[Season 3] Part 3 - RUNAWAY

773 47 31
                                    

KABUR. Bisa jadi itu adalah salah satu keahlianku. Aku hanya membawa beberapa pakaian dan dompet kemudian langsung melesakkannya ke dalam tas gendong kecil.

Tanpa berani melihat ke arah Mama Roser lagi yang masih ada di dapur, aku menuju pintu depan dan setengah berlari ke jalan. Aku hampir tak memedulikan pandangan orang-orang yang melihat muka masamku dengan tas dan perut yang menonjol besar.

Pikiranku berkabut dan kacau, sama seperti jalan besar di kota Cervera saat ini. Kurasa ini pukul enam petang. Dua jam lagi mungkin Marc akan sampai ke rumah dan pasti terkejut ketika mengetahui aku kabur. Sesungguhnya aku juga tak tahu kemana tujuanku.

Sesaat aku berpikir akan pulang ke Indonesia. Tapi passport-ku ketinggalan di rumah Mama Roser. Aku ingin menemui Tyra, tapi kurasa sekarang dia ada di Turki bersama kekasihnya. Jadi kuputuskan untuk pulang ke Barcelona.

Aku berjalan menyusuri trotoar ketika selalu gagal menghadang taksi di pinggir jalan. Untuk ke Barcelona pasti jaraknya berpuluh-puluh kilometer dari sini. Tak mungkin aku jalan kaki dengan kandunganku yang semakin besar.

Aku luntang-lantung di jalan yang semakin sepi karena langit menggelap. Kabut menjari-jari mulai mendekatiku. Aku bergidig dan sendiku bergemeletuk kedinginan.

Tetapi saat aku berusaha menjernihkan pandanganku, aku bersyukur setengah mati melihat halte bis yang letaknya hanya beberapa langkah dari tempatku berdiri.

Hujan turun, menderu tanpa ampun saat aku baru duduk di halte bis selama semenit. Kupikir, oke, dengan suhu udara yang mungkin sampai sepuluh derajat seperti ini dan dengan pakaianku yang hanya memakai jaket tipis aku bisa bertahan setengah jam lagi. Tapi aku tidak tahu dengan bayiku.

Berulang kali aku mengelus perutku sendiri dan mati-matian meminta bayiku membalas dengan tendangan, tapi aku tak merasakan apapun. Aku mulai khawatir dan menangis saat aku tidak merasakan degupan jantungnya lagi di tanganku yang membeku. Tapi aku terus berpikir positif. Aku yakin, dia pasti kedinginan juga di dalam. Jadi dia sedang tidur.

Air hujan yang jatuh mengenai kenopi halte bus terciprat mengenai tubuhku. Aku basah seketika. Basah kuyup.

Pandanganku semakin kunang-kunang. Di tengah penderitaanku ini, aku menyesali keputusanku untuk kabur dan bersikap seperti anak kecil lagi di depan Mama Roser. Tapi perkataannya memang menyakitiku.

"Seharusnya Marc menikah dengan Laia saja!"

Mengingatnya kembali membuat hatiku perih dan tubuhku semakin dingin. Namun lama-lama jika dipikir lagi, rasanya tidak setimpal mengorbankan nyawaku dan anakku untuk rasa sakit hati.

Aku menelan ludah berulang kali dengan susah payah. Mungkin aku akan mati, mungkin aku akan mati. Jadi beginilah akhir hidupku, kabur dari rumah mertua dan tewas di halte bis. Aku membunuh anakku sendiri, aku membunuh anakku sendiri.

Beberapa detik kemudian, aku menggretakkan gigiku. Tidak. Aku harus bertahan. Kemudian aku mengatur napasku yang semakin tersengal.

Jalanan ini sepi. Gelap. Nyaris tak ada tanda-tanda kehidupan. Jangankan bis yang lewat. Mobil biasa pun tak ada yang mau berkeliaran di badai hujan seperti ini.

Lebih dari satu jam aku duduk diam. Ribuan detik sudah aku bertahan dan berdoa agar hujan segera reda atau setidaknya ada bis yang lewat. Dan seperti keajaiban, aku melihat dua cahaya lampu mobil menyoroti tubuhku yang menggigil. Di derasnya hujan, seseorang keluar dari mobil itu dan berlari mendekat ke arahku. Saat aku mengangkat wajahku, aku melihat jaket jeans navy dan sepasang mata hitam Vinales menatapku.

***

Ya, betul ini rilis ulang. Jika kamu sudah memberikan vote, kamu bisa meninggalkan komentar baru supaya aku tahu kamu ada di sini! :)

-------------------------------------------------------------------------------

Masih terguncang akibat kepergian anak angkatnya, MIA (Michelle Ziudith) mendapat rasa nyaman ketika bersama pacarnya, pembalap motogp tampan, MAX ALENTA (Jefri Nichol) membuatnya melewati batas. Berharap pada pernikahan sempurna, Max malah meninggalkannya, membuatnya tenggelam pada depresi dan patah hati, tetapi sekali lagi terjatuh dalam hubungan rumit yang belum selesai dengan saingan Max, IVAN MACKENZO (Rizky Nazar).

Dapatkan Mia is Mine! versi cetak di kolom komentar ini!

------------------------------------

Mia is Mine! [Marc Marquez] Fan Fiction (DITERBITKAN)Where stories live. Discover now