5. Yang Tak Sama

1K 163 5
                                    

Gelap karena lampu telah dimatikan. Sepi dan tampak menakutkan. Alma masih terus berusaha menggedor pintu sesekali berteriak.

Tak lama, sampai Alma terpikir untuk menghubungi ayah dan ibunya atau Luna. Sesegera mungkin dia mengeluarkan benda berbentuk pipih tersebut lalu menyalakannya. Tampak daya ponselnya sudah berada di 2% terakhir.

Sesegera mungkin Alma membuka kontak. Melihat daya ponsel yang telah berubah menjadi 1% Alma makin panik, tak bisa menelepon. Akhirnya, dia menelepon nomor paling atas. Huruf A dan itu nomor Azlan.

"Aku mohon, angkat!" Alma bersandar di balik pintu seraya menunggu.

Namun, sampai ponsel Alma benar-benar 0% Azlan tak kunjung mengangkatnya. Alma menghempaskan ponsel tersebut sehingga terbanting jauh. Alma benar-benar takut sekarang terlebih dengan gelap di sekeliling.

"Tolong buka! Buka pintunya!" Alma terus menggedor dan masih tak ada yang merespon.

***

"Ini dia, huh! Untung tidak hilang," ucap Sakha kemudian langsung mengambil buku tersebut.

Dia segera bergegas pergi dari taman setelah mengambil bukunya yang sempat tertinggal. Hanya sebuah buku, tetapi bagi Sakha itu sangat berarti. Sebab sangat banyak nada buatannya di sana.

"Tolong buka pintunya!"

Suara teriakan yang tampak jelas terdengar saat Sakha makin dekat dengan perpustakaan. Ya, taman berada tak jauh dari ruang perpustakaan.

"Siapa?" lirih Sakha lalu berjalan cepat ke arah perpustakaan.

***

"Buka pintunya!" teriak Alma sekali lagi dan akhirnya terduduk. Dari tadi teriak membuatnya lelah. Alma melirik sekilas, tak ada cela untuknya keluar. "Bagaimana sekarang?" Alma memeluk kedua lututnya menenggelamkan wajah dan terisak.

Bayangan akan orang yang mau menculiknya tiba-tiba terlintas. Membuat Alma makin merasa terpojok.

Tampak Sakha menghampiri pintu perpustakaan yang terkunci dengan cara yang tidak seperti biasanya. Kayu mengganjal. Sakha membawa tangannya mengusap pintu tersebut dan perlahan mengetuk pelan.

"Apa ada orang di dalam, hallo?"

Begitu lama, tetapi tak ada suara. Berpikir tentang seseorang yang terkunci dan dijahili.

Akhirnya, Sakha sesegera mungkin menarik kayu tersebut, membuka pintunya dengan cepat lalu masuk. Saat sudah di dalam, mata Sakha membulat mendapati Alma yang telah terbaring tak sadarkan diri.

"Siapa yang berbuat ini, Alma!" panggilnya dan tanpa berpikir panjang, Sakha langsung menggendongnya keluar dari sana.

Saat keluar, ternyata ada Azlan yang baru saja berada di luar perpustakaan. Sepertinya pemuda itu baru saja melihat telepon dari Alma sampai akhirnya dia ke sana.

Mata mereka sempat bertemu pandang dalam diam  ketika Sakha keluar sambil menggendong Alma. Akan tetapi, sesegera mungkin Sakha memutuskan kontak dengan Azlan dan pergi ke kantin.

Azlan yang masih di sana melihat sambil harap-harap cemas. Entahlah, di sisi lain dia merasa cemas dan seketika merasa marah. Semua ingin dihancurkannya saat ini.

Mengambil langkah untuk berjalan mengikuti Sakha ke kantin tampaknya menjadi pilihannya kali ini.

***

Perlahan, Sakha mendudukkan Alma di kursi. Gadis itu masih tak sadarkan diri. Bahkan, pipi yang sempat basah karena air mata belum mengering. Sakha meletakkan tas miliknya dan juga tas yang dipakai Alma lalu beranjak masuk ke area Bu Lina

Argia (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang