12. Ketakutan

596 84 0
                                    

"Hah!" Mata Alma membulat, dia segera duduk memperhatikan surat itu dengan serius.

Tak dapat dipercaya. Berpikir kalau Azlan akan bercerita tenyata tidak. Hanya empat kalimat dengan 100% tingkat percaya diri. Sekali lagi, Azlan membuat Alma kesal.

Isi surat itu, bertuliskan:

Peduli banget, suka, ya?

Azlan

Alma melipat kasar kertas itu kembali, lalu menyimpan dengan baik.

"Azlan menyebalkan!" kesalnya.

***

"Mau ngapain, sih! Lepas!" Azlan melerai tangan Alma, lalu merapikan pakaiannya.

Baru saja turun dari kendaraannya, Alma langsung datang menyeret. Seharusnya Alma sopan dengan anak ganteng yang satu ini, bukan begitu?

"Menyebalkan! Ngapain ngasih surat kalau isinya cuman tingkatan percaya diri?"

"Apa?"

"Azlan!"

"Aku nggak ada urusan sama Kamu." Azlan mengambil langkah secepat mungkin, meninggalkan gadis yang kesal mendengar penuturannya.

"Ih!" Alma mengentak kakinya sekali, lalu berjalan menuju kelas juga dengan wajah cemberut, mengikuti Azlan dari belakang.

Namun, belum juga sampai Azlan berhenti. Membuat Alma juga ikut berhenti mendadak, karena jika terus berjalan bisa saja mereka mengalami tabrakan.

"Ngomong-ngomong, terima kasih, untuk suratnya. Aku merasa lebih tenang," ucap Azlan cepat dan langsung berjalan pergi meninggalkan Alma yang sekarang ekspresinya mendadak berubah.

Sebelumnya kesal dan kini, terkejut. Sebab pemuda tersebut mengatakan hal yang tak Alma bayangkan. Ya, setidaknya, Azlan sudah bisa merasa tenang.

***

"Azlan, ih! Ngapain juga sama dia?" Baru saja masuk kelas, Alma sudah harus diuji dengan munculnya Zalfa dengan ocehannya.

Zalfa segera menghampiri Alma. "Kamu ngapain deket-deket mulu ke Azlan! Mau cari muka?" Tak main-main, Zalfa langsung mendorong Alma dengan keras.

Namun, bukan rasa puas yang Zalfa dapatkan. Sebab, Azlan dengan sigap menangkap tubuh gadis cantik tersebut. Membuat asap seolah-olah mengepul di atas kepala Zalfa.

"Azlaaan!" Zalfa segera menarik Alma kembali, menyingkirkannya dari pelukan Azlan. "Kalian menyebalkan, menyebalkan!"

Alma menggeleng tak percaya. "Hati nggak bisa dipaksa kali, kalau dia nggak suka sama kamu, ya, ikhlaskan saja."

Mata Zalfa membulat, mulutnya ternganga. Tak percaya dengan apa yang baru saja Alma katakan. Berani sekali berbicara seperti itu, dengan Zalfa, gadis paling kaya, paling cantik, terkeren, astaga!

"Beraninya, Kamu!"

"Sudah! Nggak lihat jam? Bentar lagi, guru datang! Sana duduk!" titah Azlan langsung membuat Zalfa urung. Dia pun duduk, diikuti Aiyra yang sejak tadi menonton.

***

"Gila, Kamu berani banget sama Zalfa," ucap Nabila sesekali makan.

Ya, saat ini mereka sudah berada di kantin. Setelah bel istirahat berbunyi, beberapa menit yang lalu. Luna asyik ngemil, Alma hanya menanggapi dengan senyum sambil makan bekal miliknya.

Kali ini, Alma membawa bekal makanan. Namun, sekarang bukan untuk Sakha, tetapi untuknya.

"Oh, iya, gimana dengan Sakha?" tanya Luna.

Argia (Tamat)Where stories live. Discover now