39. Sudut Pandang

319 40 0
                                    

"Nyatanya, pemikiran sebagian orang dapat terpengaruh. Bahkan, berubah ketika melihat bukti di depan mata."

~Almaira Mahveen~

"Kamu bisa saja kehilangan mereka, tapi dari situlah kamu akan melihat, siapa yang benar-benar menjadi sosok terbaik dan paling percaya padamu, tanpa harus diminta terlebih dahulu."

~Almaira Mahveen~

Cukup lama berdiri dekat pintu, mendengar tuduhan yang tertuju padanya. Namun, pembelaan pun tak lepas menyita perhatian yang lain, bersyukur untuk kesekian kali karena telah diberi teman-teman terbaik. Hanya beberapa detik, sampai akhirnya perlahan Alma melenggang masuk ke kelas tersebut.

Tidak perlu merasa heran sekarang, tentu seorang Zalfa Qirani pasti akan berbalik melihat. Menjadikan gadis itu sebagai fokus utama yang sebentar lagi akan mendapat serangan. Menghela napas berat, sebenarnya malas berdebat. Jika boleh, saat ini Alma lebih memilih rooftop, berbincang dengan Sakha daripada harus seperti ini.

Tepukan beberapa kali, juga senyum yang memiliki maksud tertentu hadir. Zalfa melirik Aiyra sekilas, lalu kembali melempar pandangan ke Alma. Dapat terbaca jelas, kalau gadis satu ini tidak suka. Menggeleng pelan, enggan ambil pusing. Pertama kali masuk ke sekolah ini, Zalfa memang sudah tak suka kepadanya.

"Akhirnya, pencurinya muncul juga."

"Tarik ucapanmu Zalfa, atau kamu akan malu sendiri!" Kembali pembelaan terdengar, Luna sama sekali tak gentar. Dia telah merasa sangat mengenal Alma, gadis itu tidak mungkin melakukan pencurian.

"Loh, kenapa aku harus malu? Jelas-jelas semua tas sudah diperiksa, tinggal milik Alma lagi. Betul, nggak, Aiyra?"

"Betul banget, ya, kalau semua tas sudah diperiksa kecuali milik Alma. Berarti pencurinya?"

"Aiyra! Nih, anak memang benar-benar, ya, iiih!" Nabila berjalan dengan kesal akan menghampiri Aiyra, rasanya ingin mencakar wajahnya itu. Namun, sebelum berhasil memberi goresan pada wajah, Alma sudah lebih dahulu menghampiri Nabila. Menahan gadis tersebut agar tak berbuat lebih jauh.

Memegang tangan Nabila, menariknya menjauh beberapa langkah. Berdiri di samping Luna yang juga masih terlihat kesal.

"Nabila, tenang, ya."

"Gimana bisa tenang, coba? Dia menuduh kamu, Ma. Ya, itu sama aja dia merusak nama baikmu, gimana aku bisa tenang?"

"Nabila benar, Ma. Kita nggak mungkin bisa tenang kalau mereka terus menuduh kamu kayak gini, terus cari masalah."

Alma mengangguk paham. Mengalihkan pandangan pada kedua gadis, yang sekarang sedang tertawa melihat tingkah laku Alma dan kedua temannya. Memang membuat kesal, tetapi di sini bukan amarah yang dibutuhkan, justru bukti.

Apalagi dengan kondisi yang terlihat, kalau teman-teman yang lain sudah mulai bergosip tentang dirinya. Padahal, tas Alma masih rapi tanpa diperiksa oleh Zalfa. Mungkin memang benar, seseorang akan percaya setelah melihat dengan mata kepala sendiri. Sebelum itu, pembelaan Alma hanya akan menjadi hal paling semu, dengan tingkat kepercayaan yang paling bawah. Bahkan, mungkin keraguan lebih mendominasi.

Untuk sejenak Alma menghela napas, lalu berdecak dengan tangan dipinggang. Kemudian dalam waktu singkat, dia berjalan menuju bangku, sesegera mungkin meraih tas berwarna hijau tersebut. Kembali menghampiri Zalfa dan Aiyra.

Tepat setelah sampai di hadapan keduanya, Alma mengangkat tas miliknya di depan wajah mereka. Membuat semua yang ada di sana menatap heran, sebagian lagi lanjut berbisik tentang apa yang dilakukan oleh Alma.

Argia (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang