36. Misterius, Tidak Misterius

325 45 4
                                    

Napas mulai memburu, detak jantung lebih cepat dari biasanya, keringat jatuh membasahi kening, tangan juga ikut terasa berkeringat. Alma makin merasa tegang, terlebih dengan tindakan yang dirasa jauh lebih berani dari sebelumnya. Namun, Alma harus tetap bertahan agar bukti berada dalam genggaman.

Luar biasa! Satu lagi hal yang tak dapat dipercaya. Orang misterius itu, dapat terlihat jelas di dalam rekaman videonya. Padahal, hari di mana Alma berusaha melihatnya dalam waktu singkat, di cermin dan secara nyata. Orang tersebut begitu sulit dilihat.

Menarik napas, perlahan mengembusknnya. Menenangkan diri lalu mencoba mengambil tindakan berani, untuk melihat pria tersebut secara nyata dan bukan dari layar ponsel. Memiringkan sedikit kepala, mengarahkan netra berpindah dari layar.

Melihat apa yang saat ini sedang Alma lakukan, sama sekali tidak dilarang oleh Sakha. Secepat mungkin, gadis itu kembali membawa netra ke layar ponsel usai melihatnya. Cukup lama, kembali melakukan hal yang sama. Kemudian mengalihkan pandangan ke ponsel. Beberapa kali, lagi dan lagi, orang misterius tersebut sangat jelas terlihat.

"Astaga! Dia, dia benar-benar terlihat sangat jelas." Sambil menutup pelan mulut, mata yang kembali melihat layar ponsel. Baru sekarang Alma melihatnya begitu jelas, walau bukan wajah, tetapi ini sudah sangat jelas dari sebelumnya.

"Majulah beberapa langkah," ucapan Sakha seketika membuat Alma terkejut. Ketegangan yang sudah mulai dirasa berhenti, kembali hadir.

"Sakha?"

"Aku di sini, menjagamu, percayalah."

"Tapi, kenapa?"

"Semakin jelas, akan semakin bagus, 'kan? Percayalah padaku."

Berpikir sejenak, lalu mengangguk pelan. Akhirnya selangkah, demi selangkah lebih dekat. Sementara ponsel masih terus merekam. Dari tempat Sakha melihat, tidak ada pergerakan apa-apa. Manusia bergerak, kalau dalam video hanya diam seperti itu. Bisa-bisa bukti nyata ini, cuman dianggap lelucon.

Sekarang harus bagaimana? Memang benar Sakha sudah memiliki bukti rekaman kehadirannya, tetapi apa itu sudah cukup? Berpikir cepat, mencari cara yang mampu membuat perbedaan. Cukup memakan waktu, sampai mata Sakha melirik ke arah saku celana.

"Cermin," lirih Sakha dan segera mengambil benda itu, melihatnya.

"Cermin? Sakha, apa maksudmu?"

"Alma, tetap di posisimu." Tanpa menjawab pertanyaan Alma, Sakha bergegas pergi dari tempatnya tadi. Berjalan dengan hati-hati agar tak terlihat oleh orang misterius itu. "Dengar, tetap rekam dia."

Dari tempat Alma, gadis itu mengangguk pelan. Berusaha membuat dirinya terlihat biasa saja, seperti tidak sedang berbicara pada siapa pun. Sementara Sakha, tanpa mengulur waktu lagi dirinya langsung muncul, berdiri di tempat yang berbeda.

Perlahan mengangkat cermin tersebut. "Kita lihat, apa dia masih bisa melanjutkan permainan ilusinya." Mencondongkan badan ke depan, mengatur posisi tangan dan dalam hitungan detik Sakha melempar cerminnya.

Terus melayang, berputar. Benda tersebut begitu cepat melesat, menuju orang misterius. Kalau ilusi, seharusnya cermin itu akan seperti menembus masuk ke jubah tersebut dan kalau nyata, maka akan seperti memantul. Perlahan cerminnya makin tinggi, setinggi kepala dan ....

Orang misterius tersebut dengan cepat menunduk, membuat Alma langsung membulatkan mata. Sekarang tidak ragu lagi, dia nyata! Namun, belum sampai di situ. Orang tersebut berdiri tegak, mengangkat wajah, lalu sejenak menoleh ke arah Sakha berada.

Argia (Tamat)Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ