[Season 3] Part 2 - Birthday Present

1K 54 48
                                    

JUJUR saja aku masih tidak percaya dengan apa yang Alex katakan. Reaksiku saat mendengarnya adalah terperangah. Sementara Marc yang lebih dulu menyela.

"Tinggal di Cervera?" tanyanya sama terkejutnya denganku. "Kami kan sudah punya rumah ini."

Alex mengangguk santai. "Kata Ibu, selama Mia mengandung. Jadi Ibu bisa menjaganya saat kau balapan."

Marc mendesah lega. "Itu ide bagus." Lalu dia melirik ke arahku.

Aku masih terpaku dalam diamku dengan mulut setengah terbuka.

Tinggal bersama Mama Roser. Di Cervera. Menghabiskan sisa sembilan bulan kandunganku. Bisakah aku melakukannya?

Tidak. Dia membenciku. Itu hal pertama yang ada di benakku.

"Marc, bisakah kita bicara sebentar?"

Aku langsung menyeret Marc ke kamar di lantai satu dan menguncinya. Sementara kening Marc berkerut kebingungan.

"Ada apa, Mia? Dia kan adikku, kau bisa mengatakan langsung di depannya, tidak apa-apa."

Aku menghela napas dan mengabaikan perkataannya. "Marc, aku tidak mau tinggal di Cervera. Aku mau di sini saja."

"Kenapa?"

Wajahku menunduk sedikit menatap lantai yang mengkilap. "Kurasa Ibumu membenciku."

Marc Márquez menggenggam pundakku, membuat aku kembali menatapnya.

"Kalau dia membencimu, bagaimana mungkin dia ingin menjagamu selama kau hamil, Mia? Kalau dia membencimu, dia pasti akan menelantarkanmu. Kau tahu kan? Sebentar lagi aku sudah mulai sibuk. Aku harus tes balapan, belum lagi syuting iklan ini itu."

"Aku ikut denganmu," potongku cepat.

"Tidak bisa, Mia. Kau sedang hamil. Nanti kau kelelahan. Bagaimana nanti kalau kau mual dan kedinginan di sirkuit? Aku pasti sedang sibuk dan tidak bisa menolongmu."

Aku hampir menangis dengan suara rengekan yang kubenci. "Aku tidak mau tinggal di Cervera, Marc. Bagaimana kalau Ibumu memarahiku lagi?"

Marc melepaskan tangannya dari pundakku dan menatapku aneh. "Kau ini kenapa sih? Kenapa jadi manja sekali begini?"

Aku mendengus kesal. "Aku tidak mau pergi."

"Ibuku tidak segalak itu, Mia. Dia baik."

Yeah, tapi tidak padaku. Aku masih ingat saat kemarin Mama Roser membentakku. Dia tidak lancar berbahasa Inggris. Tapi dia tahu satu kalimat yang menghancurkan hatiku saat aku memasak iga sapi sialan itu.

"You are useless!"

Aku berusaha untuk tidak tersinggung. Tapi tetap saja aku tersinggung.

Aku duduk di pinggir ranjang sambil mengelus perutku pelan. Marc melihatku dengan putus asa, lalu akhirnya dia mendekat dan memelukku.

"Kau dan Ibu hanya perlu beradaptasi saja. Kalian belum terbiasa dengan perbedaan budaya ini," kata Marc lembut.

Aku mengangguk pelan. Pada akhirnya Marc mencium bibirku.

"Baiklah, Marc. Aku mau," kataku.

Marc tersenyum lalu menciun keningku. "Tenang saja. Kita akan melewati ini semua bersama."

Setelah itu kami kembali ke ruang keluarga menemui Alex. Alex sudah merubah posisi duduknya menjadi berbaring di atas karpet sambil bermain playstation milik Marc.

"Kami setuju, Alex. Ibu bilang apa lagi?" tanya Marc.

Alex tidak melirik Marc sama sekali dan tetap fokus pada layar TV, tapi dia tetap menjawab. "Bilang apa lagi ya? Ah, dia bilang, kalau mau protes, telepon Ibu saja."

Mia is Mine! [Marc Marquez] Fan Fiction (DITERBITKAN)Where stories live. Discover now