9. Penasaran

782 102 1
                                    

Alma berjalan cepat ke sana, menaiki anak tangga satu persatu dengan hati-hati. Kemudian membuka pintu, melangkahkan kakinya ke sana.

Seketika, Alma mengedarkan pandangannya ke segala penjuru. Melihat dengan takjub pemandangan yang ada di sana. Tak hanya itu, suasana sejuk pun terasa.

"Waaah!" ucapnya girang. Alma berjalan dengan senang. Untuk sejenak, lupa dengan tujuannya ke sana.

Namun, justru tingkahnya yang tampak asyik seperti itu membuat pemuda yang berada di sana berdiri, melihat kelakuan Alma yang kegirangan.

"Nggak takut jatuh?" ucapan itu, sukses mengejutkan Alma. Gadis itu, segera berbalik melihat siapa yang berbicara dan ternyata, itu adalah Azlan. Pemuda yang tadi Alma cari.

"Eng--enggak, kok. Aa--aku nggak takut!" ucapnya penuh percaya diri.

Azlan langsung tertawa, menanggapi perkataan Alma. Dia pun langsung beranjak dari tempatnya tadi, berjalan menghampirinya perlahan. Membuat Alma seketika menegang, gugup.

Alma makin mundur, saat Azlan terlihat semakin mendekat padanya. Bahkan, mereka saat ini berjarak hampir dekat. Azlan hampir dekat dengan Alma dan Alma pun hampir dekat dengan pinggiran rooftop.

Azlan yang mengetahui, kalau Alma makin dekat dengan pinggiran rooftop tak membuat Azlan menghentikan langkah. Bahkan, Alma yang tak sadar dengan langkahnya itu, terus saja mundur. Hingga ....

Dalam sekejap mata, Alma hampir saja terjatuh kalau Azlan tidak cepat, memegang tangannya. Kini, posisi Alma seperti akan menjatuh diri dengan membelakangi tempat tersebut dan Azlan memegang tangannya.

Jantung Alma berdetak cukup cepat antara terkejut hampir jatuh dan juga, Azlan memegang tangannya sambil pandangan mereka bertemu. Cukup lama, sampai terlihat senyuman tak percaya dari Azlan, kalau dia tidak takut.

"Aku tidak akan melepas peganganku dan membiarkanmu jatuh dari ketinggian ini. Karena, aku tahu banyak yang sayang padamu," ucap Azlan dan segera menarik Alma yang tampak baru saja menutup mata saat Azlan, menariknya berdiri tegak, menjauh dari tempat pinggir.

Setelah melepas pegangannya, Azlan memperhatikan Alma yang masih menutup mata. Mengatur napas yang memburu, juga menenangkan diri dari keterkejutan yang luar biasa.

"Kenapa kamu ke sini?" tanya Azlan cepat. Sepertinya dis tidak mau, kehilangan sedetik saja untuk hal yang tak begitu penting seperti saat ini, memperhatikan Alma yang sedang mencoba menenangkan diri, mengatur napasnya dan menghilangkan rasa keterkejutan.

Perlahan Alma membuka mata, mungkin sudah mulai merasa lebih tenang dari sebelumnya.

"Tentu saja mencarimu!" ketusnya.

"Oh." Azlan tampak mengangguk paham. "Seharusnya, kamu nggak perlu begitu. Karena bukan urusanmu."

"Ish! Itu tandanya, aku peduli padamu, huh! Lagian, kenapa juga kamu pakai acara maju segala? Aku kaget tau!" ocehnya.

"Ya, aku hanya mau tau. Apa benar kamu tidak takut, atau hanya perkataan saja. Oh, iya, kamu nggak perlu peduli, karena kita nggak punya hubungan apa pun."

Alma mendengus sebal! Bukannya Azlan berterima kasih, malah berlaku seperti ini padanya. Dia pun mengembuskan napas. Melirik jam tangan, tersisa tiga menit sebelum bel berbunyi.

"Astaga!" kejutnya lalu melihat Azlan. "Sudah, lupakan soal itu. Sebaiknya kita ke kelas sekarang, ayo!" ajak Alma dan langsung memegang tangan Azlan, menarik pemuda itu.

Namun, bukannya ikut. Azlan malah melihat tangannya yang digenggam. Membuat Alma ikut melirik ke arah, yang Azlan lihat. Seketika gadis itu merasa sedikit canggung dan langsung melepas pegangannya.

Argia (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang