14. Marah, Maksa, Nyesek!

605 75 2
                                    

Alma tersentak, tetapi dengan cepat perasaannya kembali normal. Dia masih diam melihat Azlan yang perlahan menoleh ke arahnya.

Azlan terdiam sejenak. Kenapa juga harus bertemu Alma? Daripada nantinya mendengar ocehan gadis tersebut, Azlan memilih beranjak untuk membayarnya.

"Eh!" Alma segera berjalan mengikuti, membuat Azlan risi.

"Sana pergi!" usirnya, tetapi berpikir kalau Alma akan langsung pergi begitu saja tidak mungkin, 'kan? Jadilah Alma masih terus mengikuti.

"Nggak mau," tolak Alma tak mau pergi.

Azlan mengambil kembalian uangnya, lalu menaruh disaku celana.

"Kamu kenapa?" tanya Alma sambil berjalan beriringan dengannya. Membuat Azlan menghentikan langkah, lalu menoleh.

"Ini bukan urusanmu, sudah pergi sana!"

"Nggak, aku nggak mau pergi."

Azlan menghela napas. Dia kembali berjalan menuju luar walau Alma terus mengikutinya. Sampai di luar pun, Alma masih terus mengikuti sampai langkah pemuda itu berhenti.

"Kamu kenapa, ada masalah?" Alma mencoba mengajak bicara untuk kedua kali walau dia tahu, akan jarang mendapat jawaban.

"Kenapa Kamu selalu ikut campur urusanku? Memangnya kamu siapa?"

"Ya, aku temanmu," jawab Alma dengan mantap.

"Tapi aku nggak pernah, tuh, anggap Kamu temanku dan satu lagi, berhenti untuk terus mencoba masuk ke kehidupanku!" Azlan kembali akan melangkah, tetapi Alma lebih cepat berdiri di depannya.

"Kalau punya masalah itu, bukan diam saja. Cerita, biar dapat jalan keluar."

Azlan kembali akan melangkah. Namun, Alma dengan cepat merentangkan tangannya.

"Luapin masalah dengan terus diam itu, hanya bikin nyesek. Azlan, aku tahu Kamu ada masalah. Aku bisa lihat itu," ucapnya.

"Aku butuh ketenangan, bukan ocehanmu! Lagi pula, maksain kehendak ke orang yang nggak mau juga bikin orang itu nyesek kali! Kesal!" Mata Azlan menyorot tajam Alma, membuat gadis itu mengatup menghela napas pelan. Kemudian menurunkan tangannya.

"Kalau orang merasa nyaman, dia bakal cerita tanpa harus dipaksa kayak gini. Paksaan tak, 'kan selalu berhasil dalam segala situasi." Azlan kembali melanjutkan langkahnya, sedikit menabrak bahu Alma dan benar-benar berjalan pergi tanpa berbalik.

Alma berbalik segera, melihat kepergian Azlan dengan diam. Cukup lama memandangi pemuda yang perlahan menyebrang itu, menghentikan taksi dari seberang. Kemudian meninggalkan tempat tersebut.

"Apa aku terlihat memaksa?" lirihnya. "Tapi aku cuman mau dia bisa sedikit lega, kalau seandainya cerita," lanjutnya.

***

Sampai di rumah, Alma segera merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur dengan seprai hijau, bermotif bunga. Alma meraih ponsel dan membuka-buka aplikasi yang terpasang di ponselnya. WA, IG, WP, semua dibuka satu persatu.

Alma melirik nama Azlan yang berada di sana. Ingin sekali menghubungi pemuda itu. Namun, mengingat kejadian tadi membuat Alma mengurungkan niat.

"Huh!"

Alma menutup semua aplikasi, lalu menaruh ponsel di atas nakas. Kemudian memejamkan mata segera tidur.

***

"Alma, tuggu!" Terlihat Nabila berlari ke arah Alma dengan kertas berada di genggaman.

"Apa?" tanya Alma.

Argia (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang