23. Tak Sesuai Ekspektasi

377 47 0
                                    

Alma terus melangkah, mendekati area tersebut. Entah kenapa Alma jadi ingin tahu, biasanya dia cuek dengan gadis satu ini. Ya, mungkin karena tak biasanya Alma merasa Zalfa ada di area kelas, selain kelas mereka.

Belum sampai, tetapi dari posisi berdiri saat ini Alma sudah bisa melihat mereka yang tak jauh darinya. Benar saja, tak salah tebakannya kalau suara itu berasal dari Zalfa.

Saat di lihat, semua baik-baik saja. Seperti kebanyakan teman lain, berbincang dengan yang lain. Aiyra juga di sana, sesekali tertawa mendengar lelucon dari pemuda yang duduk di samping Zalfa.

Sepertinya nggak ada yang perlu dicurigai, 'kan? Alma berbalik, mengambil langkah untuk segera pergi. Namun, ucapan dari Aiyra menghentikannya.

"Menurutmu Azlan sudah nggak punya apa pun, ya?" tanya Aiyra seraya memainkan ponsel miliknya.

"Nggak tau, intinya aku dengar dari beberapa temen kalau dia udah beberapa hari ini nggak pakai motor lagi," jawab Zalfa.

Alma berbalik, mendengar perbincangan keduanya. Baiklah, Alma tahu ini nggak baik. Secara mendengarkan perbincangan seseorang diam-diam, tetapi kalau secara terang-terangan apakah Aiyra dan Zalfa akan berbaik hati mempersilakan untuk ikut bergabung? Huh, lupakan saja!

Ada nama yang menarik perhatiannya. Alma terus mendengarkan perbincangan mereka, tentang semua sampai mata Alma terbelalak karena melihat hal berbeda di sana. Sejak kapan Zalfa memiliki hubungan dengan pemuda itu?

"Mereka pacaran? Hah!" Pikiran Alma langsung mengarah pada ponsel digenggaman, mengutak-atiknya lalu membuka camera untuk segera merekam aktivitas ketiganya.

Ada beberapa kata-kata yang sama sekali tak Alma sukai, sangat mengecewakan! Gila, pengakuan gadis satu ini benar-benar mengejutkan.

Bel berbunyi, tepat di saat itu Alma langsung mematikan camera.

"Akan kuperlihatkan pada Azlan," lirihnya bergegas pergi dari sana. "Benar-benar mengecewakan. Aku pikir Zalfa serius, ternyata ... huh! Sekali lagi ekspektasi berbeda dengan kenyataan." Alma fokus mengoceh sampai tak melihat siapa yang juga berjalan menuju kelas. Seketika menabrak membuat ponsel milik Alma terjatuh juga. "Eh, astaga! Maaf, aku nggak sengaja."

Pemuda yang tak sengaja ditabrak oleh Alma pun berbalik, setelah sebelumnya terdorong ke depan. "Alma, Kamu ternyata, huh! Lagian ngapain buru-buru gitu?" oceh pemuda yang tak lain adalah Arga.

"Maaf, aku nggak sengaja." Secepat kilat, Alma meraih ponselnya lalu menyimpan ke saku baju seragamnya.

"Eh, habis apa? Lihat wajahmu, seperti orang yang habis lihat sesuatu mengejutkan." Mata Arga menyipit, tampak ingin tahu lebih banyak soal apa yang Alma lihat.

Apa Arga harus tahu tentang ini? Bagaimana jika dia menyebarkannya, seperti apa yang dilakukan saat tahu Zalfa dimarahi oleh Azlan? Ish, tidak! Alma juga nggak mau seheboh itu.

"Apa-apaan, sih! Nggak, nggak ada!" Nada suara Alma naik satu oktaf, membuat Arga terlonjak kaget.

"Iya, iya, Kamu nggak perlu jawab. Mending masuk kelas, yuk!" ajak Arga yang berjalan lebih dahulu diikuti Alma.

Hampir saja satu kelas riuh, jika Arga sampai tahu. Kini, Alma masuk dan kembali duduk di kursinya. Sudah ada Azlan, sepertinya pemuda itu mulai tenang daripada hari sebelumnya syukurlah. Alma ikut tersenyum.

***

Pelajaran usai dan anak-anak menghambur keluar. Secepat kilat Alma mencari keberadaan Azlan, tetapi seperti sebelumnya, Azlan tidak ada lagi. Seakan-akan memiliki kekuatan super, bisa hilang dalam satu kedipan mata.

Argia (Tamat)Where stories live. Discover now