47. ⚘ Argia ⚘ (Titik Akhir)

825 43 8
                                    

Pagi ini, setelah jam pelajaran berakhir. Bel istirahat pertama pada hari selasa itu pun, langsung berbunyi. Tidak begitu lama usai bel terdengar, sudah banyak siswa dan siswi yang terlihat meninggalkan kelas. Namun, tidak semua. Masih ada beberapa dari mereka yang berada di kelas termasuk Alma dkk. Tampak masih berbincang, sambil membereskan alat tulis.

Usai membereskannya, sebuah kertas yang telah terlipat membentuk selembar surat, tampak datang dari seorang gadis yang sukses memberi kerutan pada dahi. Tak biasanya, benar-benar hal langka.

"Apa ini, Za?" Alma menatap heran.

"Alma, jangan diambil. Takutnya jampi-jampi." Celetuk Nabila, langsung mendapat kibasan singkat pada wajahnya dari Luna.

"Hussh! Hati-hati, percaya sama yang begituan takut jatuhnya malah syirik. Nggak boleh itu."

"Ya, maaf, Lun. Lagian tiba-tiba aja."

Alma langsung mengambil, lalu baca isinya. Sadar dengan kedua teman yang juga ingin tahu, Alma pun menurunkan tangan agar keduanya juga bisa ikut membaca.

Isi suratnya tidak begitu panjang, hanya ada beberapa kalimat dengan dua gambar bunga matahari di akhir.

Isi suratnya tidak begitu panjang, hanya ada beberapa kalimat dengan dua gambar bunga matahari di akhir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ini serius, kamu yang buat, Za?" tanya Nabila agar makin yakin. "Kamu serius minta maaf, nggak takut namamu tercoreng? Harga diri, Za."

"Nabila, jangan begitu." Luna langsung menutup mulut temannya itu dengan telapak tangan sebentar.

Terlihat kekehan dari Zalfa, lalu gelengan pelan. "Kali ini enggak, Nai. Sekarang Aku sadar salah dan udah mengakui kalau memang semua adalah kesalahan, kesalahan yang harus diperbaiki. Lagi pula, aku yakin kalian bertiga baik, nggak akan ada niat buat nyebar gosip buruk untuk permintaan maaf ini."

Alma kembali melipat kertasnya, lalu tersenyum ke arah Zalfa. "Aku salut sama kamu, Za. Kamu berani minta maaf sendiri. Bahkan, nulis surat. Padahal bicara tanpa ada surat juga bisa. Tenang aja, aku udah maafin."

"Terima kasih, Alma." Menoleh lagi ke Luna dan Nabila. "Aku juga minta maaf ke kalian, ya, sekali lagi maaf."

"Santai, Alma aja yang jelas-jelas udah kamu jahatin berkali-kali maafin kamu, kok. Apalagi kami, kami pasti maafin. Iya, 'kan, Nabila?"

Nabila langsung mengangguk cepat. "Iya, kami pasti maafin."

"Terima kasih." Zalfa tersenyum.

"Oh, iya, mau ke kantin, nggak? Kalau mau bareng aja, yuk!" ajak Alma ke Zalfa.

"Serius, boleh?" Zalfa memastikan ucapan Alma.

"Seriuslah, gimana Luna, Nabila?" Alma melihat keduanya bergantian.

"Kami setuju, kok. Ikut aja, Za. Biar makin ramai."

"Boleh, deh, makasih, ya."

"Sama-sama," jawab Alma, lalu mengambil botol minumnya. "Yaudah, yuk!" Mereka pun meninggalkan kelas.

Argia (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang