1892 dan kamu yang utama (2)

909 129 6
                                    

Ketidak sengajaan Felix saat keesokan malamnya ia kearah dapur adalah bertemu Hyunjin di balkon lantai dua yang sedang asik melihat bintang.

"Astronomi?"

Celetuk Felix mengekori Hyunjin memasangkan lensa yang cocok di teropong.

"Bukan— jurusanku adminidtrasi"

Jawaban Hyunjin tepat sesuai ekpektasi Felix, nyambung karena yang tadi adalah pertanyaan Felix menebak jurusan kuliah Hyunjin.

"Silsilah keluarga."

"Meneruskan ayah dan akan selamanya." Keluh Hyunjin tapi masih fokus pada teropong di depan mereka.

"Dan ini?" Tany Felix penasaran, menunjuk pada banyaknya buku pengetahuan soal bintang yang berjejer di meja luar.

"Sebagai hobby"

"Aku paham" angguk Felix cepat. Membalik balik halaman buku dan duduk disamping meja sampai bosan karena benar benar Hwang Hyunjin mengacuhkannya kalau sudah melihat bintang.

Sampai selang agak lama si Hwang baru sadar.

"Maafkan, aku terlalu Fokus. Kau mau lihat sesuatu?" Tawar Hyunjin.

Tanpa menimang jawaban apapun Felix bergegas ke samping Hyunjin.

Berdiri berjinjit karena teropong itu ternyata agak tinggi.

"Bintangnya indah" sekilas Felix lihat karena kakinya tidak jenjang.

"Kau baru melihatnya sebentar" protes Hyunjin.

Felix menjawab dengan asal tanpa bermaksud menyinggung si Hwang.

"Aku tidak sampai" menaruh telapak tangan pada atas kepala yang memeprrlihatkan tingginya.

Hyunjin malah tertawa karena ulah Felix seperti itu.

"Astaga, maafkan aku"

Dan Hyunjin buru buru membenarkan letak teropong agar Felix bisa lebih jelas melihat bintang.

Tapi pun itu tidak berlangsung lama karena si Hwang melontarkan pernyataan.

"Sebenarnya Lee, kau tidak perlu melihat bintang"

Felix menyerngit tidak suka karena dugaan Felix adalah Hyunjin akan mengejek soal tingginya.

"Bintang nya sendiri sudah ada disini"

Tunjuk Hyunjin pada pipi Felix yang merona karena dingin.

Makin merah dan Felix jadi bersin, ia malah pamit masuk kamar dengan berlasan dingin "aku tidur duluan"

Dan setelah duduk di ranjang, Felix merasakan degub jantungnya yang bertalu kencang.

"Aku gak pernah tau kalau cowok lulusan amerika jago gombal" cicit kecil Felix yang merona masih merona malu.

Esoknya berjalan seperti biasa, makan pagi dan setelah itu Felix akan bosan duduk diruang baca.

Tuan Hwang ke London agak lama. Jadi dirumah hanya sisa pelayan dan pengurus kandang, serta Hyunjin dan dirinya.

Hwang muda yang mendapat gelar kehormatan itu tidak kelihatan dimeja makan. Jadi Felix bosan tidak ada teman berbicara.

Meskipun kadang tanggapan Hyunjin agak lambat, tapi Felix suka.

Sampai sore pun mereka tidak bertemu, entah karena rumah yang bak istana tidak Felix hapal letak tata ruangannya atau Hyunjin memang sedang keluar karena tidak terlihat batang hidung dari siang.

ARENATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang