Oneshot - Say, thank you

568 34 18
                                    

"AKU beruntung sekali punya montir di rumah ini," kataku.

Marc mengusap wajahnya yang berkeringat dan sedikit terkena oli. Dia tersenyum sedikit ke arahku. "Setidaknya katakan terima kasih," kata Marc. "Atau beri aku bayaran."

Aku langsung beringsut ke arahnya dan menatap matanya dalam. "Kau ingin aku membayar dengan apa?" Tanganku mengusap pipinya lembut. "Pelukan?" Aku mendekatkan tubuhku padanya. "Ciuman?" bisikku tepat di telinga kanannya.

Marc langsung menyeringai. "Kau memang pandai menggoda," kata Marc.

Aku mendudukannya di sofa dan aku berlutut di depannya. "Serius, kau ingin kubayar dengan apa?" Tanganku turun ke pinggangnya dan meraba perut terus menuju ke pahanya. Jariku menari-nari tepat di selangkangannya.

Marc menggigit bibir bawahnya sendiri tapi dia hanya diam. Aku senyum-senyum sambil menurunkan resleting celana Marc dan melepaskannya perlahan.

"Katakan kau menginginkannya, Marc." Aku memelintirkan jariku di celana dalam Marc.

"Ya," sahut Marc pelan.

"Apa? Aku tidak dengar," kataku.

Marc mendengus. "Katakan terima kasih padaku."

Aku tertawa sedikit. "Baiklah, terima kasih, Tuan montir...." aku langsung mencopot celana dalam Marc dan memasukkan miliknya ke dalam mulutku.

Marc mendesah keras saat aku mengulumnya. Tangannya menjambak rambutku. Memutar-mutar kepalaku diselingi erangan tertahan dari mulutnya.

"Mia...."

Aku mengangkat wajahku. "Beri aku kode kalau Lucha datang. Aku tidak ingin dia melihat ini," kataku lalu kembali melanjutkan aktifitasku.

"Memangnya kenapa? Biar saja dia lihat," jawab Marc.

Aku langsung memukul pahanya pelan. "Marc!"

"Oke, oke... lanjutkan, Mia." Tatapannya memohon. Dia mengecup keningku dan membiarkanku untuk bermain dengan miliknya lagi.

Sekitar sepuluh menit sampai suara Lucha terdengar dari ujung tangga garasi. "Ma..."

Aku langsung melepaskan mulutku dari milik Marc dan buru-buru memakaikan kembali celana Marc.

"Mia, kau belum selesai," kata Marc menahan tanganku. "Selesaikan dulu."

Aku melotot. "Lucha datang!" Aku melepaskan tangan Marc dan membersihkan wajahku.

"Kau menyiksaku!" Marc meraih wajahku dan berusaha menciumku kasar. Aku membalasnya untuk sesaat sampai aku mendengar derap langkah Lucha semakin mendekat.

"Ma?"

"Ya?" Aku mengalihkan pandanganku pada Lucha yang sudah berdiri di ujung tangga. Dia mendekat ke arahku.

Aku merasa panas di seluruh wajahku. Mungkin wajahku sekarang sudah merah padam. Aku berulang kali melirik ke arah Marc yang masih terduduk di sofa dan memastikan semuanya rapi.

"Kalian sedang apa?"

Aku menelan ludahku pelan. "Mmm, tadi Papamu... Papamu... dia... mmm,"

"Aku baru saja mengganti oli motormu, Lucha." Marc memotong kata-kataku. Dia tahu aku sangat gugup.

"Oh," sahut Lucha kemudian berjalan menuju motornya.

Untuk beberapa saat Lucha memusatkan perhatiannya pada motor. Sementara Marc masih memandangiku. Aku senyum-senyum dan akhirnya duduk di samping Marc.

"Apa?" tanyaku saat melihatnya menyeringai.

Marc menyandarkan kepalanya di pundakku. "Kita lanjutkan nanti malam ya?"

Mia is Mine! [Marc Marquez] Fan Fiction (DITERBITKAN)Where stories live. Discover now