15. Yang Mengganggu

568 75 21
                                    

"Rasa takut bukan untuk dituruti, melainkan dilawan. Makin lemah dirimu dalam pertahanan, maka rasa takut itu akan makin bersarang. Namun, makin kuat benteng pertahananmu, maka perlahan dia akan takluk."

-Sakha Athafariz-

***

Ya, di sinilah Alma. Fokus dengan beberapa catatan dari Pak Andi, salah satu guru paling kejam, sadis, menakutkan, terlebih sangat tegas! Kata para murid. Lebih tepatnya, dikenal sebagai Guru Killer SMA Akasia.

Berhubung Alma baru masuk hari ini. Jadi, dia baru melihat sosok Pak Andi. Menurut Alma, gurunya ini tak segalak dan semenakutkan itu, biasa saja.

Biasa untuk murid yang kesehariannya tak terlibat masalah, tetapi dengan murid nakal bagaimana, apakah tetap sama? Bagaimana menurut kalian?

Suara bel menyudahi jam pelajaran Pak Andi di kelas XII IPS 2. Para murid bergegas menuju kantin, usai mata pelajaran Pak Andi. Tak ada yang berani mendekat dengan guru itu, niat beberapa siswa atau siswi yang ingin menyalimi pun urung.

Apalagi kalau sudah bawa rotan. Sekali melayang sampai menciptakan bunyi keras, maka semua murid pasti terkejut bukan main. Kini, bersama dengan Luna dan Nabila, Alma berjalan menuju kantin.

"Katanya Pak Andi itu galak, ya?" ucap Alma memulai pembicaraan.

"Banget! Pokoknya, jangan sampai berurusan dengan dia, deh." Nabila tampak dramatis membuat Luna tersenyum tipis seraya menggeleng tak percaya.

"Pak Andi galak, tapi ke anak yang suka buat ulah. Selain dari itu, masih aman aja, kok," ucap Luna menjelaskan.

"Apa! Aman? Luna ... di mana amannya coba?" Nabila makin dengan nada dramatis. Dia menggeleng tak percaya. "Intinya, aku takut sama Pak Andi," lanjutnya.

"Takut Pak Andi atau takut sama sifat galaknya? Lagian, Pak Andi galak karena murid banyak ngeyel kalau dibilangi," jelas Luna lagi.

"Sudah, sudah, jangan dibicarakan lagi. Mending cepat-cepat ke kantin." Alma beranjak pergi lebih dahulu disusul kedua temannya.

***

Sepertinya keberuntungan berpihak pada mereka, karena kantin yang biasanya cukup penuh sedikit berkurang. Apalagi dengan para gadis yang kadang sudah pada ngumpul sambil bercerita ria juga tidak terlihat.

"Loh, pada ke mana yang lain?" Nabila segera mengambil duduk usai memesan mi goreng pada Bu Lina.

Luna mengedarkan pandangan sambil berkacak pinggang. Mencoba menemukan jawaban atas kekurangannya para penghuni kantin. Cukup lama dan akhirnya Luna duduk, sebab masih tak menemukan apa pun.

"Memangnya kenapa kalau kurang?" Alma memperhatikan kedua temannya, meminta jawaban. "Bukannya bagus, ya? Mungkin, mereka lagi pada punya tugas atau memang nggak lagi ke kantin."

"Biasanya, kalau kurang gini ada sesuatu yang menarik perhatian mereka." Luna tampak menerka-nerka seperti sudah tahu sikap para murid SMA Akasia. "Lihat, Zalfa juga nggak ada, tuh. Biasanya udah kedengaran cerewet."

"Sudah, mending makan, yuk!" ajak Alma setelah melihat Bu Lina yang telah datang membawa pesanan mereka.

"Asyik!" Nabila tersenyum.

"Nggak, ini aneh! Masa iya, tiba-tiba kurang tanpa sebab." Luna masih penasaran.

"Mungkin lagi cari bahan gosip kali mereka, atau pada antre sembako!" celetuk Nabila sontak mendapat cubitan di pipi yang membuatnya meringis.

"Ngapain pakai antre sembako? Nggak ada urusannya, kali!" kesal Luna.

"Astaga! Makanan udah dateng ini, ayo makan!" ajak Alma.

Argia (Tamat)Where stories live. Discover now