[Season 3] Part 18 - Promise Me

693 38 9
                                    

"KAU harus berjanji padaku," kataku.

"Aku berjanji, Marc. Dengan sepenuh hatiku."

Mendengar suaranya yang mantap, aku jadi yakin dan menghilangkan semua keraguanku, semua ketakutanku. Aku merekatkan tangan kami dan menahannya sampai gelombang itu muncul. Beberapa detik kemudian, aku merasakan badanku bergetar dan diikuti dengan lenguhan kami berdua.

Kami beruntung kami sudah memakai pakaian sesaat sebelum suara mobil terdengar berhenti di halaman depan.

"Marc?" Suara nyaring Alex menguar sampai ke ruang keluarga tempat aku dan Mia duduk.

Aku mengusap wajah Mia yang masih sedikit berkeringat. "Kau sudah pulang?" tanyaku pada Alex.

"Ya, di mana yang lain?" Alex berjalan mendekat dan menyalakan televisi.

"Pergi ke pasar malam," jawabku.

Kemudian dia memperhatikan kami dan detik berikutnya, dia tertawa. "Kalian habis bercinta ya?"

Aku mendengus sementara wajah Mia langsung bersemu merah. Mia beranjak dari sofa kemudian seakan tak mendengarkan pertanyaan Alex dia bejalan ke dapur.

"Kalau iya juga tidak masalah kan? Kami sudah menikah," kataku.

Alex memutar bola matanya. "Dasar kau ini." Dia melepaskan jaketnya dan berdiri. "Aku mau istirahat."

"Kau sudah makan?" tanyaku basa-basi agar suasana tidak terasa canggung karena perbincangan sebelumnya.

"Sudah tadi bersama pacarku," katanya. Suaranya lama-lama hilang saat dia sampai ke dalam kamarnya.

Aku menyusul Mia ke dapur dan mendapatinya sedang menaruh piring-piring dan stik ke atas meja. Aroma gurih, manis daging menembus hidungku membuat air liurku mendesak keluar dan perutku keroncongan.

"Aku butuh protein setelah menghasilkan banyak keringat tadi," kataku sambil memeluk pinggang Mia.

Mia tersenyum lalu menatapku. "Tapi tadi kau terlihat cemas. Apa yang kau pikirkan?"

Otomatis aku langsung diam. Gigiku bergemeletuk dan jantungku berdegup tak beraturan. Aku tak ingin Mia tahu bahwa aku... masih memikirkan persoalan dengan Vinales. Jadi aku hanya menyingkirkan beberapa helai rambut poninya dan menatap matanya dalam. "Setiap detik... aku selalu merasakan ketakutan itu," kataku lemah.

"Ketakutan apa?" tanya Mia.

"Aku takut kehilanganmu." Aku memejamkan mataku. Namun itu hanya menambah penderitaanku karena kegelapan terisi dengan bayangan buruk kehilangan Mia. "Aku takut kehilanganmu seperti dulu."

"Itu tidak akan terjadi lagi, Marc." Mia mengecup bibirku lembut. "Aku berjanji."

Aku mengangguk dan tersenyum lega. Kemudian aku menarik kursi dan mempersilahkan Mia duduk, sementara aku duduk di sampingnya.

Setelah malam itu, hari-hari terasa makin menyenangkan. Kata-kata Mia, setiap pelukan dan ciumannya selalu berhasil membuatku tenang dan menghilangkan pikiran-pikiran cemas.

Lucha berhasil menang di kejuaran dunia motocross pertama yang diikutinya. Dan aku harus menepati janji.

Aku mengundang semua teman mekanikku saat libur paruh musim balapan. Cuaca cerah sepanjang hari sangat cocok untuk mengadakan pesta barbeque di halaman rumah. Jadi aku dan Mia membeli banyak daging sapi dan domba serta beberapa macam sayuran untuk mengadakan pesta besar.

Saat tepat tengah hari, bel berbunyi. Mia sedang memotong tomat di dapur sementara aku dan Lucha membersihkan daging.

"Biar aku saja yang membuka pintunya," kataku sambil membasuh tangan dan segera berlari ke pintu depan.

Saat menggenggam gagang pintu dan hendak menariknya, aku sudah membayangkan tim mekanikku datang beramai-ramai. Dugaanku itu tidak salah. Sekitar lebih dari dua puluh orang datang dan berdiri tepat di depan pintuku.

Aku sudah berencana untuk memeluk mereka satu persatu dan mempersilahkannya masuk. Namun Santi yang berada di barisan paling depan nampak aneh.

Aku dan Santi sudah bekerja sama selama bertahun-tahun. Hanya dengan melihat matanya saja, aku sudah tahu dia sedang gelisah.

"Kau sehat?" tanyaku.

"Yeah, aku cukup sehat." Santi menunduk.

"Semua baik-baik saja?" aku menuntut.

Kali ini Santi mengangkat wajahnya menatapku namun dia hanya diam. Pertanyaan-pertanyaan lain langsung muncul kepermukaan. Tapi Santi bukanlah orang yang bisa menyembunyikan sesuatu dariku. Dan saat dia bergeser, aku melihat Vinales turut dalam rombongan besar keluarga timku.

***

Hey makasih udah baca ❤😊

Btw plot twist-nya bikin kesel gak sih? Wkwkwkwk

Kamu tahu gak? Cerita ini udah hampir tamat loh...

Part endingnya udah ada di draf, tapi rasanya gak pengin cepet-cepet diupload :(

Rasanya masih belum bisa pisah sama Lucha, Mia apalagi sama Marc :(

Tapi tetep kasih aku dukungan yaaa ... jangan lupa vote dan komen ya supaya aku makin semangat dan seteronggg hehe makasihhh 💕🌹

Post setiap hari jumat ❤

***

Ya, betul ini rilis ulang. Jika kamu sudah memberikan vote, kamu bisa meninggalkan komentar baru supaya aku tahu kamu ada di sini! :)

------------------------------------------------------------------------------


Dapatkan Mia is Mine! versi cetak di kolom komentar ini!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Dapatkan Mia is Mine! versi cetak di kolom komentar ini!

------------------------------------

Mia is Mine! [Marc Marquez] Fan Fiction (DITERBITKAN)Where stories live. Discover now