Kita sudah.

892 103 23
                                    

Baca kita apa? Di Age Of Youth dulu kali ya biar bisa nyambung sedikit 🤗

Felix tidak menyakiti dirinya sendiri karena melepas pacar yang sudah bersama sekitar tiga tahun kurang dan kembali ke Australia tempat ia dibesarkan. Felix tidak menyesal untuk melepas Sunwoo yang lebih seperti sahabat kepada Eric yang mungkin masih menaruh rasa saat mereka makan bersama pada jamuan perusahaan keluarga. Felix juga tidak menyangka ia akan bertemu si mantan pertama, patah hati terbesar dengan luka menganga, Hyunjin Hwang namanya.

Pria keturunan korea dengan mata kelopak satu, cokelat muda nan sipit namun lucu. Tinggi dan tegap, lebih putih serta berisi dari Sunwoo. Hyunjin tampak gagah dengan balutan jas kantor yang Felix tidak kira akan bertemu di tanah selatan dunia yang sekarang menjadi atasannya.

"Tidakkah capek, langsung bekerja?" Hyunjin membuka percakapan setelah dua minggu dan sekarang akhir pekan. "Kamu baru sampai sini dan langsung mengurus proyek besar"

Malam semakin larut, satu persatu divisi lampunya meredup. Jam sembilan malam Felix terjebak dengan pembahasan proposal bersama mantan pacar.

"Tidak terlalu, but I'm thinking of taking a break for a little while Mr.Hwang"  Felix tersenyum manis, menampilkan sederetan gigi untuk menghormati. Ia tidak cari muka atau apapun, hanya menanggapi basa basi Hyunjin tidak lebih.

"Good Felix! You really need to rest. How about having late dinner with me?"

"Thank you very much for inviting me Mr. Hwang. What is the occasion?"

"It will be our 7th break up anniversary tomorrow."

"Sudah lama ternyata. It's delightful to join you on the celebration."

Felix menebak bahwa ia akan berakhir direstauran mahal dan diantar pulang. Sama seperti kebiasaan lama si Hwang. Tapi, ternyata semuanya salah, masakan rumah hanya pasta dan anggur lawas. Hyunjin mengajak Felix untuk menikmati musim gugur seperti di Eropa pada kondominium pinggir kota yang lumayan mewah.

"Unexpected" Felix membeo, menyendok lelehan keju asin ke dalam mulut.

Hyunjin tersenyum jahil, membiarkan Felix menerka apa yang ada di pola pikir.

"Really?"

"Yap..." kali ini Felix menaruh garpu pada pinggiran piring. "Perayaan yang sedikit manis..."

"Aku belajar membuat ini selama kurang lebih tujuh tahun?" Jeda itu membuat Felix tertawa, dan Hyunjin melanjutkan kata. "Setelah terakhir kali, pasta tidak enak yang kamu pesan di perpisahan kita" kendikkan bahu, Felix tertohok dan merada dituduh.

Perpisahan yang sebenarnya tidak akan terjadi kalau tidak ada kesalah pahaman sedikit.

Makan malam selesai, anggur sudah tandas dan Hyunjin pergi kedapur membersihkan piring sehabis makan. Felix tidak mau penasaran, tapi langkahnya membuat ia berdiri didekat dinding meja bar.

"Aku kira Jepang—"

"Setelah puas melihatmu menerima cinta Sunwoo?" Hyunjin tertawa, menyindir disetiap kata. Felix tidak mau tergelak. Mengenai pilihan lanjutan waktu sarjana mereka di negeri sakura.

"Lantas kenapa Australia, bukankah makin buruk..." yang dimaksud Felix adalah pemikiran Hyunjin untuk bekerja. Langkah yang kian mendekat, bahu tegap itu merosot bersamaan dengan piring cucian yang selesai dikeringkan, Hyunjin mengelap tangan dengan handuk kecil. Berbalik menghadap Felix yang jaraknya tidak lebih dari enam puluh senti.

"Aku akui aku yang salah, salah paham terhadap Felix yang dulu dan kebaikannya. Aku tau aku yang membuatmu patah, mau diakui apapun tidak— perubahan mu terhadapku saat kita bersama dulu membuatku berpikir, haruskah kita berhenti sejenak. Menata diri masing masing agar pantas. Dan durasi obrolan kita menyingkat. Pesan yang kita berikan satu sama lain terabai dan tenggelam sekenannya. Janji janji yang dibatalkan menguap begitu saja diudara. Serta kecewa lama yang menjadi tidak apa-apa. Tindakanmu bagus untuk kita rehat sejenak, tapi aku merasa bahwa saat itu memang sudah akhir dan aku pergi tanpa pamit— Jepang kenangan yang pahit. Begitu aku kembali kamu sudah jadi milik yang lain..."

Tangan Felix perlahan naik, senyum Hyunjin sirna dan menunduk minta di tepuk. Kerah bahu depan disingkap menampilkan liontin kalung dua cincin hitam putih murah yang juga Felix masih simpan apik di rumah. Meski hanya mengamati sedikit lewat celah-celah. Bahagia Felix melecoh sederhana. Hyunjin masih menyanyangi kata Kita diantara mereka.

Cincin yang sudah dibeli dari jaman sekolah menengah atas saat di pameran malam kota. Kusam namun bermakna dalam.

Felix harus berkata apaan saat Hyunjin rebah, memeluk tubuh Felix yang kian kurus karena pekerjaan terakhir menyita separuh hidup.

Felix rasanya sangat menyesal membuat orang paling jantan sejagat raya menangis dalam pelukan "Ai, aku minta maaf..."

"Ya aku juga... minta maaf.. tentang semua kesalahpahaman..."

Mungkin memang akhirnya mereka harus berdamai tentang masa lalu dan sekarang memulai hal yang baru. Masing-masing. Karena Felix tau, meskipun Hyunjin bilang belajar memasak pasta bertahun-tahun, memakai liontin cincin menjadi kalung— tapi jari manis itu tidak bohong— ada nama lain tersemat, terukir cantik dan tidak bisa diusik.

Lantas sekarang apa makna ciuman dalam diberikan Hyunjin saat yang tua menangis, Felix menepuk pipi. Menyadarkan si Hwang agar mengerti

"Asin..."

Bukan air mata.

"Pahit"

Bukan juga pasta.

Tapi dunia mereka.

ARENATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang