3. Astaga!

1.9K 201 8
                                    

Alma masuk ke kelas dengan wajah cemberut. Jika saja sudah lama mengenal Azlan, pasti kedua tangan Alma telah mencakar wajah tampannya itu. Menciptakan kehebohan yang dapat memecah hening di sekolah ini.

Bahkan, pacarnya pasti marah besar. Wajah merah padam seperti telah makan banyak cabai, asap mengepul di atas kepala. Wah, semua itu bisa saja terjadi tadi.

Namun, semua urung dilakukan. Tentunya berusaha menciptakan kesan baik pertama kali bertemu, akan membuat seseorang itu pun bersikap baik. Ya, berbeda dengan Azlan yang memang sedikit memancing emosi sehingga bunga manis ini, harus mengeluarkan duri untuk memberi perlawanan sebanding.

Langkah yang tergesa-gesa sekilas diperhatikan oleh Sakha. Namun, pemuda itu hanya diam tak mau ikut campur. Akan tetapi, saat tengah merapikan tas yang disandarinya. Entahlah, haruskah Sakha menerima dengan senang hati atau balik marah pada Alma?

Karena gadis itu tiba-tiba duduk dipangkuan Sakha. Membuat sang pemilik membulatkan mata, seisi ruangan langsung melongo. Sementara Alma geming, sama dengan Sakha yang masih tak bersuara. Tak ada saling menatap, mereka berdua diam membeku di posisi masing-masing.

Akan tetapi, astaga! Jangan tanyakan hati Alma. Hatinya seolah-olah berlari kegirangan mengalahkan orang-orang yang tengah berlomba sampai ke garis akhir. Alma benar terkejut sekaligus ... canggung, tetapi juga senang. Merasa telah menemukan satu adegan istimewa tentang dirinya, pada seorang pemuda tampan nan penuh misteri.

Langkah kaki terdengar masuk kelas. Semua mata menoleh, tampaklah Azlan dengan kegantengan alami bak pangeran berkuda.

"Azlan!" Suara nyaring itu, membuyarkan lamunan, menghempas jauh tatapan menginginkan dari belasan gadis di kelas itu.

Bukan main, Zalfa langsung menempel kembali. Namun, pemuda itu masih setia memandangi Alma yang kini sudah berdiri dengan perasaan canggung, kemudian Sakha yang langsung mengedarkan pandangan ke arah jendela memutus komunikasi dua arah pada Alma atau pun lainnya.

"Kenapa dengannya?" tanya Azlan pada Zalfa dengan tatapan masih memperhatikan Sakha dan Alma.

"Oh, itu, tiba-tiba saja gadis itu masuk terus nggak sengaja kali mau jalan ke kursinya tapi karena buru-buru, ya, gitu. Akhirnya kesenggol terus jatuh." Zalfa menjelaskan panjang lebar, sementara Azlan hanya ber 'Oh' ria lalu mengangguk paham.

Berarti tidak salah, jika ada gadis yang dibantu berdiri oleh Luna sang wakil ketua osis itu. Mungkin dia yang habis tersenggol dengan Alma.

Kini, tampak guru masuk dan semua langsung mengambil duduk di tempat masing-masing.

***

Bel baru saja berbunyi dan para siswa dan siswi mulai berjalan menuju luar kelas masing-masing. Sama hal nya dengan Alma, gadis itu meraih tas dan akan bergegas pulang. Namun, belum sempat melangkah jauh Sakha langsung berdiri di depannya membuat Alma terkejut. Bukan hanya itu, dia juga sedikit canggung mengingat hal yang terjadi beberapa jam lalu.

"Ngapain di situ? Menyingkirlah, aku mau pulang."

Sakha tampak mengulurkan tangan. Apa maksudnya? Alma tidak mengerti. Oh, apa Sakha ingin menggenggam tangan Alma? Sangat sweet. Jujur, saat ini gadis itu mulai gugup. Ada rasa yang tak dapat tergambarkan di sana, di tempat terdalam dari hatinya. Huh, dasar Alma!

"Almaira!" panggilan Sakha langsung menyadarkannya. Membuat gadis di hadapannya gelagapan dan terlihat salah tingkah.

"Eh, apa?"

Sepertinya Sakha harus sabar. Dia melirik tas milik Alma lalu kembali melihat gadis itu. Alma makin senang karena itu, karena Sakha mau membawakan tas miliknya. Memang sosok yang menggemaskan.

Argia (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang