(new) Series - Mia is Mine! EP#5 - Falling Apart

125 8 10
                                    

VINALES membuka pintu. Dia mengenakan jaket jeans navy yang familier, membawa sebuah tas besar di tangannya.

"Aku membawakan kalian makanan ringan dan selimut," katanya.

"Terima kasih. Itu sudah lebih dari cukup."

Vinales berjalan mendekat. Dia melirik Lucha yang masih pura-pura tidur.

"Dia marah," bisikku.

"Sudah pasti." Vinales meletakkan tasnya di dalam laci kecil di samping ranjang. "Dia seperti Marc."

"Maaf merepotkanmu."

Vinales duduk di sampingku. "Aku tidak merasa direpotkan."

"Aku tidak ingin mengacaukan hubunganmu dengan calon istrimu, tetapi aku tidak punya siapa-siapa yang bisa dihubungi selain keluarga Marc dan kau."

"Kenapa kau tidak memberitahunya saja?"

"Percuma bicara dengannya jika sedang marah."

"Jika dia tahu aku ada di sini bukankah dia akan semakin marah?"

"Well, kalau kau keberatan-"

"Bukan itu maksudku. Kau tahu ini bukan masalah untukku."

Aku terdiam. Dia menggengam tanganku.

"Aku akan melakukan apa pun untukmu." Dia menekan setiap katanya agar terpatri di otakku. Matanya menjelajahi wajahku yang berantakan.

"Sudah berapa lama kau menggendong Naya seperti itu?"

"Entahlah, mungkin lima jam."

"Cucilah wajahmu. Aku akan menjaga mereka."

"Aku berutang padamu."

Kupandangi Naya sebelum meletakkannya di kasur dengan enggan. Aku mengambil gaun selutut untuk ganti dan sikat gigi. Vinales duduk di samping Lucha.

Aku masuk ke kamar mandi. Menggosok gigiku, mencuci wajahku yang sudah tidak karuan. Mungkin karena aku terlalu pusing, di cermin aku tua sekali. Ada bayangan hitam di bawah mataku. Bibirku kering dan rambutku berantakan. Kusisir secepat kilat rambut cokelatku, itu membuat rontok banyak jatuh ke lantai. Aku mengganti pakaianku sesaat sampai Vinales mengetuk pintu.

"Mia, Marc menelepon!"

Aku buru-buru merapikan gaunku lalu keluar dari kamar mandi.

Terperangah, aku menerima handphone-ku dari tangan Vinales.

"Mia?" Suara Marc lemah di ujung sana. "Maafkan aku. Kau di mana sekarang?"

"Kau pikir dengan minta maaf segalanya bisa selesai begitu saja?"

"Lalu kau mau aku berbuat apa? Aku akan menyusulmu ke Indonesia!"

Aku mendesah keras. "Siapa bilang aku di Indonesia? Aku di rumah sakit."

"Kenapa? Jangan membuatku takut begitu."

Aku diam sejenak. Memandang Vinales. "Kalau kau masih mencintaiku... kalau kau masih... peduli... datanglah."

"Tentu saja aku masih mencintaimu! Aku ke sana sekarang!"

Kumatikan teleponku dan melemparnya ke sofa.

Vinales berdiri, memandangku dengan rahangnya yang mengeras. Aku tidak ingin dia marah, tetapi dia memang berhak untuk marah jika dia berpikir aku hanya memanfaatkannya saja. Namun, segala dilema ini tidak ada artinya karena dari awal aku tidak pernah menginginkannya.

"Aku akan pergi," kata Vinales.

Aku menunduk tidak enak hati. "Maaf."

"Jaga dirimu, oke?" Dia mengelus bahuku lalu melirik Lucha yang meringkuk.

Mia is Mine! [Marc Marquez] Fan Fiction (DITERBITKAN)Where stories live. Discover now