LOM - 3

1.1K 175 7
                                    

"Kenapa Tulip?" Hyunjin menoleh pada Felix yang menata Tulip disamping. Duduk berdua diatas Bed itu. Saat Ia sedang makan siang kelewat sore.

"bunga tulip berarti kasih sempurna. Warna putih itu suci Tuan" kata Felix merangkai indah bunga yang baru ia beli dijalan pagi tadi.

"Huhh— agak sedikit layu karena tadi sibuk— tapi masih cantik kan?" Seraya Felix menunjukkan.

Hyunjin sih mengangguk setuju saja.

"Baiklah. Akan saya masukkan disini dan taruh disini" Felix bangkit dari samping Hyunjin guna menaruh Bunga itu pada vas berisi air di Nakas yang lumayan jauh dari jangkauan.

Setelah itu Felix menerima Telpon. Saat itu. Menghadap kejendela. Guna tidak menganggu Hyunjin yang sedang makan.

"Felix—"

"Felix—"

Untuk penggilan yang ketiga Felix tetap tidak menoleh.

"Felix—" panggilan Hyunjin makin lemah. Dan saat Felix menoleh.

Mendapati Hidung Hyunjin yang sudah belepotan darah dan memegangi kepala kesakitan.

Bajunya penuh dengan hasil mimisan yang banyak.

Felix jelas Panik. Sedangkan Hyunjin masih menjerit kesakitan.

Mengatakan dengan sayup sayup tolong bantu hentikan pendarahan nya.

Maka dengan itu Felix membantu Hyunjin mengentikan mimisan Menaruh ponselnya diatas Nakas.

"Ayokk sandar ke tangan"

Maka dari itu Hyunjin menyandar sedikit kedepan. Dadanya bertumpu pada tangan Felix yang kecil.

"Tenang. Nafasnya lewat mulut" kata Feli  seraya menjepit hidung sang Tuan.

7 menit setelahnya Hyunjin akhirnya sudah rilex. Tidak mimisan lagi.

Dan Felix membantu mengelap dengan Lap basah yang ada.

"Huhh—" Hyunjin bersandar pada bahu Felix yang duduk sambil mebenarkan Lap basah pada baskom.

"Kepala pusing" kata Hyunjin menginterupsi keadaan.

"Makasih Felix"

Felix mengangguk sekalian bertanamya "Emang udah sering?"

"Nggak. Cuman beberapa kali habis kecelakaan. Kata dokter dikorea Masih normal"

Felix mengangguk paham.

"Saya Ambilkan baju yang baru ya Tuan" Dan Felix hendak berdiri. Tapi tangan ringkih Hyunjin yang memang sudah bersih dari darah minisan menahannya.

"Sebentar. Seperti ini 5 menit" Hyunjin iyu berujar dengan kepala yang diusak pelan ke peleheran Felix Lee sekarang.

"How can I show you how grateful I am for what you did?"

Felix terkekeh saat mendengarkan sebentar kemudian berdehem "Ekhem.. Tuan Sembuh saya sudah cukup senang"

"Hehehe jalan itu masih panjang Fel. Terimakasih sudah jadi terapis saya" bisik Hyunjin kemudian.

Felix mengangguk tanda ia menerima ungkapan terimakasih tersebut.

"Terimakasih sudah menjadi orang yang ada buat saya"

"Terimaksih sudah jadi tempat saya bersandar"

"Terima—"

"Tuan— jangan berterimakasih banyak pada saya. Tugas saya sudah seperti itu. Hmm dan untuk sekarang. Saya akan mengambilkan baju ganti terlebih dahulu—ya?"

"Baiklah" kata Hyunjin menyetujui usul Felix dan mengangkat kepalanya dari bahu yang lebih muda.

Felix sudah pamit undur diri.

Tetapi—

"Tuan Hwang!!" Felix berteriak dan berlari dari pintu ke arah samping bed dengan tergesa. Pakaian yang ia bawa dilempar begitu saja pada atas sofa.

Pelupuk air di mata sudah mulai bermunculan pengelihatan Felix menjadi kabur. Kaget dengan yang ada didepannya.

Hyunjin meringkuk seperti janin kesakitan tak sadarkan diri dilantai kamar. Dan Vas bunga yang ia taruh diujung pecah jatuh dengan air yang merembes mengenai pergelangan tangan sang Tuan. Ponsel Felix. Iyaa Felix bergegas kembali karena ponselnya ketinggalan sekarang sudah berada jauh dipojok Ruangan. Terlempar.

Tapi tidak peduli. Dan Felix harus segera Memanggil Emergency.

Felix Lee panik bukan kepalang.

Tiba tiba semuanya sudah hilang dari pandangan.

Hyunjin dibawa dalam keadaan nafas yang sesak. Felix tak berdaya dipojok sehabis memberitahu perkara kejadian saat ia masuk kamar.

"Dokter—"

"Tenang Felix—" dokter kepala bagian itu akhirnya meninggalkan Felix sendiri dikamar.

Bunda yang ia kenal dengan baik panik mengikuti larinya Dokter dan perawat yang membawa Hyunjin entah kemana.

Masih Shock. Felix diam tidak bergeming. Melihat bunga yang ia tata rapi. Layu di lantai dingin tanpa air yang memberi nutrisi.

Syal yang Hyunjin gunakan menutupi tubuh karena mengeluh dingin sebelum Felix pergi juga berserakan bahkan selimut juga jatuh tak berbentuk.

Apa yang tuannya lakukan.

Felix hanya pergi sebentar. Mengambil baju ganti.

Yatuhan kepalanya mau pecah.

Merasa lalai dalam merawat. Ia sebut apa dirinya.

Merutuki diri sendiri. Felix sudah pasrah akan kedepan.

Kakinya tak sanggup untuk berdiri. Maka yang dilakukan hanya menangis sendiri.

Dan sesaat setelah ia mendengarkan penuturan Dokter Dupont diruangan putih itu Felix makin hancur hatinya.

Hyunjin tak sadarkan Diri. Gangguan pada benturan otak setelah melewati serangkaian rentetan panjang pada dini hari tadi itu memberikan hasil yang sangat miris.

Penggumpalan darah baru diotak. Syaraf dikaki Hyunjin juga makin cedera.

Dan koma.

Degh—

Felix menutup mulutnya.

Merasakan semua kesalahan atas ketidak sekamatan Tuannya ada pada dirinya.

Tidak sanggup melihat Hyunjin yang terbujur kaku diruang Khusus diujung Lorong kamar Isolasi. Dan Bunda yang duduk melamun di kursi.

Felix tidak tega mengahampiri.

Kesalahannya Juga saat mengetahui bahwa Hyunjin memberikan panggilan pada Perawat guna menyampaikan hal sepele.

Bahwa telpon genggam Felix ketinggalan dikamarnya.

Suatu kejadiaan berputar dibenaknya. Mungkin Tuannya hendak menggapai Ponsel itu di nakas. Mencoba berdiri tapi limbung. Apalagi habis mengeluh sakit kepala.

Dan dengan itu Felix akan terus merutuki diri sendiri.

ARENAWhere stories live. Discover now