[Season 3] Part 11 - Martinez Mx Camp

871 33 38
                                    

"JANGAN buang yang ini juga," kata Lucha. Suara kecilnya terdengar serak.

"Lucha mau main ini?"

Lucha mengangguk. "Tapi itu juga," katanya sambil menunjuk ke arah gitar Mia.

Aku tersenyum dan mendekati Lucha. "Kau bisa memiliki semuanya, sayang."

"Benarkah?" Lucha mengalihkan pandangannya padaku. "Papa tidak marah?"

Aku menggeleng. "Tidak."

"Terima kasih, Papa." Lucha mencium pipiku lalu memelukku.

"Baiklah." Mia mengangkat tubuh Lucha dan membaringkannya di atas ranjang. "Sekarang tidurlah," kata Mia.

Setelah mengecup Lucha dan memeluknya beberapa saat sampai Lucha tertidur, Mia kembali mengobati tanganku.

"Dia memilih sepedanya, Marc."

Aku mengangguk. "Bagaimana menurutmu kalau aku mulai mengajarinya motor kecil lagi?"

"Ya, kurasa umurnya juga sudah cukup," kata Mia. Dia menempelkan plester di tanganku. "Nah, sudah selesai. Sekarang mari tidur lagi, kita akan bahas ini besok."

Aku mencium bibir Mia dan memeluknya untuk tidur di samping Lucha.

Saat pagi hari tiba, Mia dan Lucha sudah tidak ada di atas kasur. Namun aroma jus jeruk segar dan roti panggang tercium sampai ke kamar kami.

"Papa! Papa! Ayo bangun!"

Tubuh kecil Lucha naik turun loncat-loncatan di atas kasur.

"Lucha, jangan seperti itu. Bangunkan dengan lembut." Suara Mia terdengar. Samar-samar aku mendengar dentingan garpu dan gelas juga mendekat ke arahku.

Sebelum aku membuka mata sepenuhnya, ada yang mencium bibirku. "Bangun, Papa!"

"Loh, kok cium bibir?" tanya Mia.

Aku membuka mataku dan terkekeh. "Kau yang mengajarinya ya?"

"Enak saja," kata Mia. "Dia pasti belajar darimu."

Aku tertawa sekarang. Itu memang benar, karena kadang-kadang Lucha melihatku saat mencium Mia untuk membangunkannya.

"Papa! Ayo sarapan! Lalu kita jalan-jalan!"

Aku duduk dan bersandar pada ujung ranjangku setelah Mia memberikan baki penuh makanan untukku. Seperti dugaanku, sarapan kali ini adalah roti panggang dan jus jeruk.

"Lucha mau kemana?" Aku bertanya.

"Motor... Motocross?"

Aku tertawa kecil. "Kau mau belajar motocross?"

Dia mengangguk cepat. "Ya. Mama bilang Papa mau mengajariku?"

"Iya, memang. Tapi kau mau? Dulu kau selalu menolak loh," kataku sambil mengunyah roti panggang selai coklat yang manis.

Lucha memutar matanya sebentar. "Hmm... kapan?"

Mia tertawa. "Dia tidak ingat, Marc."

Aku mengangguk. Lalu aku menyobek sebuah roti panggang lagi dan menyuapkannya pada Mia. "Kau sudah makan?"

"Belum," jawabnya sambil bergeleng.

"Yasudah, ayo kita makan di bawah saja bersama-sama. Setelah itu kita pergi ke sirkuit motocross. Bagaimana, Lucha?"

Lucha kembali berdiri dan loncat-loncatan lagi di atas kasur. "Ya! Ya! Ayo Papa! Ayo!!!"

Setelah makan dan mandi, aku, Mia dan Lucha pergi ke sirkuit motocross yang biasa kukunjungi bersama Alex di akhir pekan. Letaknya tak terlalu jauh dari Barcelona. Sekitar 2 jam perjalanan yang ditempuh kalau tidak macet. Jadi kami berangkat pukul sepuluh.

Mia is Mine! [Marc Marquez] Fan Fiction (DITERBITKAN)Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora