan menuju arah kelasnya.

Azlan mengerjap, membalik tubuh melihat ke arah Alma pergi.

Masih belum berhasil, ya? Hm, bagaimana dengan cara ini? Aku mencoba membuat emotikon sebagus mungkin agar kamu ikut tersenyum.

Jangan mengejekku, aku hanya mau kamu merasa sedikit lebih lega.

-Almaira Mahveen-

Argia (Tamat)Where stories live. Discover now