40. Bukan Delusi

352 42 2
                                    

Dari tempatnya berdiri, cukup jelas terlihat apa yang berada dalam genggaman. Bergegas menghampiri, memperhatikan barang yang dipegang dan benar saja, itu miliknya. Sebuah cincin dengan ukiran bunga. Anggukan terlihat, juga senyum. Bersyukur cincinnya lebih dahulu ketemu sebelum dia menyapu.

Mengingat ini bukan hari piketnya. Kalau menyapu sekarang, itu sebuah keberuntungan untuk yang hari piket. Namun, Alma akan menyapu kalau itu merupakan cara agar cincinnya ketemu lagi.

Segera meraih, tetapi Azlan pemuda yang tadi menemukan cincinnya lebih cepat mengepalkan jari-jari tangannya. Membuat Alma menatap bingung. Untuk kedua kali, Azlan membuka kepalan tangan yang menutupi cincin tersebut. Kembali Alma meraih, tetapi Azlan kembali menutupnya.

"Cincin ini benar milikmu?" Satu pertanyaan yang sukses menghadirkan setidaknya, sedikit rasa kesal di hati Alma. Ternyata, pemuda di hadapannya meragukan kebenaran ucapannya tadi. Perlahan mengembuskan napas, masih dapat mengatur perasaan kesal.

"Iya, cincin itu milikku. Sekarang sini, kembalikan!" Tanpa berbicara lebih banyak lagi, Alma langsung memegang pergelangan tangan Azlan lalu berusaha membuka kepalannya. Begitu kuat, tetapi Alma masih terus berusaha. Jelas-jelas cincin itu miliknya bukan milik orang lain. Jadi, kenapa harus menyerah?

"Berikan, berikan padaku." Nada suara naik satu oktaf, pandangan mereka bertemu. Alma menatap tajam dan secepat mungkin memutus kontak, lalu kembali memaksa agar Azlan memberikan cincin tersebut padanya.

Cukup memakan waktu beberapa menit sampai Alma berhasil mengambilnya. Itu pun setelah mencubit perut Azlan, membuatnya meringis. Senyum penuh kemenangan terukir jelas dan dalam waktu setengah menit, Alma bergegas pergi meninggalkan pemuda yang masih memperhatikan dirinya.

Kembali mengalihkan netra pada jari-jemari yang tadi memegang cincin tersebut. Ada hal yang terasa sudah tak asing lagi, ketika melihat cincin milik Alma. Entah, apa ini sebuah kebetulan atau tidak. Akan tetapi, semua terasa sangat jauh dari kata cuma kebetulan.

"Apa mungkin?" Secepat kilat menepis segala pemikiran tentang sosoknya, sosok manis dan lucu itu. Mungkin semua ini hanya kebetulan, ya, cuma itu saja. Bukan yang lain. Menarik napas, lalu perlahan mengembuskannya.

Usai kepergian Alma beberapa menit lalu, Azlan keluar dari kelas. Berjalan dengan diam. Sekalipun ada murid lain, Azlan juga jarang berbincang dengan mereka. Entahlah, untuk sekarang sepertinya kesendirian dan juga keterdiaman sudah lebih bersahabat dengannya. Mungkin saat ini, menepi adalah cara terbaik bagi Azlan untuk menenangkan diri.

Terlebih dengan kabar yang telah berembus, membuat Zalfa seolah-olah perlahan berhenti mengejarnya. Walau sesekali gadis itu masih mempertahankan argumennya, tetapi dengan tidak mendapat tanggapan dari Azlan sendiri. Azlan yakin, nanti Zalfa pasti akan menyerah dengan sendirinya.

Sampai di depan gerbang, menunggu ojek yang telah dipesan. Beberapa menit sampai akhirnya ojek datang dan Azlan pergi menggunakan ojek tersebut.

***

Semua yang terjadi benar-benar penuh kejutan. Mungkin, lain hal dengan kejadian di sekolah. Tuduhan sepihak tanpa adanya bukti, ya, sedikit menyebalkan! Namun, sekarang begitu menyenangkan, ups!

Sungguh, ini adalah kejutan. Alma harus bisa mengatur diri-sendiri. Jangan sampai berbuat kesalahan yang dapat menunjukkan kalau saat ini, dia sedang salah tingkah.

Kehadiran Sakha dan ibunya malam ini, di tengah-tengah keluarga mereka pada waktu makan malam sangat menyita perhatian Alma. Bahkan, sesekali dirinya mengarahkan netra pada Sakha yang duduk di kursi seberang meja. Dia masih fokus dengan makannya.

Kini, tegukan kelima mengakhiri aktivitas makan Alma. Setelah menaruh gelas dan memastikan kalau Sakha juga sudah selesai makan, gadis itu segera meraih ponsel mengirim pesan singkat pada Sakha. Tentu kesempatan untuk dapat berbincang berdua saja jangan sampai terlewat. Terlebih, dengan kejutan malam ini. Alma mau tahu, kenapa Sakha bisa datang ke sini?

Argia (Tamat)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt