1. Murid Baru

8.4K 470 42
                                    

Pintu kamar tertutup cepat, terdengar kasar dan mengejutkan. Entah apa yang membuat gadis itu tiba-tiba berbuat hal yang tidak pernah dilakukannya? Delara langsung ke kamar anaknya, menghampiri putrinya yang tengah menangis sambil tengkurap, menyembunyikan wajah yang dipenuhi air mata.

"Alma, ada apa, Nak?" Usapan lembut menyapa puncak kepala, sentuhan hangat dari seorang ibu membuat Alma mendongak, bangkit dari tempat tidur dan langsung memeluk ibunya.

"Alma takut, Bu. Tadi, ada orang yang mengejar Alma."

Delara langsung melepas pelukan, menatap Alma dengan lekat. Meminta penjelasan, dari perkataan yang baru saja diucapkannya. Bagaimana mungkin seperti itu? Apakah mereka memiliki musuh? Semua itu, sekarang menjadi sangat aneh!

Bukan sebuah kebetulan semata Delara berpikir tentang itu. Karena Alma pun, sudah beberapa kali dikejar oleh orang yang tidak dikenal. Pada tempat yang sama, setelah pulang sekolah.

Namun, pernah diselidiki. Keanehan mencuat, semua penuturan Alma seolah-olah ilusi. Tidak ada jejak, tidak ada yang pernah melihat, bukti nyata, semua lenyap tanpa sisa. Hanya Alma saja yang melihat, tetapi seperti bukan kebenaran.

"Iya, ada yang mengejar Alma, Bu. Alma takut, Alma tidak mau sekolah lagi." Isakan terdengar, gadis itu benar ketakutan.

Sebuah perkataan yang seperti menghantarkan perasaan khawatir, tentang putri semata wayangnya. Delara membelai lembut puncak kepala Alma, berusaha untuk menenangkan gadis itu.

"Delara, Alma, apa yang terjadi?" Delara menoleh, melihat suaminya yang baru masuk menghampiri mereka.

Secepat mungkin, jari telunjuk Delara berada di bibir. Memberi isyarat, agar sang suami mengecilkan volume suaranya, lalu isyarat agar Delara memintanya keluar pun terlihat oleh sang suami.

Tampaknya, dengan cepat merespon isyarat Delara. Pria itu, langsung mengangguk dan pergi keluar. Setelah Alma mulai tenang, perlahan Delara membaringkan, lalu menyelimuti. Kecupan singkat mendarat di kening Alma. Kemudian pintu tertutup pelan.

***

"Ada apa, Alma kenapa lagi?" Asraf tampak khawatir, terus bertanya tentang putrinya.

Wajah Delara tampak gelisah, dia terduduk dengan tangan yang memijat kening, sepertinya pusing. Asraf segera duduk di samping Delara, menunggu penjelasan sang istri.

"Alma, dia mengatakan hal yang sama lagi."

Mendengar hal itu, Asraf pun menghela napas. Bagaimana mungkin selalu ada yang mengejarnya, sementara jalan itu jarang sepi? Bahkan, hampir mustahil jika ada tindak kejahatan di sana.

Ini mustahil, Asraf tidak merasa memiliki musuh. Semua orang yang sering ditemuinya merupakan sahabat baik, tidak pernah terjadi perdebatan atau hal yang akan membuat mereka bertengkar.

Menjadi orang yang sukses bersama, tanpa berlaku curang. Ada yang bilang, tidak akan sukses, jika tidak berlaku curang. Namun, semua perkataan itu justru sudah ditepis oleh Asraf dan sahabat kerjanya.

Justru, kejujuran membawa keuntungan yang jauh lebih besar daripada harapannya. Pekerjaannya pun lebih tenang, tanpa harus was-was dengan pantauan polisi.

Asraf menoleh ke arah Delara, lalu mengalihkan pandangannya ke depan. Berpikir cukup lama, sampai suara Delara kembali terdengar di telinga.

Argia (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang