Oneshot - Dani! Please Help MEEEEE!!!!

690 43 71
                                    

MIA keluar ruangan dengan membanting pintunya kesal. Apa sih yang salah denganku? Aku sudah mencuci piring, aku tidak minum alkohol dan pesta dengan gadis-gadis. Lalu kenapa dia marah padaku?

Aku memutari meja untuk kesekian kalinya sambil berpikir, "mungkin aku melupakan sesuatu" gumamku.

Di saat-saat seperti ini, aku tahu siapa yang harus kuhubungi.

Dani.

"Hola? Kau di mana?" tanyaku.

"Aku di rumah. Ada apa?" jawab Dani di ujung sana. Suaranya terdengar malas.

Aku berdeham sedikit dan berusaha menutupi kegundahanku. "Bisakah kau membantuku?"

"Hah? Kau memintaku untuk membantumu?"

"Yeah," sahutku sambil menggaruk kepalaku yang tidak gatal.

"Seorang Marc Marquez minta bantuan? Aneh sekali," kata Dani.

Aku mendengus kesal. "Sudahlah, lupakan saja." Aku hendak menutup teleponnya sebelum Dani menghentikanku.

"Ada apa, Marc?" tanyanya. Aku terdiam sejenak, kemudian Dani kembali menuntut. "Ini pasti tentang Mia."

"Kau tahu itu," sahutku lemah.

"Ada apa lagi?"

Aku mendesah keras. "Mia marah padaku, Dan. Dan a-aku tidak tahu apa penyebabnya."

"Kau mabuk lagi ya?" tuduh Dani langsung.

"Tidak!" sanggahku. "Tentu saja tidak."

"Lalu?"

"Aku tidak tahu apa penyebabnya, dia marah padaku begitu saja." Untuk sekian kalinya aku menghela napas dan akhirnya duduk di sofa.

"Kau yakin tidak hangout bersama jalang-jalangmu lagi, Marc?" Dani memberi jeda sejenak, "maksudku... kau benar-benar tidak pergi bersama mereka? Entah bagaimana, kurasa Mia selalu bisa memata-mataimu, Marc."

Aku mengangguk. "Yeah, dia memang selalu bisa mengetahui apapun dariku meskipun aku berusaha untuk menutupinya. Tapi sumpah, aku tidak pergi bersama jalangku lagi."

"Itu bagus," kata Dani.

"Lagi pula untuk apa aku butuh mereka kalau aku sudah punya Mia. Ya kan?"

"Itu benar," sahut Dani. "Lalu kau pikir kenapa sifatnya berubah?"

"Entahlah." Aku menyingkap gorden jendela dan melihat Mia duduk di teras sambil menekuk kakinya. "Sepertinya dia sangat frustasi."

"Sejak kapan dia begitu?"

Aku diam sejenak, berpikir. "Kurasa seminggu yang lalu."

"Mungkin dia sedang datang bulan," kata Dani.

"Tidak mungkin. Aku yakin," kataku. "Semalam kami bercinta, dan aku tahu dia tidak datang bulan. Tapi entah kenapa sifatnya sangat sensitif belakangan ini."

Dani menghela napasnya. "Mungkin dia kecewa padamu."

"Baiklah." Aku menerimanya dengan ikhlas. "Tapi kenapa?"

"Kau melupakan sesuatu tidak? Misalnya... kau lupa memakai... kau tahulah," ujar Dani ragu-ragu.

"Sejak menikah kami tak pernah memakai itu lagi, Dan. Tapi mungkin kau benar, aku melupakan sesuatu." Aku berjalan menuju kamar mandi dan berdiri di depan cermin. Sebelah tanganku yang menahan ponsel di telinga sedikit bersinar saat terkena cahaya lampu dan kemudian aku tahu itu berasal dari pantulan cincin pernikahanku. "Astaga!"

Mia is Mine! [Marc Marquez] Fan Fiction (DITERBITKAN)Where stories live. Discover now