[Season 3] Part 9 - Aquarium

665 43 23
                                    

MINGGU ini terasa lebih spesial dari biasanya, karena Marc memutuskan untuk pergi berjalan-jalan ke kota denganku dan Lucha daripada bermain motocross dengan Alex. Kami berkendara dengan mobil menelusuri kota Barcelona lalu mampir di Costa Barcelona.

Ombak-ombak pantai membingkai matahari terbit. Anginnya juga sejuk, namun kami tak ingin berenang. Saat melihat seorang pria menjajakan ikan di samping kafe tempat kami sarapan, Lucha ingin membawanya pulang.

Jadi Marc membelikan ikan koi, sapu-sapu dan puluhan ikan kecil berwarna-warni untuk Lucha. Aku kebingungan juga sebenarnya karena kami tak memiliki akuarium di rumah.

Akhirnya setelah matahari mulai naik, Marc mengantarku dan Lucha pulang sementara dia akan mencari akuarium sendiri. Aku tak salah mempercayakan urusan ini padanya, karena dia membawa pulang sebuah akuarium kecil yang cantik. Bukan hanya kaca dengan empat sisi yang bening saja. Namun ada sedikit ukiran klasik di pinggiran akuariumnya. Selain itu, dia juga membeli tumbuhan plastik, koral buatan, gabus, dan sebuah meja kayu.

"Eh? Meja ini dapat dari mana? Kau membelinya juga?" tanyaku.

"Tidak. Aku mengambilnya dari rumah ibu di Cervera."

"Oh, kau mampir?" tanyaku.

Marc mengangguk. "Alex hampir saja menyeretku untuk bermain motocross. Tapi langsung kutolak. Kau tahu tidak? Ini baru pertama kali aku menolak ajakan bermain motocross dengan Alex."

Aku tertawa. Lalu Marc melanjutkan. "Ini karena dia," kata Marc lalu mencium puncak kepala Lucha.

"Baiklah, ayo kita pindahkan," kataku.

Tangan-tanganku yang tak seberapa kuatnya, membantu Marc mengangkat meja kecil yang sebenarnya pasti tak terlalu berat untuk otot-ototnya yang kekar. Tapi aku tak bisa diam saja dan ingin terlibat pada kegiatan menyenangkan ini. Jadi kami memindahkannya bersama-sama ke ruang keluarga.

Meja kecil itu mungkin sekitar 50x50 sentimeter. Di atasnya ada kaca bening. Aku mulai bertanya-tanya, jangan-jangan Mama Roser biasa menggunakan meja ini untuk menaruh vas bunga kecil kesayangannya.

Tapi kuharap Marc sudah meminta ijin kepada Mama Roser untuk membawa meja ini pulang daripada harus membawanya diam-diam karena ternyata ukuran akuariumnya pas di meja itu. Jadi bisa dipastikan, meja ini tidak akan dikembalikan lagi.

Sebelum Marc menaruh gabus di atas meja itu, aku meletakkan taplak meja merah jambu di atasnya. Kemudian Marc menaruh gabus, meletakkan akuarium kecilnya hati-hati, mengisinya dengan batu-batuan, koral, dan tanaman hias. Setelah itu, aku mengisi airnya dan Marc mengatur penyaringnya.

Selama sibuk mengurusi akuarium ini, Lucha juga sibuk bermain sendiri di depan televisi yang tak jauh dari kami. Saat Marc hendak meletakkan ikan-ikan yang kami beli, aku menghentikannya.

"Tunggu," kataku sambil beranjak menuju Lucha dan mendudukkannya di samping meja itu.

"Lihatlah itu, sayang. Ikan yang kau mau," kataku pada Lucha.

Lucha langsung tertarik kegirangan dan berusaha berdiri. Aku memegangi tubuhnya agar tak terjatuh. Jari-jari mungil Lucha menyentuh kaca akuarium saat ikannya satu persatu mulai dimasukkan ke dalam air oleh Marc.

"Duh!" Marc memekik ketika ikan sapu-sapunya meloncat dari plastik dan terjun bebas ke lantai bukan ke dalam akuarium.

Dengan cekatan aku langsung terduduk dan itu membuat Lucha ikut terduduk di lantai bersamaku. Aku mengambil ikan sapu-sapu itu tanpa ragu. Dan memasukkannya ke dalam akuarium.

Untuk beberapa saat aku dan Marc tertawa geli sampai aku menyadari, Lucha tak ada di sekitarku lagi. Dia merangkak entah ke mana.

"Lucha!" Aku kelimpungan mencarinya keseluruh ruangan. Tapi ternyata dia ada di kolong meja kecil itu. Yeah, memangnya dia mau kemana?

Saat hendak mengangkat Lucha keluar dari kolong meja, aku melihat kaki-kaki mejanya rapuh. Aku mengalihkan pandangan pada Marc dan dia menatapku serius juga.

"Ada yang salah," kataku.

Hanya butuh waktu sedetik sampai suara berderit itu muncul. Aku langsung mengalihkan pandangan pada Lucha saat melihatnya sudah menarik ujung taplak meja.

"Jangan!" pekikku.

Namun gabus, akuarium, dan meja yang rapuh itu keburu ambruk dan hampir menimpa Lucha jika aku tak menyelundupkan tanganku ke bawah meja untuk menahannya. Marc menarik Lucha, kemudian permukaan kayu jati meja kecil itu ambles menimpa tangan kananku.

***

Next?

Ya, betul ini rilis ulang. Jika kamu sudah memberikan vote, kamu bisa meninggalkan komentar baru supaya aku tahu kamu ada di sini! :)

------------------------------------------------------------------------------

Masih terguncang akibat  kepergian anak angkatnya, MIA (Michelle  Ziudith) mendapat rasa nyaman  ketika bersama pacarnya, pembalap motogp  tampan, MAX ALENTA (Jefri  Nichol) membuatnya melewati batas

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Masih terguncang akibat kepergian anak angkatnya, MIA (Michelle Ziudith) mendapat rasa nyaman ketika bersama pacarnya, pembalap motogp tampan, MAX ALENTA (Jefri Nichol) membuatnya melewati batas. Berharap pada pernikahan sempurna, Max malah meninggalkannya, membuatnya tenggelam pada depresi dan patah hati, tetapi sekali lagi terjatuh dalam hubungan rumit yang belum selesai dengan saingan Max, IVAN MACKENZO (Rizky Nazar).

Dapatkan Mia is Mine! versi cetak di kolom komentar ini!

------------------------------------

Mia is Mine! [Marc Marquez] Fan Fiction (DITERBITKAN)Where stories live. Discover now