Epilog

769 48 65
                                    

[FLASHBACK]

"Kau di mana?"

Aku mengerjap ketika membaca pesan itu. Itu dari Marc Márquez. Seorang pembalap motogp yang kutemui beberapa minggu lalu setelah penandatanganan kontrak dengan Honda.

Kami sudah bertemu beberapa kali dan sempat bertukar nomer telepon, tapi baru kali ini dia menghubungiku.

Saat aku hendak mengetikkan kata-kata, tiba-tiba Marc mengirim pesan lagi;

"Aku sedang berlibur di Indonesia sekarang. Bisakah kita bertemu? Kau bisa masak kan?"

Aku tersenyum. Kami memang pernah hangout bersama timku dan timnya juga di apartemenku. Saat itu aku yang memasak sendiri dibantu oleh Tyra dan satu asistenku yang lain.

"Hey, kapan sampai? Itu ide yang bagus. Datanglah! :)"

Aku mengetik sambil senyum-senyum. Lalu tak lama, di layar di bawah nama Marc tertulis, "Marc is typing..."

Lalu ponselku berdenting.

"Aku akan datang pukul 3. Aku ingin melihatmu memasak :)"

Aku meringis sambil bertanya-tanya apakah dia meragukan kemampuan memasakku?

"Baiklah, aku akan menunggumu, Tuan jagoan! :) Dengan siapa kau datang?"

Marc mengetik lagi di sana. Dan aku menunggu. Untuk beberapa saat belum ada jawaban. 1 menit, 2 menit, 3 menit... lalu tiba-tiba, TINGGG!

"Aku sendirian :)"

Jantungku langsung berdebar-debar. Marc Márquez akan datang sendirian ke apartemenku yang sepi. Itu artinya, hanya ada kami berdua nanti.

"Astaga, apakah ini sungguhan? Aku harus balas apa lagi?" gumamku.

"Balas saja, baiklah, aku akan menunggumu!" kata Tyra di belakangku. Tawanya yang renyah menguar di udara.

"Tyra! Kau mengintip!" seruku.

"Maaf, maaf. Ayo cepat balas! Dia menunggu jawabanmu, Mia!" kata Tyra sambil menyenggol lenganku.

Aku tertawa sambil mengetik.

"Baiklah, aku akan menunggumu :)"

Jadi setelah pekerjaanku selesai, aku dan Tyra langsung menuju ke supermarket. Aku membeli beberapa bahan masakan secara acak karena aku tak tahu apa makanan kesukaannya.

Kupikir dia suka semua masakan, asal tidak pedas. Dan kupikir, dia juga tidak akan keberatan jika aku memasak masakan Indonesia.

Pengetahuannya tentang masakan Indonesia pasti sangat minim. Paling-paling hanya nasi goreng, sate dan bakso. Jadi aku membeli ayam yang akan kusiram dengan gurihnya saus tiram, beberapa sayuran yang akan kutumis dengan mentega dan aku juga membeli udang. Sebenarnya aku bingung juga sih mau kuapakan udang itu. Tapi sudahlah, mungkin Marc punya ide! Ya kan?

"Pukul dua!" seru Tyra terdengar panik. "Kita terlalu lama di supermarket."

"Tak apa," sahutku santai sambil melepaskan sabuk pengaman. "Sejujurnya, aku takut dia berubah pikiran dan tidak jadi datang."

"Loh, kenapa begitu?"

Aku memutar bola mataku. "Kau tidak bisa percaya bule. Mereka itu berengsek."

Tyra tertawa. "Oh," sahutnya. "Kau pasti takut hal buruk terjadi padamu seperti yang terjadi pada artis lain, ya kan?"

"Yeah," jawabku.

"Kau tahu? Kau harus tegas. Kalau dia menginginkan sesuatu darimu, mintalah sesuatu yang berharga juga darinya," kata Tyra.

"Apa itu?"

Tyra tersenyum penuh arti. "Komitmen."

Aku langsung mengerti apa yang dimaksud Tyra. "Oke." Aku mencium pipi kanan kirinya, lalu bergegas turun dari mobil.

Saat di dalam apartemenku tiba-tiba setiap ruangan apartemenku terasa sempit. Aku bertanya-tanya apakah aku harus melakukan renovasi ulang sebelum Marc datang.

Aku menggeser sofa ke kanan dan ke kiri sampai akhirnya mengembalikannya seperti semula. Bahan makanan yang kubeli awalnya kutaruh di atas meja makan, kemudian kupindah ke dalam lemari es, lalu kukeluarkan kembali dan menaruhnya di samping wastafel.

Saat aku tergoda melirik jam, ternyata sudah pukul setengah tiga. Aku langsung panik, tapi dalam hati ragu juga. Pemikiran Marc akan batal berkunjung hinggap lagi di benakku, jadi aku memeriksa ponsel, namun dia tidak mengirim pesan apapun.

Aku menyerah, akhirnya kuputuskan untuk mandi. Mandiku kali ini secepat kilat. Setelah berganti baju dan sedikit berdandan, saat itulah, bel apartemenku berdenting.

Aku segera berlari ke pintu depan dan membukanya dengan jantung berdegup kencang. "Marc?! Kau gila!"

***

Aku gak percaya cerita ini bener-bener berakhir :')

Terima kasih banyak untuk semua pembaca cerita Mia is Mine! Terima kasih sudah membaca rangkaian kisah Mia is Mine! ❤ :')

Ayo sekarang kita sama-sama berdoa semoga Marc jadi juara dunia lagi tahun ini di Motegi. Amin :')

Btw, season mana sih yang jadi favorit kamu?

Momen mana sih yang nempel banget di otak kamu? Kalo aku... pas mandi pake redwine 4 milyar 😂 (Season 2 - Part 2 Barcelona).

Kalo kamu? Kasih tau aku di kolom komentar ya :)

Please keep read wattpad, please keep respect another writer and please keep support Marc Márquez ❤

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Mia is Mine! [Marc Marquez] Fan Fiction (DITERBITKAN)Where stories live. Discover now